Senin, 15 Desember 2008

“Mereka mengira bahwa Ia adalah hantu”

“Mereka mengira bahwa Ia adalah hantu”

(1Yoh 4:11-18;
Mrk 6:45-52)



“Sesudah itu Yesus segera memerintahkan
murid-murid-Nya naik ke perahu dan berangkat lebih dulu ke seberang, ke
Betsaida, sementara itu Ia menyuruh orang banyak pulang. Setelah Ia berpisah
dari mereka, Ia pergi ke bukit untuk berdoa. Ketika hari sudah malam perahu itu
sudah di tengah danau, sedang Yesus tinggal sendirian di darat. Ketika Ia melihat
betapa payahnya mereka mendayung karena angin sakal, maka kira-kira jam tiga
malam Ia datang kepada mereka berjalan di atas air dan Ia hendak melewati
mereka. Ketika mereka melihat Dia berjalan di atas air, mereka mengira bahwa Ia
adalah hantu, lalu mereka berteriak-teriak, sebab mereka semua melihat Dia dan
mereka pun sangat terkejut. Tetapi segera Ia berkata kepada mereka:
"Tenanglah! Aku ini, jangan takut!" Lalu Ia naik ke perahu
mendapatkan mereka, dan angin pun redalah. Mereka sangat tercengang dan
bingung, sebab sesudah peristiwa roti itu mereka belum juga mengerti, dan hati
mereka tetap degil” (Mrk 6:45-52), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.



Berrefleksi
atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai
berikut:

·
Orang yang sedang
dalam ketakutan, bingung atau frustrasi pada umumnya tidak tajam melihat atau mendengarkan
sesuatu, bahkan apa yang dilihat atau didengarkannya sering membuat semakin
takut, bingung atau frustrasi. Itulah kiranya yang dialami oleh para rasul,
yang kurang beriman, ketika di tengah malam di tengah danau diombang-ambingkan
angin sakal, yang mengira Yesus adalah hantu. Namun ketika Yesus brrsabda :”Tenanglah! Aku ini, jangan takut!”, angina
sakal pun reda dan mereka menjadi tenang. Maka bercermin dari pengalaman para
rasul tersebut kami mengajak dan mengingatkan anda sekalian: hendaknya tidak
perlu takut atau bingung ketika harus menghadapi aneka macam masalah atau
tantangan kehidupan, melainkan tenanglah. Orang yang takut dan bingung memang
akan menjadi ‘buta’ alias kurang peka, tajam dan cermat melihat atau menghadapi
segala sesuatu, dan ketika bertindak pasti akan merusak. Sebaliknya jika kita
tetap tenang yang berarti ‘ati wening’
(berhati jernih), maka kita akan dapat melihat segala sesuatu dengan tajam,
cermat dan tepat,, siapa itu sesama kita, siapa itu Tuhan dan apa itu harta
benda, sehingga dapat bertindak atau berperilaku benar dan menyelamatkan atau
membahagiakan. Ingatlah dan sadarilah serta hayatilah bahwa Tuhan senantiasa
hadir dan berkarya dalam kebersamaan maupun kerja kita dimanapun dan kapanpun.
Kehadiran dan karyaNya dapat kita lihat dan nikmati dalam apa yang baik, luhur,
mulia dan benar dalam lingkungan hidup kita, dan memang hanya dapat kita lihat
dan nikmati ketika kita dalam ketenangan atau keheningan. Percayalah dan
imanilah bahwa apa yang baik, luhur, mulia dan benar di lingkungan hidup kita
lebih banyak daripada apa yang tidak baik, jahat atau amburadul.

·
“Di dalam kasih tidak ada ketakutan: kasih
yang sempurna melenyapkan ketakutan; sebab ketakutan mengandung hukuman dan
barangsiapa takut, ia tidak sempurna di dalam kasih” (1Yoh 4:18), demikain pesan atau nasihat Yohanes kepada kita
semua. Dekatilah, sapalah dan perlakukanlah segala sesuatu dalam dan oleh
kasih. Binatang buas atau berbisa pun dapat ditaklukkan dan menjadi sahabat
kita ketika didekati, diperlakukan dalam dan oleh kasih, sebagaimana telah
dihayati oleh para ‘pawang’. Tanaman atau aneka jenis tumbuhan dapat hidup,
tumbuh berkembang dengan baik ketika dirawat dengan penuh cintakasih. Memang
aneh dan nyata apa yang sering terjadi: orang lebih mengasihi binatang, tanaman
atau harta benda daripada manusia. Kasih memang sungguh menghancurkan aneka
macam bentuk ketakutan, maka dekatilah, sapalah dan sentuhlah segala sesuatu
yang nampak atau dirasa menakutkan dalam dan oleh kasih, karena segala sesuatu
ada, diadakan atau diciptakan dalam dan oleh kasih, dan hanya dapat tumbuh
berkembang dalam dan oleh kasih. Yang sering terjadi dan memprihatinkan adalah
orang takut untuk dioperasi, takut disuntik oleh dokter dst.., padahal yang
bersangkutan sakit. Takut sebenarnya berarti ‘kalah sebelum perang’ dan tidak
hidup dalam dan oleh kasih, dan dengan demikian orang yang bersangkutan
terhukum dengan.sendirinya, alias menghukum atau menyengsara-kan diri sendiri.
Maka dengan ini kami berharap dan berpesan: para pelajar atau mahasiswa
hendaknya jangan takut menghadapi ulangan umum atau ujian, mereka yang sedang
sakit hendaknya jangan takut berobat, ketika berjalan sendirian atau tinggal di
rumah sendirian tidak perlu takut, dst… Pendek kata dekatilah dan perlakukanlah
segala sesuatu dengan ‘bahasa kasih’ dan mungkin hanya melalui ‘bahasa tubuh’,
tanpa kata-kata, misalnya dengan membelai, mencium, meraba, dst.., atau gerakan
anggota tubuh kita.



“Kiranya semua raja sujud menyembah
kepadanya, dan segala bangsa menjadi hambanya! Sebab ia akan melepaskan orang
miskin yang berteriak minta tolong, orang yang tertindas, dan orang yang tidak
punya penolong; ia akan sayang kepada orang lemah dan orang miskin, ia akan
menyelamatkan nyawa orang miskin”
(Mzm 72:11-13)

Jakarta, 7 Januari 2009

1 komentar:

Bestim Simaeru mengatakan...

Selamat Natal 25 Desember 2008 & Tahun Baru 1 Januari 2009. Semoga Damai Sejahtera Tuhan Yesus Kristus memenuhi hati senua orang yang mencintai kedamaian. Hanya kebodohan dan kepicikan manusia yang selalu memicu konflik dan perpecahan. Shaloom untuk semuanya. Tuhan memberkati kita semua. Dari Timmy & keluarga