Senin, 15 Desember 2008

“Sesungguhnya pemungut cukai dan perempuan sundal akan mendahului kamu masuk ke dalam Kerajaan Allah.” (Zef 3:1-2.9-13; Mat 21:28-32)

“Sesungguhnya pemungut cukai dan perempuan sundal akan mendahului kamu
masuk ke dalam Kerajaan Allah.”

(Zef 3:1-2.9-13; Mat 21:28-32)



"Tetapi apakah pendapatmu tentang
ini: Seorang mempunyai dua anak laki-laki. Ia pergi kepada anak yang sulung dan
berkata: Anakku, pergi dan bekerjalah hari ini dalam kebun anggur. Jawab anak
itu: Baik, bapa. Tetapi ia tidak pergi. Lalu orang itu pergi kepada anak yang
kedua dan berkata demikian juga. Dan anak itu menjawab: Aku tidak mau. Tetapi
kemudian ia menyesal lalu pergi juga. Siapakah di antara kedua orang itu yang
melakukan kehendak ayahnya?" Jawab mereka: "Yang terakhir." Kata
Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pemungut-pemungut
cukai dan perempuan-perempuan sundal akan mendahului kamu masuk ke dalam
Kerajaan Allah. Sebab Yohanes datang untuk menunjukkan jalan kebenaran
kepadamu, dan kamu tidak percaya kepadanya. Tetapi pemungut-pemungut cukai dan
perempuan-perempuan sundal percaya kepadanya. Dan meskipun kamu melihatnya,
tetapi kemudian kamu tidak menyesal dan kamu tidak juga percaya kepadanya.” (Mat 21:28-32),
demikian kutipan Warta Gembira hari ini



Berrefleksi
atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai
berikut:

· Para
pejabat tinggi atau wakil rakyat dll., ketika sedang mengangkat sumpah jabatan
dengan lantang dan tegas berjanji untuk mengabdi atau melayani rakyat, namun
dalam pelaksanaan kerja sehari-hari sering lebih mengabdi atasan atau pejabat
daripada rakyat. Sebaliknya entah secara pribadi atau organisatoris, yang pada
umumnya adalah rakyat biasa, tanpa bersumpah mereka dalam pelayanan atau
kesibukan sehari-hari senantiasa hidup bersama dan demi rakyat, terutama yang
miskin dan berkekurangan. Erosi sikap mental atau pengahayatan sumpah jabatan
mulai memudar pada umumnya terjadi ketika didekati oleh para kongklomerat atau
pengusaha yang kaya raya, dan demikian terjadilah kolusi antara pejabat dan
pengusaha untuk saling memperkaya diri dan melupakan kepentingan rakyat atau
orang kebanyakan. Maka benarlah apa yang
disabdakan oleh Yesus bahwa “sesungguhnya
pemungut-pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal akan mendahului kamu
masuk ke dalam Kerajaan Allah”. Para pemungut cukai
atau pegawai pajak dan perempuan sundal alias pelacur sering harus bertindak
tidak sesuai dengan aturan atau tatanan hidup yang berlaku karena terpaksa,
mereka bertindak demikian karena memperoleh tekanan dari atasan/pejabat tinggi
atau menjadi korban pelecehan seks oleh mereka yang berduit/kaya akan uang.
Maka mereka ketika ada kesempatan dan kemungkinan untuk bertobat atau
memperharui diri lebih mudah daripada para pejabat tinggi. Keunggulan hidup
beriman atau beragama terletak dalam penghayatan atau pelaksanaan bukan dalam
omongan atau upacara formal/liturgis. Marilah membuka hati, jiwa, akal budi dan
tubuh atau tenaga kita terhadap ‘tawaran-tawaran jalan kebenaran’ yang
mendatangi atau disampaikan kepada kita melalui berbagai kesempatan. Ketika ada
tawaran untuk berbuat baik, tanpa pikir panjang atau diskusi, hendaknya
langsung dilaksanakan atau dikerjakan.

· “Di antaramu
akan Kubiarkan hidup suatu umat yang rendah hati dan lemah, dan mereka akan
mencari perlindungan pada nama TUHAN” (Zef 3:12). Kutipan ini kiranya baiik menjadi permenungan atau
refleksi kita. Marilah kita buka ‘mata’ kita untuk melihat umat atau
saudara-saudari kita yang rendah hati dan lemah, antara lain para pembantu
rumah tangga atau pengemis, yang memang sedang ‘mencari perlindungan pada nama Tuhan’ melalui siapapun yang baik dan murah hati.
Dengan kata lain kita semua dipanggil untuk menjadi ‘pemurah’ yaitu orang yang
memiliki “sikap dan perilaku yang murah
hati, pengasih dan penyayang” (Prof Dr. Edi Sedyawati/edit: Pedoman
Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka-Jakarta 1997, hal 21). Murah hati
berarti menjual hatinya dengan harga murah alias senantiasa memberi perhatian
kepada siapapun terutama yang lemah, miskin dan berkekurangan.Kemurahan hatinya
diwujudkan secara konkret dengan memberi sapaan, sentuhan, ciuman, makanan atau
minuman, pakaian dst.., sesuai dengan apa yang sungguh dibutuhkan oleh mereka
yang lemah, miskin dan berkekurangan. Marilah menjadi ‘tangan-tangan Tuhan’
dengan mengulurkan kasih dan bantuan kepada mereka yang sungguh membutuhkan:
pertama-tama dan terutama mereka yang dekat dengan kita, entah dalam satu
keluarga, kampong/RT/RW atau lingkungan tempat kerja, dst.. Hendaknya juga
jangan menjadikan mereka yang lemah dan miskin untuk memperkaya diri, yang
sering dilakukan oleh aneka paguyuban atau organisasi: menjadikan orang lemab
dan miskin untuk mencari proyek bantuan dan setelah bantuan diterima dinikmati
sendiri dan tidak diteruskan kepada mereka yang berhak.



“Tujukanlah pandanganmu kepada-Nya, maka
mukamu akan berseri-seri, dan tidak akan malu tersipu-sipu. Orang yang
tertindas ini berseru, dan TUHAN mendengar; Ia menyelamatkan dia dari segala
kesesakannya Wajah TUHAN menentang
orang-orang yang berbuat jahat untuk melenyapkan ingatan kepada mereka dari
muka bumi. Apabila orang-orang benar itu berseru-seru, maka TUHAN mendengar,
dan melepaskan mereka dari segala kesesakannya” (Mzm 34:6-7.17-18)



Jakarta, 16 Desember 2008

Tidak ada komentar: