Minggu, 12 Agustus 2012

Filosofi pensil

Oleh: Veronica Untik Hartanti

Kayaknya udah nggak asing lagi di telinga kita…..dan pastinya kalau kita di tanya pernah punya masalah atau nggak…udah sangat jelas dan pasti ya udah pernah, mungkin malah kelewat sering dapat masalah..hahhahahahaha. Masalah yang satu selesai, udah datang lagi masalah lain. Atau mungkin masalah satu belum selesai , udah datang lagi masalah yang lain. Huuuaaaa..pusiiiiing bangeeeeet…..
Uhm..ni aku ada cerita sedikit..soal filosofi sebuah pensil..aku dapat cerita ini dari seorang temenq di saat aku lagi ada masalah yg mnrtku cukup rumit…..dan cukup membuatku tersentuh dan membuatku bangkt lagi..dan trus semangat lagi deeeh….
Cerita Filosofi Pensil.. just share.. supaya kalian bisa lebih semangat menjalani semua ini..
Suatu hari, seorang anak yang baru masuk sekolah dasar bertanya kepada ayahnya, “Yah kenapa aku hanya boleh memakai pensil, sedangkan kakak boleh memakai pena, bukankah pena jauh lebih bagus dari pada pensil?“ Ayahnya tersenyum, lalu berkata “Nak, pensil itu memiliki pelajaran yang bagus buat kamu, ayah malah berharap kamu seperti pensil saat besar nanti.“
“Tapi yah, pensil itu kan tidak istimewa. Ia Cuma memiliki satu warna, dan kadang membuat tangan kotor “ujar anak itu. Ayahnya pun menjawab “Itu semua tergantung bagaimana kamu memaknai pensil tersebut“.
“Pensil mengajarkan kita beberapa hal dalam hidup. Walau ia berpenampilan sederhana, namun pensil memiliki kualitas prinsip yang bagus,” lanjut ayahnya.
“Pelajaran pertama yang bisa kita ambil dari pensil adalah bahwa pensil mengingatkan kita bahwa kita bisa berbuat hal yang hebat dalam hidup ini. Walaupun kita hanyalah sosok yang sederhana di mata manusia, yakinlah bahwa selalu ada Kuasa maha Dahsyat yang selalu membimbing kita. Seperti tangan kita yang kadang berhasil membimbing pensil untuk menulis hal-hal yang luar biasa, yakinlah bahwa selalu ada Kuasa Allah yang membimbing kita menurut kehendakNya. Maka kuatkanlah keyakinan mu kepadaNYA,”
“Pelajaran kedua, kadang ketika menulis, sesekali kita harus berhenti karena ujung pensil sudah tumpul hingga tulisan kurang bagus. Dan kita menggunakan rautan untuk menajamkannya kembali. Nah Rautan ini sudah tentu membuat si pensil menderita, namun setelah proses meraut selesai, pensil akan tajam dan tulisan pun bagus kembali,”
“Begitu juga kita dalam hidup. Kadang hidup kita merasa terus2an jalan ditempat, tidak ada kemajuan, saat berbagai penderitaan dan kesusahan melanda. Padahal yang sebenarnya terjadi adalah kita sedang “diraut” untuk menajamkan kembali kualitas hidup kita. Kalaulah kita tidak ditajamkan kembali maka hidup ini akan biasa-biasa saja. Kita tidak akan pernah menjadi lebih baik. Karena justru saat penderitaan dan kesusahan datanglah kita sebenarnya sedang dipersiapkan untuk menjadi yang lebih baik lagi.“
“Pelajaran ketiga, Pensil selalu memberi kesempatan kita untuk menggunakan penghapus agar kita bisa memperbaiki tulisan yang salah. Seperti kita yang selalu berhak untuk meminta maaf dan memperbaiki kesalahan dalam hidup ini. Namun walau begitu sebisa mungkin kesalahan itu diminimalisir, jangan sampai salah di tempat yang sama berulang-ulang, karena itu menandakan kita tidak pernah mau belajar. Kita bisa lihat bahwa penghapus tidak sepenuhnya bisa membersihkan tulisan yang terlanjur ditulis pensil. Ada titik-titik kotor yang tetap saja menganggu. Seperti perbuatan dan perkataan kita yang membekas kepada orang lain. Walau kita sudah dimaafkan, tetap saja meninggalkan noda.”
“Pelajaran keempat, bagian paling penting dari pensil bukanlah kayu dan hiasan indah yang melapisi luarnya. Bagian terpenting dari pensil adalah arang yang ada didalamnya. Seindah apapun riasan luarnya, sebagus apapun kayu yang melapisinya, tetap saja pensil tidak akan berarti kalau tanpa arang yang ada didalamnya. Oleh sebab itu selalulah berhati-hati dalam hidup dan sadari potensi serta sifat yang ada dalam dirimu. Memperbaiki Hati dan sifat mu lebih baik dari sekedar mengindahkan tampilan luar mu“
“Kelima. Di saat-saat terakhir (di masa depan nanti), apa yang telah engkau hasilkan itulah yang menunjukkan seberapa hebatnya dirimu yang sesungguhnya. Bukan pensil utuh yang dianggap berhasil, melainkan pensil-pensil yang telah membantu menghasilkan karya terbaik, yang berfungsi hingga potongan terpendek. Buatlah karya terindah dalam hidupmu dengan goresan-goresan kehidupanmu”.
semoga setelaah membaca cerita ini, kalian bisa mengambil makna dr cerita ini dan tentunya dapet kalian terapin deh dalam hidup keseharian kaliaaan…..semangaaat yach…….jangan gampang nyerah kalau kalian dapat masalah..sekalipun masalah besar dan bertubi2…

Selasa, 07 Agustus 2012

“Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepalaNya." (1Kor 2:1-10a; Luk 9:57-62)

“Ketika Yesus dan murid-murid-Nya melanjutkan perjalanan mereka, berkatalah seorang di tengah jalan kepada Yesus: "Aku akan mengikut Engkau, ke mana saja Engkau pergi." Yesus berkata kepadanya: "Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya." Lalu Ia berkata kepada seorang lain: "Ikutlah Aku!" Tetapi orang itu berkata: "Izinkanlah aku pergi dahulu menguburkan bapaku." Tetapi Yesus berkata kepadanya: "Biarlah orang mati menguburkan orang mati; tetapi engkau, pergilah dan beritakanlah Kerajaan Allah di mana-mana." Dan seorang lain lagi berkata: "Aku akan mengikut Engkau, Tuhan, tetapi izinkanlah aku pamitan dahulu dengan keluargaku." Tetapi Yesus berkata: "Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah.” (Luk 9:57-62), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Dominikus, imam, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   St Dominikus dikenal sebagai pengkotbah ulung dan mendirikan Ordo Pengkotbah. Sebagai imam pengkotbah ia tak kenal lelah keliling ke mana-mana guna mewartakan Kabar Baik, Injil, dan ia menjadi pembaharu dalam kotbah, mengingat dan memperhatikan para imam pada masanya pada umumnya berkotbah seenaknya, tidak bersumber pada Kitab Suci atau Injil. Maka dengan ini kami mengingatkan dan mengajak siapa saja yang berkotbah untuk mempersiapkan diri sebaik mungkin, antara lain membaca dan merenungkan bacaan-bacaan dari Kitab Suci yang akan dibacakan serta dijadikan bahan utama dalam kotbah. Dalam berkotbah atau mewartakan Kabar Baik kita dapat meneladan atau bercermin pada Yesus sendiri, yang senantiasa menyampaikan ajaran-ajaran atau kotbah-kotbahNya dengan sederhana, antara lain dengan mengangkat pengalaman hidup sehari-hari sebagai bahana penyampaian ajaran atau kotbah-kotbahNya. Ada pepatah bahwa “orang pandai sejati dapat menyederhanakan apa yang
sulir berbelit-belit sehingga dapat diketahui dan dfahami oleh semua orang, sebaliknya orang bodoh membuat apa yang sederhana dan mudah menjadi sulit berbelit-belit”. Sebagai contoh: panas terjadi karena gesekan benda-benda atau zat-zat tertentu, maka ketika anggota badan kita saling bergesekan menjadi hangat (ingat orang berpelukan!). Memang dalam berkotba atau mewartakan Kabar Baik kita harus dengan jiwa besar dan hati rela berkorban untuk meninggalkan cara-caranya sendiri atau cara-cara masa lalu, sebagai warisan yang harus diperbaharui. Dengan kata lain marilah kita hidup dan bertindak sesuai dengan charisma atau spiritualitas yang telah kita peluk dan geluti.
·   “Ketika aku datang kepadamu, saudara-saudara, aku tidak datang dengan kata-kata yang indah atau dengan hikmat untuk menyampaikan kesaksian Allah kepada kamu. Sebab aku telah memutuskan untuk tidak mengetahui apa-apa di antara kamu selain Yesus Kristus, yaitu Dia yang disalibkan.Aku juga telah datang kepadamu dalam kelemahan dan dengan sangat takut dan gentar.Baik perkataanku maupun pemberitaanku tidak kusampaikan dengan kata-kata hikmat yang meyakinkan, tetapi dengan keyakinan akan kekuatan Roh”(1Kor 2:1-4). Sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus kita dipanggil untuk terus-menerus memahami dan mengenal Yesus Kristus, dan usaha untuk ini tidak lain adalah dengan membaca dan merenungkan apa yang tertulis di dalam Kitab Suci atau Injil. Memang agar kita dapat memahami dan mengimani dengan baik apa yang tertulis di dalam Kitab Suci atau Injil kita harus berusaha hidup dan bertindak dalam dan oleh Roh, karena apa yang ada di dalam Kitab
Suci ditulis dalam dan oleh ilham Roh, Allah. Dan apa yang ditulis dalam ilham Roh atau Allah “memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.” (2Tim 3:16). Hidup dan bertindak dalam dan oleh Roh hemat saya berarti senantiasa hidup dan bertindak dengan rendah hati dan terbuka terhadap aneka kemungkinan, kesempatan atau perubahan. Orang senantiasa siap sedia untuk berubah, dan tentu saja berubah semakin baik, semakin suci, semakin menyerupai cara hidup dan cara bertindak Yesus Kristus. Hendaknya kita juga senantiasa siap sedia untuk diajar, menerima ajaran-ajaran baru, siap sedia diperbaiki kelakuan dan dididik dalam kebenaran.
“Marilah kita bersorak-sorai untuk TUHAN, bersorak-sorak bagi gunung batu keselamatan kita.Biarlah kita menghadap wajah-Nya dengan nyanyian syukur, bersorak-sorak bagi-Nya dengan nyanyian mazmur. Sebab TUHAN adalah Allah yang besar, dan Raja yang besar mengatasi segala allah.”
 (Mzm 95:1-3)
Ign 8 Agustus 2012