Minggu, 24 Juni 2012

“Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu”

“Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu”
(2Raj 17:5-8.13-15a.18; Mat 7:1-5)
 "Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi. Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu. Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui? Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok di dalam matamu. Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu."(Mat 7:1-5), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Kecenderungan orang yang berada ‘di atas’ (orangtua, guru, pemimpin, pamong/moderator dst..) pada umumnya lebih suka melihat kelemahan dan kekurangan mereka yang ada ‘di bawahnya’(anak, murid/ siswa, anak asuh dst.), dan kurang melihat dan memperhatikan kelebihan-kelebihannya. Orang juga tidak mudah mengakui kelemahan dan kekurangannya sendiri dan lebih suka menutu-nutupinya melalui aneka cara. Sabda hari ini mengingatkan dan mengajak kita semua untuk tidak mudah berpikiran negatif terhadap orang lain, melainkan hendaknya lebih bersikap positif. Secara khusus kami ingatkan dan ajak mereka yang berkarya dalam pelayanan pendidikan atau pembinaan, entah formal maupun informal, untuk senantiasa berpikiran positif terhadap peserta didik atau binaannya, dengan kata lain menghayati tugas dan panggilan dengan inspirasi atau semangat karya penciptaan Allah. Untuk itu refleksi hendaknya menjadi acuan kegiatan dalam proses pembelajaran, dimana para
peserta didik atau anak asuh setiap hari diajak untuk berrefleksi diri atau mawas diri, melihat kelebihan dan kekurangan, kecakapan dan keterampilan, dan kemudian diajak untuk mengembangkan kelebihan, kecakapan dan keterampilan masing-masing. Dengan kata ‘cura personalis’ (perhatian terhadap pribadi-pribadi) juga harus menjiwai dalam proses pembelajaran. Kepada mereka yang masih suka lebih memperhatikan kelemahan dan kekurangan orang lain kami ajak untuk bertobat, memperbaharui diri dengan lebih memperhatikan kelebihan, kecakapan dan keterampilan orang lain.
·   "Berbaliklah kamu dari pada jalan-jalanmu yang jahat itu dan tetaplah ikuti segala perintah dan ketetapan-Ku, sesuai dengan segala undang-undang yang telah Kuperintahkan kepada nenek moyangmu dan yang telah Kusampaikan kepada mereka dengan perantaraan hamba-hamba-Ku, para nabi." (2Raj 17:13), demikian firman Tuhan kepada bangsa terpilih melalui utusan-utusanNya. Firman atau sabda ini kiranya juga terarah bagi kita semua umat beriman atau beragama. Kita semua dipanggil untuk meninggalkan jalan-jalan yang jahat dan kemudian menempuh atau menelusuri jalan-jalan yang baik, yaitu perintah dan ketetapan Tuhan, sebagaimana tertulis di dalam Kitab Suci kita masing-masing atau dalam aneka arahan, petunjuk, aturan atau tata tertib yang diundangkan oleh pemimpin agama kita masing-masing. Di dalam setiap ibadat kiranya kita semua mendengarkan kotbah atau ceramah dari pemimpin agama kita atau pengkotbah yang berusaha menterjemahkan isi Kitab Suci ke dalam
aneka petunjuk, pedoman atau acuan konkret untuk hidup baik, bermoral dan berbudi pekerti luhur. Maka jika kita tidak sempat membaca dan merenungkan sendiri isi Kitab Suci, marilah kita dengarkan dengan rendah hati dan penuh perhatian kotbah atau ceramah keagamaan dalam ibadat-ibadat atau aneka kesempatan. Selain itu marilah kita dengarkan dan resapkan kehendak baik saudara-saudari kita dan kemudian kita sinerjikan menjadi kehendak baik bersama serta kita hayati bersama-sama. Saya percaya kita semua memiliki kehendak baik, dan sering kelihatan berbeda satu sama lain, maka baiklah kita komunikasikan kehendak baik tersebut kepada saudara-saudari kita. Pendek kata marilah kita senantiasa lebih melihat dan mengakui apa yang baik, mulia, luhur dan indah yang ada dalam diri kita masing-masing maupun dalam diri saudara-saudari kita, tanpa pandang bulu atau SARA.
“Ya Allah, Engkau telah membuang kami, menembus pertahanan kami; Engkau telah murka; pulihkanlah kami! Engkau telah menggoncangkan bumi dan membelahnya; perbaikilah retak-retaknya, sebab bumi telah goyang .Bukankah Engkau, ya Allah, yang telah membuang kami, dan yang tidak maju, ya Allah, bersama-sama bala tentara kami? Berikanlah kepada kami pertolongan terhadap lawan, sebab sia-sia penyelamatan dari manusia” (Mzm 60:3-4.12-13)
Ign 25 Juni 2012

Kamis, 21 Juni 2012

“Dimana hartamu berada di situ juga hatimu berada”

“Dimana hartamu berada di situ juga hatimu berada”
(2Raj 11:1-4.9-18.20; Mat 6:19-23)
 "Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya. Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya. Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada. Mata adalah pelita tubuh. Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu; jika matamu jahat, gelaplah seluruh tubuhmu. Jadi jika terang yang ada padamu gelap, betapa gelapnya kegelapan itu.” (Mat 6:19-23), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Hati adalah pelita kehidupan, maka orang akan kelihatan baik atau buruk tergantung dari hatinya. Keadaan hati orang dapat dicermati dalam hal-hal apa yang menjadi perhatiannya dalam cara hidup dan cara bertindak setiap hari. Orang yang perhatiannya pada hal makan dan minum berarti apa yang ada dalam hatinya hanya kenikmatan makanan dan minuman saja, demikian juga orang yang omongan dan perhatiannya hanya masalah seksual, berarti yang ada di dalam hatinya adalah kenikmatan seksual.  Sebagai orang beriman kita dipanggil untuk memiliki perhatian dalam hal iman, dimana hati senantiasa dipersembahkan kepada Allah melalui perhatian terhadap keselamatan pribadi maupun saudara-saudarinya. Maka dengan ini kami mengharapkan para orangtua untuk lebih memperhatikan kehidupan beriman, baik pada dirinya sendiri maupun pada anak-anak yang dianugerahkan oleh Allah. Sekiranya kita kaya akan uang dan harta benda, baiklah kita sadari dan hayati bahwa semuanya itu
merupakan anugerah Allah, maka semakin kaya akan uang dan harta benda hendaknya juga semakin beriman kepada Allah, menjadi orang yang peka terhadap kebutuhan sesamanya, ‘to be man or woman with/for others’. Sebaliknya kepada mereka yang miskin atau berkekurangan dalam hal uang atau harta benda kami harapkan juga tidak bersikap materialistis, melainkan hendaknya percaya kepada Penyelenggaraan Ilahi, percaya bahwa ada orang-orang yang baik hati akan menolong atau membantunya sesuai dengan kebutuhan anda masing-masing. Sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus kami harapkan meneladan Yesus, yang walaupun kaya, telah memiskinkan diri untuk memperkaya orang lain.
·   “Sesudah itu masuklah seluruh rakyat negeri ke rumah Baal, lalu merobohkannya; mereka memecahkan sama sekali mezbah-mezbahnya dan patung-patung dan membunuh Matan, imam Baal, di depan mezbah-mezbah itu. Kemudian imam Yoyada mengangkat penjaga-penjaga untuk rumah TUHAN.” (2Raj 11:18). “Rumah Baal” adalah rumah dewa-dewa, yang berarti tempat penyembahan berhala-berhala. Berhala-berhala masa modern saat ini antara lain menggejala dalam aneka bentuk harta benda atau uang, khususnya generasi muda atau remaja dan anak-anak adalah sarana –prasarana modern seperti HP, komputer maupun Ipad, maklum mereka ‘dilahirkan di depan HP, komputer atau Ipad’ sehingga sangat sulit terpisahkan dari sarana-prasarana tersebut. Kami berharap kepada para orangtua maupun guru atau pendidik untuk memperhatikan hal ini. Mungkin sulit atau tak mungkin sama sekali memisahkan mereka dengan IT tersebut, namun kiranya baik diusahakan agar mereka pernah mengalami
dalam jangka waktu tertentu tidak menggunakan IT tersebut, agar dapat mengambil jarak terhadap IT serta memfungsikannya sebagai sarana untuk mamanusiakan manusia. Sebagai contoh di Seminari Menengah Mertoyudan para seminaris tidak boleh membawa HP, dan penggunaan Internet pun dibatasi. Kami berharap  di sekolah-sekolah juga diberlakukan untuk waktu tertentu atau jangka waktu tertentu para siswa/murid tidak diperkenankan membawa HP. Semoga para tokoh agama apapun dapat menjadi teladan dalam pemberantasan sembah-sujud pada berhala-berhala modern ini, dan dapat menjadi teladan dalam pemfungsian IT sebagai sarana, bukan tujuan. Dengan kata lain hidup dan bertindak sederhana pada masa kini hemat saya sungguh penting dan mendesak untuk dihayati dan disebarluaskan.
“TUHAN telah menyatakan sumpah setia kepada Daud, Ia tidak akan memungkirinya: "Seorang anak kandungmu akan Kududukkan di atas takhtamu; jika anak-anakmu berpegang pada perjanjian-Ku, dan pada peraturan-peraturan-Ku yang Kuajarkan kepada mereka, maka anak-anak mereka selama-lamanya akan duduk di atas takhtamu." Sebab TUHAN telah memilih Sion, mengingininya menjadi tempat kedudukan-Nya: "Inilah tempat perhentian-Ku selama-lamanya, di sini Aku hendak diam, sebab Aku mengingininya” (Mzm 132:11-14)
Ign 22 Juni 2012

Rabu, 20 Juni 2012

"Alangkah sukarnya orang yang beruang masuk ke dalam Kerajaan Allah."

"Alangkah sukarnya orang yang beruang masuk ke dalam Kerajaan Allah."
(Rm 12:1-2.9-17.21; Luk 10:23-30)
“ Lalu Yesus memandang murid-murid-Nya di sekeliling-Nya dan berkata kepada mereka: "Alangkah sukarnya orang yang beruang masuk ke dalam Kerajaan Allah." Murid-murid-Nya tercengang mendengar perkataan-Nya itu. Tetapi Yesus menyambung lagi: "Anak-anak-Ku, alangkah sukarnya masuk ke dalam Kerajaan Allah. Lebih mudah seekor unta melewati lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah." Mereka makin gempar dan berkata seorang kepada yang lain: "Jika demikian, siapakah yang dapat diselamatkan?" Yesus memandang mereka dan berkata: "Bagi manusia hal itu tidak mungkin, tetapi bukan demikian bagi Allah. Sebab segala sesuatu adalah mungkin bagi Allah." Berkatalah Petrus kepada Yesus: "Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau!" Jawab Yesus: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang karena Aku dan karena Injil meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan, ibunya atau bapanya,
anak-anaknya atau ladangnya, orang itu sekarang pada masa ini juga akan menerima kembali seratus kali lipat: rumah, saudara laki-laki, saudara perempuan, ibu, anak dan ladang, sekalipun disertai berbagai penganiayaan, dan pada zaman yang akan datang ia akan menerima hidup yang kekal” (Luk 10:23-30), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Aloysius Gonzaga, biarawan, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Orang yang kaya akan harta benda dan uang serta bersikap mental materialistis pada umumnya sungguh pelit dan penuh hitung-hitungan. Hal ini pernah saya saksikan di rumah duka St.Carolus Jakarta, dimana melayani orang-orang kaya sudah sangat bagus, ternyata masih rewel, minta ini dan itu, dan setelah selesai dilayani pun tak mengucapkan terima kasih sedikitpun. Sebaliknya melayani mereka yang miskin sungguh membahagiakan, karena meskipun mereka dilayani apa adanya tahu terima kasih.  "Alangkah sukarnya orang yang beruang masuk ke dalam Kerajaan Allah.", demikian sabda Yesus yang kiranya baik kita renungkan atau refleksikan. Aneka harta benda atau uang hemat saya merupakan anugerah Allah, yang kita terima melalui kerja keras dan kebaikan saudara-saudari kita, tidak hanya hasil usaha atau keringat kita saja. Maka dengan ini kami mengharapkan kita semua agar memfungsikan harta benda maupun uang sebagai sarana untuk memuji, memuliakan dan mengabdi
Allah melalui saudara-saudari, demi keselamatan jiwa kita sendiri maupun saudara-saudari kita. Secara khusus kami ingatkan dan ajak rekan-rekan biarawan dan biarawati untuk tidak bersemangat materialistis baik dalam hidup maupun karya atau pelayanan. Peangalaman saya pribadi sebagai imam Yesuit dengan meninggalkan orangtua, saudara-saudari kandung serta harta benda, benarlah apa yang disabdakan oleh Yesus, yaitu akhirnya mempunyai lebih banyak saudara-saudari, sahabat dan teman, demikian juga dalam hal kebutuhan untuk hidup dan kerja senantiasa tercukupi. Semoga banyak rekan muda-mudi atau anak-anak tergerak untuk hidup membiara atau imamat.   
·   “Hendaklah kasih itu jangan pura-pura! Jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik.Hendaklah kamu saling mengasihi sebagai saudara dan saling mendahului dalam memberi hormat. Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan. Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa” (Rm 12:9-12), demikian pesan atau nasihat Paulus kepada umat di Roma, kepada kita semua umat beriman. Kita diingatkan agar dalam saling mengasihi tidak pura-pura atau bersandiwara, saling mendahului dalam memberi hormat, hidup rajin, penuh pengharapan, sabar dan tekun. Manakah dari keutamaan-keutamaan ini yang sungguh mendesak dan up to date untuk kita hayati dan sebarluaskan dalam hidup dan kerja kita setiap hari? Baiklah saya mengajak anda sekalian dalam hal saling mengasihi: hendaknya kita saling mengasihi secara total, dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap kekuatan
atau tenaga, yang antara lain dapat kita wujudkan dalam saling memboroskan waktu dan tenaga satu sama lain. Kecenderungan kebanyakan orang masa kini adalah pelit akan waktu dan tenaga bagi saudara-saudarinya, konon karena tugas dan pekerjaan alias untuk mencari uang atau harta benda sebanyak-banyaknya. Harta benda dan uang dalam waktu sekejap dapat musnah atau hilang, sebaliknya pengalaman dikasihi dan diperhatikan akan mengesan sampai mati, maka marilah kita wariskan kasih kepada anak-anak kita, bukan harta benda atau uang; kita wariskan nilai-nilai atau keutamaan-keutamaan hidup yang menyelamatkan dan membahagiakan, bukan sawah dan ladang maupun papan dan pangan.
“TUHAN, aku tidak tinggi hati, dan tidak memandang dengan sombong; aku tidak mengejar hal-hal yang terlalu besar atau hal-hal yang terlalu ajaib bagiku. Sesungguhnya, aku telah menenangkan dan mendiamkan jiwaku; seperti anak yang disapih berbaring dekat ibunya, ya, seperti anak yang disapih jiwaku dalam diriku. Berharaplah kepada TUHAN, hai Israel, dari sekarang sampai selama-lamanya!” (Mzm 131)
Ign 21 Juni 2012

Selasa, 19 Juni 2012

“Jangan kamu melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka” (2Raj 2:1.6-14; Mat 6:1-6.16-18)

“Jangan kamu melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka”
(2Raj 2:1.6-14; Mat 6:1-6.16-18)
"Ingatlah, jangan kamu melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka, karena jika demikian, kamu tidak beroleh upah dari Bapamu yang di sorga. Jadi apabila engkau memberi sedekah, janganlah engkau mencanangkan hal itu, seperti yang dilakukan orang munafik di rumah-rumah ibadat dan di lorong-lorong, supaya mereka dipuji orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya.Tetapi jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu. Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi, maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu." "Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya, supaya mereka dilihat orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu,
tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu. "Dan apabila kamu berpuasa, janganlah muram mukamu seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya, supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. Tetapi apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu, supaya jangan dilihat oleh orang bahwa engkau sedang berpuasa, melainkan hanya oleh Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.” (Mat 6:1-6.16-18), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Tindakan atau perilaku munafik hemat saya masih cukup banyak terjadi, entah secara pribadi atau organisatoris, yaitu berbuat baik ketika dilihat orang, sedangkan ketika tak dilihat orang hidup dan bertindak seenaknya, misalnya di kamar sendirian bermalas-malasan saja. Yang juga cukup memprihatinkan bagi kami adalah yang terjadi secara organisatoris entah yang dilakukan oleh orang-orang swasta maupun pemerintah, misalnya ketika memberi sumbangan atau derma dengan mengundang wartawan media massa dan minta untuk diberitakan ke mana-mana, padahal sumbangan tersebut berasal atau bersumber dari organisasi bukan pribadi. Marilah kita berantas sikap mental munafik atau ’cari muka’, dan tentu saja dari diri kita sendiri diharapkan tidak munafik dan mencari muka. Hendaknya jika ada kesempatan untuk berbuat baik segera kita wujudkan atau manfaatkan, tanpa pikir dilihat orang atau tidak. Demikian juga dalam hal berdoa, hendaknya mau berdoa jika dilihat
orang saja, melainkan tidak dilihat pun, misalnya di kamar sendirian kita tetap berdoa. Bahkan ketika tak mungkin berdoa secara vokal, karena mengganggu lingkungan, baiklah kita dapat berdoa secara batin. Doa yang benar adalah relasi hati kita dengan Allah, yang senantiasa memperhatikan dan mengasihi kita, bukan panjangnya atau kerasnya kata-kata. Hati yang terarah kepada dan dikuasai oleh Yang Ilahi itulah doa sejati.
·    "Baiklah tinggal di sini, sebab TUHAN menyuruh aku ke sungai Yordan” (2Raj 2:6), demikian kata nabi Elia. Taat dan setia kepada kehendak dan perintah Tuhan, itulah yang dihendaki oleh nabi Elia. Sungai Yordan dikenal sebagai sungai yang suci, artinya airnya suci, dimana Yohanes Pembaptis juga membapis orang-orang, termasuk membaptis Yesus. Maka pergi ke sungai Yordan bagi kita semua yang telah dibaptis berarti diajak dan dipanggil untuk mengenangkan janji baptis yang pernah kita ikrarkan dengan bangga dan meriah. Bukankah ketika dibaptis kita telah berjanji hanya mau mengabdi Tuhan saja serta menolak semua godaan setan? Maka hendaknya dalam cara hidup dan cara bertindak kita senantiasa setia menghayati janji baptis tersebut. Kesetiaan pada agama dapat kita wujudkan dengan melaksanakan perintah dan kehendak Tuhan dimana pun dan kapan pun, serta menolak aneka godaan dan rayuan setan. Godaan dan rayuan setan pada masa kini menggejala dalam aneka
bentuk kenikmatan duniawi yang menggiurkan, dan kelihatan mempesona, nikmat dan memikat. Orang yang bersikap mental materialistis pasti akan takluk kepada godaan atau rayuan setan, maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan kita semua untuk menjauhkan diri dari  sikap mental materialistis. Kami berharap para orangtua mendidik dan membiasakan anak-anaknya untuk tidak bersikap mental materialistis, antara lain dengan teladan konkret para orangtua. Demikian juga kami berharap kepada para orangtua dan guru/pendidik untuk lebih mengutamakan dan mendahulukan agar anak-anak atau peserta didik menjadi orang baik bukan pandai saja.
“Alangkah limpahnya kebaikan-Mu yang telah Kausimpan bagi orang yang takut akan Engkau, yang telah Kaulakukan bagi orang yang berlindung pada-Mu, di hadapan manusia! Engkau menyembunyikan mereka dalam naungan wajah-Mu terhadap persekongkolan orang-orang; Engkau melindungi mereka dalam pondok terhadap perbantahan lidah. Kasihilah TUHAN, hai semua orang yang dikasihi-Nya! TUHAN menjaga orang-orang yang setiawan, tetapi orang-orang yang berbuat congkak diganjar-Nya dengan tidak tanggung-tanggung.” (Mzm 31:20-21.24)
Ign 20 Juni 2012

Senin, 11 Juni 2012

7 hari Ibu Ignatia Dyah Eko Widji di panggil Allah Bapa disurga


Jakarta , 7 Juni 2012

Yth Bapak/Ibu/sdr/i 
Salam Damai Kasih Kristus

Kami  mengundang  Bpk/Ibu/Sdr/sdri   untuk menghadiri ibadat peringatan 7 hari Ibu Ignatia Dyah Eko Widji di panggil Allah Bapa disurga  yang akan diselenggarakan pada :

Hari                          :  Selasa / 12 Juni  2012
Jam                           : 19.30  WIB
Tempat                     : Rumah Bpk.Ignatius Bambang , Komp.Keuangan blok D/10 (telp :5844506)

Besar harapan kami untuk bisa meluangkan waktu ,berkat Tuhan Yesus senantiasa melimpah kepada kita.

Hormat kami,


Ketua Lingkungan Krisantus 6                                        
ST.Sardjiman        

Rabu, 06 Juni 2012

I Memoriam Ibu Ignasia Dyah Eko WIdji

Ignatia Dyah EKo Widji:
Lahir : 26 November 1950
Meninggal : 6 Juni 2012
Meninggalkan Suami dan 2 Anak dan 1 menantu

Selamat Jalan Ibu Ignatia Dyah Eko Widji,semoga damai disisi Bapa Di Surga.
video kenangan Rosario di rumah Bapak  Bambang