Senin, 30 Juli 2012

Pesta St Ignatius Loyola

Pesta St Ignatius Loyola: Ul 30:15-20; Gal 5:16-25; Luk 9:18-26
“Barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan menyelamatkannya”
St Ignatius Loyola terkenal dan diakui sebagai salah satu guru rohani/spiritual dalam Gereja Katolik dengan Latihan Rohaninya. Buku Latihan Rohani merupakan hasil buah permenungan atau refleksi St.Ignatius Loyola dalam perjalanan hidup dan panggilannya bertahun-tahun dengan berinspirasi pada apa yang tertulis dalam Kitab Suci, Injil, khususnya riwayat perutusan Yesus Kristus, Penyelamat Dunia. Buku Latihan Rohani merupakan tuntutan olah rohani, agar mereka yang menjalani Latihan atau Olah Rohani tumbuh berkembang menjadi sahabat Yesus, hidup dan bertindak meneladan cara hidup dan cara bertindak Yesus Kristus, yang datang dan diutus untuk menyelamatkan seluruh dunia. Maka mereka yang telah menjalani Latihan Rohani dalam cara hidup dan cara bertindaknya dalam tugas, panggilan atau pekerjaan apapun senantiasa berusaha untuk berpartisipasi dalam karya penyelamatan dunia. Berparitisipasi dalam karya penyelamatan dunia masa kini hemat saya harus mahir dalam
pembedaan roh atau spiritual discernment, maka baiklah dalam rangka mengenangkan pesta St.Ignatius Loyola hari ini kami ajak anda sekalian untuk mawas diri perihal kemahiran pembedaan roh yang oleh St.Ignatius Loyola sungguh menjadi cirikhas sahabat-sahabat Yesus Kristus.
"Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku. Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan menyelamatkannya. Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia membinasakan atau merugikan dirinya sendiri?” (Luk 9:23-25)
Mahir dalam pembedaan roh atau spiritual discernment memang ‘harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari’, alias tidak hidup dan bertindak mengikuti selera atau kehendak pribadi. Memikul salibnya setiap hari berarti setia melaksanakan tugas dan pekerjaan atau kewajiban setiap hari alias setia menghayati atau melaksanakan aneka tata tertib atau aturan yang terkait dengan tugas, panggilan dan perutusannya. Pelatihan awal agar terampil atau mahir dalam pembedaan roh adalah membiasakan diri mentaati dan melaksanakan aneka tata tertib atau aturan. Dalam hidup dan kerja kita setiap hari dimana pun dan kapan pun kiranya kita terikat oleh tata tertib atau aturan, maka kami harapkan kita tidak meremehkan aturan atau tata tertib tersebut. Hendaknya selama diperjalanan, entah sebagai pengemudi kendaraan atau pejalan kaki, mentaati dan melaksanakan aneka rambu-rambu lalu lintas, karena tertib dijalanan hemat saya merupakan cermin kwalitas bangsa.
Menyangkal diri atau ‘kehilangan nyawa karena Tuhan’ berarti mengarahkan dambaan, kerinduan atau cita-cita kepada Tuhan, dengan harapan dapat melaksanakan aneka perintah dan kehendak Tuhan dalam cara hidup dan cara bertindak setiap hari. Setiap dari kita kiranya memiliki dambaan, kerinduan atau cita-cita yang berbeda satu sama lain, demikian setiap suku dan bangsa memiliki ‘budaya’ (=cara melihat, cara merasa, cara berpikir, cara bersikap dan cara bertindak) yang berbeda satu sama lain. Marilah kita sadari dan hayati bahwa aneka perbedaan yang ada merupakan anugerah Tuhan, yang hendaknya dihayati sebagai wahana untuk saling melengkapi dan mengasihi. Hemat saya di antara perbedaan-perbedaan yang ada pasti ada kesamaan, maka baiklah dalam rangka saling mengasihi pertama-tama kita hayati apa yang sama di antara kita secara mendalam dan handal, sehingga apa yang berbeda fungsional memperteguh dan memperdalam hidup saling mengasihi.
Dengan saling menyangkal diri diharapkan dalam kebersamaan hidup dan kerja kita terjadi kesatuan hati dan budi serta jiwa. Tindakan ada kemungkinan berbeda sesuai dengan situasi dan kondisi di mana kita hidup dan bekerja, tetapi tetap dalam kesatuan hati, budi dan jiwa. Jika kita sungguh dalam kesatuan hati, jiwa dan budi maka kebersamaan hidup dan kerja kita menyelamatkan diri kita maupun mereka yang kena dampak hidup dan kinerja kita. “Ingatlah, aku menghadapkan kepadamu pada hari ini kehidupan dan keberuntungan, kematian dan kecelakaan, karena pada hari ini aku memerintahkan kepadamu untuk mengasihi TUHAN, Allahmu, dengan hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya dan berpegang pada perintah, ketetapan dan peraturan-Nya, supaya engkau hidup dan bertambah banyak dan diberkati oleh TUHAN, Allahmu, di negeri ke mana engkau masuk untuk mendudukinya” (Ul 30:15-16). Kita semua mendambakan kehidupan sejati dan keberuntungan, maka marilah kita bersama-sama,
bergotong-royong ‘hidup menurut jalan yang ditunjukkan oleh Tuhan dan berpegang pada perintah, ketetapan dan peraturanNya’. Pada saat ini saudara-saudari kita, umat Islam, sedang menjalani puasa, ibadah guna semakin mendekatan diri pada perintah, ketetapan dan peraturan Tuhan, maka baiklah kita menyatukan diri dengan saudara-saudari kita yang sedang berpuasa, menyangkal diri dan berusaha setia pada aturan dan tata tertib hidup beriman atau beragama.
“Buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu. Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya. Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh” (Gal 5:22-25)
Hidup dari dan oleh Roh Kudus , ‘dipimpin oleh Roh’,  berarti dapat menemukan Tuhan dalam segala sesuatu dan menghayati segala sesuatu dalam Tuhan. Segala sesuatu yang ada di dunia ini ada karena diciptakan oleh Tuhan bekerjasama dengan orang-orang yang sungguh memper-sembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan. Tanpa Tuhan segala sesuatu di dunia ini tidak ada sebagaimana adanya saat ini. Tuhan hidup dan berkarya dalam segala sesuatu dan tentu saja terutama dalam diri manusia, yang diciptakan sesuai dengan gambar atau citraNya. Karya Tuhan dalam diri manusia menjadi nyata dalam penghayatan keutamaan-keutamaan sebagaui buah Roh, yaitu “kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemah-lembutan, penguasaan diri”.
Orang yang mahir atau terampil dalam pembedaan roh senantiasa juga hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak Roh dan dengan demikian cara hidup dan cara bertindaknya dijiwai sekaligus menghasilkan keutamaan-keutamaan sebagai buah Roh tersebut di atas. Keutamaan-keutamaan tersebut di atas sungguh perlu dan dibutuhkan oleh siapapun yang mendambakan hidup selamat, damai sejahtera dan bahagia lahir-batin, jasmani-rohani, fisik-spiritual. Hemat saya kita semua mendambakan keselamatan, damai dan kebahagiaan macam itu, maka marilah kita saling membantu atau bekerja sama mengusahakan, memperdalam, memperteguh dan menyebarluaskan keutamaan-keutamaan sebagai buah Roh di atas. Mungkin baik saya angkat perihal keutamaan ‘penguasaan diri’.
Menguasai diri berarti dapat mengendalikan diri, sehingga dirinya hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak dan perintah Tuhan. Jika kita dapat mengendalikan atau menguasa diri kita, maka sikap hidup kita terhadap orang lain akan melayani, sedangkan jika kita tak dapat mengendalikan atau menguasai diri maka sikap terhadap orang lain akan menindas. Marilah kita senantiasa berusaha setia dan taat kepada perintah dan kehendak Tuhan, dan untuk itu memang harus dapat mengendalikan diri. Maka mengakhiri refleksi sederhana ini, marilah kita renungkan dan hayati doa St.Ignatius Loyola ini: “Ambillah Tuhan, dan terimalah seluruh kemerdekaanku, ingatanku, pikiranku dan segenap kehendakku, segala kepunyaan dan milikku. Engkaulah yang memberikan, padaMu Tuhan kukembalikan. Semuanya milikMu, pergunakanlah sekehendakMu. Berilah aku cinta dan rahmatMu, cukup itu bagiku” (St.Ignatius Loyola, LR no 234)
“Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh,tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam.Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil.Bukan demikian orang fasik: mereka seperti sekam yang ditiupkan angin.” (Mzm 1:1-4)
Ign 31 Juli 2012

Rabu, 18 Juli 2012

Ibadat peringatan 7 hari Ibu YUSTINA SUHYATI di panggil Allah Bapa disurga


Yth Bapak/Ibu/sdr/i 

Salam Damai Kasih Kristus ,

Kami  atas nama Bapak YB Sunyoto  mengundang  Bpk/Ibu/Sdr/sdri   untuk menghadiri ibadat peringatan 7  hari Ibu YUSTINA SUHYATI di panggil Allah Bapa disurga  yang akan diselenggarakan pada :

Hari         :  Sabtu  / 21 Juli  2012
Jam          :  19.30  WIB
Tempat   :  Kediaman bpk YB.Sunyoto Komplek Unilever Blok A9/22

Besar harapan kami untuk bisa meluangkan waktu ,berkat Tuhan Yesus senantiasa melimpah kepada kita.

Hormat kami,
Ketua Lingkungan Krisantus 6                                        
ST.Sardjiman        

    
NB: Dimohon membawa Puji syukur dan Rosario
Foto kenangan Ibu Yustina Suhyati dalam Natal Bersama Krisantus enam(ket:Baris depan tengah)

Rabu, 11 Juli 2012

ibadat peringatan 40 hari Ibu Ignatia Dyah Eko Widji


Jakarta , 9  Juli  2012

Yth Bapak/Ibu/sdr/i 

Salam Damai Kasih Kristus ,

Kami  atas nama Bapak Ignatius Bambang Dwiarto mengundang  Bpk/Ibu/Sdr/sdri   untuk menghadiri ibadat peringatan 40  hari Ibu Ignatia Dyah Eko Widji di panggil Allah Bapa disurga  yang akan diselenggarakan pada :

Hari        :  Minggu / 15 Juli  2012
Jam         :  19.30  WIB
Tempat  :  Rumah Bpk.Ig Bambang,Komp.Keuangan blok  D/10(5844506)

Besar harapan kami untuk bisa meluangkan waktu ,berkat Tuhan Yesus senantiasa melimpah kepada kita.



Hormat kami,

Ketua Lingkungan Krisantus 6                                        
ST.Sardjiman        

Minggu, 08 Juli 2012

Undangan Menyambut Kunjungan Bunda Maria


Jakarta , 9 Juli  2011
YthBapak/Ibu/Sdr/Sdri Warga Krisantus 6

Undangan
Salam dalam Kasih Kristus, dalam rangkaian kegiatan Pesta Nama Pelindung MKK bersama ini kami mengundang  Bapak/Ibu/Sdr/Sdri warga Krisantus 6 bahwa Lingkungan Krisantus 6 dan Krisantus 3 mendapat giliran kunjungan patung Bunda Maria pada: 
Hari       :  Selasa  / 10 Juli 2012
Jam        :  19.30 WIB
Tempat  :  Rumah Bpk  John Tjahjadi Komplek Minagapura A3/27
                 Tlp. 584 2945
Atas perhatian dan kehadirannya , kami ucapkan terimakasih .

Hormat kami ,
Ketua Lingkungan Krisantus 6          NB: Dimohon membawa Puji syukur dan Rosario

Kamis, 05 Juli 2012

"Bukan orang sehat yang memerlukan tabib ”

"Bukan orang sehat yang memerlukan tabib ”
(Am 8:4-6.9-12; Mat 9:9-13)
“Setelah Yesus pergi dari situ, Ia melihat seorang yang bernama Matius duduk di rumah cukai, lalu Ia berkata kepadanya: "Ikutlah Aku." Maka berdirilah Matius lalu mengikut Dia. Kemudian ketika Yesus makan di rumah Matius, datanglah banyak pemungut cukai dan orang berdosa dan makan bersama-sama dengan Dia dan murid-murid-Nya. Pada waktu orang Farisi melihat hal itu, berkatalah mereka kepada murid-murid Yesus: "Mengapa gurumu makan bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?" Yesus mendengarnya dan berkata: "Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit. Jadi pergilah dan pelajarilah arti firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, karena Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa.” (Mat 9:9-13), demikian kutipan Warta  Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   “Yesuit ialah orang yang mengakui dirinya pendosa, tetapi tahu bahwa dipanggil menjadi sahabat Yesus seperti Ignatius dahulu” demikian salah satu pernyataan iman para Yesuit yang berkumpul dalam Konggregasi Jendral SJ ke 32 di Roma. Pengakuan atau pernyataan ini kiranya sesuai dengan panggilan para Yesuit yang sering menyatakan diri sebagai sahabat-sahabat Yesus, yang datang untuk memanggil dan mengampuni para pendosa. Saya berharap kepada semua umat beriman untuk meneladan Yesus, Tuhan yang datang untuk menyelamatkan orang-orang berdosa dan bukan menghukumnya. Jika kita mawas diri dengan jujur dan benar kiranya kita juga akan mengakui dosa-dosa kita yang begitu banyak, namun tidak pernah diingat atau diperhitungkan oleh Tuhan, melainkan diampuninya. Dengan kata lain kita semua memiliki pengalaman kasih pengampunan yang melimpah ruah dari Tuhan, dan selanjutnya kita dipanggil untuk meneruskan kasih pengampunan tersebut kepada saudara-saudari
kita atau sesama kita, tanpa pandang bulu. Marilah kita sadari juga bahwa selama masa balita kita sungguh telah menerima kasih pengampunan Tuhan melalui orangtua kita, khususnya ibu kita masing-masing yang telah mengandung, melahirkan, menyusui dan mendidik kita dengan penuh kasih penganpunan. Marilah kita senantiasa berbelas kasih kepada orang-orang berdosa, dan pecayalah jika orang berdosa dikasihi pasti akan segera bertobat. Orang-orang berdosa atau bersalah tidak untuk disingkirkan atau dibuang, melainkan harus diampuni dan diselamatkan, itulah tugas panggilan segenap umat beriman.
·   “Terimalah didikanku, lebih dari pada perak, dan pengetahuan lebih dari pada emas pilihan.Karena hikmat lebih berharga dari pada permata, apa pun yang diinginkan orang, tidak dapat menyamainya. Aku, hikmat, tinggal bersama-sama dengan kecerdasan, dan aku mendapat pengetahuan dan kebijaksanaan” (Am 8:10-12). “Hikmat lebih berharga daripada permata” itulah yang hendaknya kita renungkan, hayati dan sebarluaskan. Pendidikan lebih utama dan penting daripada pengumpulan harta benda/uang maupun pewarisan harta benda/uang. Kami berharap para orangtua lebih mengutamakan pendidikan anak-anaknya daripada kepentingan lainnya, demikian juga pemerintah di tingkat mana pun kami harapkan lebih mengutamakan pendidikan rakyatnya. Tujuan utama mendidik adalah agar para peserta didik sungguh berhikmat, berbudi pekerti luhur atau bermoral alias cerdas secara spiritual. Untuk itu kami harapkan di semua sekolah atau pendidikan di tingkat mana pun diperlakukan
larangan menyontek baik dalam ulangan atau ujian. Hemat saya kebobrokan moral atau budi pekerti warganegara atau bangsa kita saat ini karena para penentu kebijakan hidup bersama tidak memperhatikan pelayanan pendidikan yang baik, melainkan hanya mengejar kepentingan sendiri untuk menumpuk kekayaan atau uang dengan melakukan korupsi. Membiasakan menyontek di kalangan peserta didik atau mahasiswa  merupakan pendidikan korupsi di sekolah-sekolah. Korupsi berarti pembusukan linkungan hidup dan dengan demikian lingkungan hidup yang telah dicemari oleh para koruptor tidak sedap lagi. Cukup menarik bahwa ada oknum Departemen Agama yang juga anggota DPR melakukan korupsi dalam proyek mencetak kitab suci Al Qur’an, hal senada juga dapat terjadi dalam bentuk penyelewengan penggunaan harta benda atau uang di lingkungan tokoh atau pemuka Gereja Katolik. Jika kita tidak beres dalam hal pengurusan harta benda atau uang berarti kita juga tak akan beres perihal
hidup kita, dengan kata lain kita tak berhikmat. Akhirnya kami berharap kepada para orangtua untuk dengan sungguh-sungguh mengutamakan pendidikan anak-anaknya agar tumbuh berkembang menjadi pribadi yang berhikmat, berbudi pekerti luhur atau bermoral.
“Berbahagialah orang-orang yang memegang peringatan-peringatan-Nya, yang mencari Dia dengan segenap hati. Dengan segenap hatiku aku mencari Engkau, janganlah biarkan aku menyimpang dari perintah-perintah-Mu” (Mzm 119:2.10)
Ign 6 Juli 2012