Minggu, 14 Desember 2008

"Dengan kuasa manakah Engkau melakukan hal-hal itu?”

"Dengan kuasa manakah Engkau melakukan hal-hal itu?”

(Bil 24:2-7,15-17; Mat 21:23-27)



“Lalu Yesus masuk ke Bait Allah, dan
ketika Ia mengajar di situ, datanglah imam-imam kepala serta tua-tua bangsa
Yahudi kepada-Nya, dan bertanya: "Dengan kuasa manakah Engkau melakukan
hal-hal itu? Dan siapakah yang memberikan kuasa itu kepada-Mu?" Jawab
Yesus kepada mereka: "Aku juga akan mengajukan satu pertanyaan kepadamu
dan jikalau kamu memberi jawabnya kepada-Ku, Aku akan mengatakan juga kepadamu
dengan kuasa manakah Aku melakukan hal-hal itu. Dari manakah baptisan Yohanes?
Dari sorga atau dari manusia?" Mereka memperbincangkannya di antara
mereka, dan berkata: "Jikalau kita katakan: Dari sorga, Ia akan berkata
kepada kita: Kalau begitu, mengapakah kamu tidak percaya kepadanya? Tetapi
jikalau kita katakan: Dari manusia, kita takut kepada orang banyak, sebab semua
orang menganggap Yohanes ini nabi." Lalu mereka menjawab Yesus: "Kami
tidak tahu." Dan Yesus pun berkata kepada mereka: "Jika demikian, Aku
juga tidak mengatakan kepadamu dengan kuasa manakah Aku melakukan hal-hal itu.” (Mat 21:23-27),
demikian kutipan Warta Gembira hari ini.



Berrefleksi
atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai
berikut:

· Jika ada tokoh baru dan muda muncul, lebih berwibawa
dan berpengaruh dalam kehidupan bersama, entah hidup bermasyarakat, bernegara,
berbangsa atau beragama, maka tokoh-tokoh lama yang lebih tua sering merasa
tersaing dan tersingkirkan dan kemudian berusaha menjatuhkan tokoh baru yang
muncul dengan berbagai pertanyaan. Itulah kiranya yang terjadi secara
sosio-politis apa yang diwartakan dalam bacaan Injil hari ini ketika ‘imam-imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi’ menyampaikan
pertanyaan kepada Yesus "Dengan
kuasa manakah Engkau melakukan hal-hal itu? Dan siapakah yang memberikan kuasa
itu kepada-Mu?". Pertanyaan tersebut bukan karena kebodohan atau
ketidak-tahuan mereka, melainkan dimasudkan untuk menjatuhkan Yesus, maka
Yesuspun juga tidak menjawab pertanyaan mereka, bahkan menyampaikan pertanyaan
kepada mereka: “Dari manakah baptisan
Yohanes? Dari sorga atau dari m,anusia?”. Mereka tidak berani menjawab
karena takut. Baiklah bercermin dari dialog antara Yesus dengan imam-imam
kepala dan tua-tua bangsa Yahudi di atas, kami mengajak anda sekalian sbb:
marilah kita terbuka terhadap aneka macam bentuk pembaharuan yang muncul atau
ada di sekitar kita, apalagi apa yang baru tersebut sungguh berpengaruh dan
bermanfaat bagi masyarakat umum atau orang kebanyakan/rakyat., entah datangnya
dari yang tua atau yang muda. Pada umum pembaharuan memang datang dari yang
kemudian, yang lebih muda, maka berilah kesempatan kepada mereka yang lebih
muda untuk lebih berperan dan berfungsi di dalam kehidupan dan kerja bersama.
Sadari dan hayati bahwa segala bentuk atau usaha pembaharuan yang bermanfaat
bagi orang banyak atau rakyat atau kebaikan umum adalah berasal dari Allah atau
sorga, sebagai persiapan diri untuk menyambut kedatangan Penyelamat Dunia untuk
menyelamatkan seluruh dunia seisinya.

· "Tutur kata
Bileam bin Beor, tutur kata orang yang terbuka matanya; tutur kata orang yang
mendengar firman Allah, dan yang beroleh pengenalan akan Yang Mahatinggi, yang
melihat penglihatan dari Yang Mahakuasa, sambil rebah, namun dengan mata
tersingkap” (Bil 24:15-16). Kutipan ini layak menjadi permenungan atau
refleksi kita. Apa yang baik indah, luhur dan mulia adalah berasal dari Allah,
dan ada dimana-mana, di dalam seluruh ciptaanNya, entah dalam binatang,
tanaman, manusia atau di langit dan alam raya. Maka dalam rangka mempersiapkan
diri untuk menyambut kedatangan Penyelamat Dunia ini, marilah kita lihat dan
imani apa yang baik, indah, luhur dan mulia yang ada di sekitar kita, terutama
atau pertama-tama dalam diri sesama manusia. Dengan kata lain marilah kita
berpikir positif terhadap sesama manusia; kita sinerjikan apa yang baik, indah,
luhur dan mulia yang ada dalam diri kita masing-masing untuk membangun dan
mengembangkan hidup bersama yang damai sejahtera, persaudaraan atau
persahabatan sejati, yang dambakan oleh seluruh umat manusia. Rasanya apa yang
baik, indah, luhur dan mulia lebih-lebih ada dalam diri anak-anak atau generasi
muda daripada dalam diri orangtua. Perhatikan dan cermati keceriaan, kegairahan
dan kelincahan anak-anak, yang jarang marah dan menggerutu atau mengeluh serta
penuh dengan harapan bagi masa depan alias siap sedia untuk diperbaharui. Jika
ada mampu mengimani keceriaan, kegairahan, keincahan dan keterbukaan anak-anak
sebagai yang berasal dari Allah, maka mata hati anda akan lebih terbuka untuk
melihat apa yang baik, indah, luhur dan mulia yang ada di sekitar anda, di
dalam masyarakat maupun di tempat kerja.



“Ingatlah segala rahmat-Mu dan kasih
setia-Mu, ya TUHAN, sebab semuanya itu sudah ada sejak purbakala. Dosa-dosaku
pada waktu muda dan pelanggaran-pelanggaranku janganlah Kauingat, tetapi
ingatlah kepadaku sesuai dengan kasih setia-Mu, oleh karena kebaikan-Mu, ya
TUHAN.TUHAN itu baik dan benar; sebab itu Ia menunjukkan jalan kepada orang
yang sesat.Ia membimbing orang-orang yang rendah hati menurut hukum, dan Ia
mengajarkan jalan-Nya kepada orang-orang yang rendah hati “ (Mzm 25:6-9) .

Jakarta, 15 Desember 2008.

Tidak ada komentar: