Senin, 20 Oktober 2008

“Hendaklah pinggangmu tetap berikat dan pelitamu tetap menyala”

“Hendaklah pinggangmu tetap berikat dan pelitamu tetap menyala”

(Ef 2:12-22; Luk 12:35-38)



"Hendaklah pinggangmu tetap berikat
dan pelitamu tetap menyala. Dan hendaklah kamu sama seperti orang-orang yang
menanti-nantikan tuannya yang pulang dari perkawinan, supaya jika ia datang dan
mengetok pintu, segera dibuka pintu baginya. Berbahagialah hamba-hamba yang
didapati tuannya berjaga-jaga ketika ia datang. Aku berkata kepadamu:
Sesungguhnya ia akan mengikat pinggangnya dan mempersilakan mereka duduk makan,
dan ia akan datang melayani mereka. Dan apabila ia datang pada tengah malam
atau pada dinihari dan mendapati mereka berlaku demikian, maka berbahagialah
mereka” (Luk 12:35-38), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.



Berrefleksi
atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai
berikut:

· Salah satu atau mungkin yang utama dari fungsi ikat
pinggang adalah untuk membantu penampilan diri semakin menarik, semakin nampak
tampan, menawan, cantik dan seksi serta menarik. Maka sabda Yesus “Hendaklah pinggangmu tetap berikat” berarti
suatu ajakan atau perintah agar kita senantiasa menampilkan diri menawan dan
menarik atau memiliki daya pikat bagi orang lain dimanapun dan kapanpun.
Kiranya yang diharapkan disini tidak hanya secara phisik, melainkan terutama
secara spiritual atau rohani. “Hendaklah
pelitamu tetap menyala”, artinya hendaklah hati, jiwa, akal budi dan
tubuhmu tetap sehat wal’afiat, ceria dan bergembira ria, sehingga terbuka
terhadap aneka kemungkinan dan kesempatan serta setiap saat siap sedia untuk
diutus atau dipanggil oleh Tuhan alias meninggal dunia. Menampilkan diri
menawan, menarik dan memiliki daya pikat berarti berbudi pekerti luhur dan
secara konkret menghayati keutamaan-keutamaan ini :” bekerja
keras, berani memikul resiko, berdisiplin, beriman, berhati lembut,
berinisiatif, berpikir matang, berpikiran jauh ke depan, bersahaja,
bersemangat, bersikap konstruktif, bersyukur, bertanggung jawab, bertenggang
rasa, bijaksana, cerdik, cermat, dinamis, efisien, gigih, hemat, jujur,
berkemauan keras, kreatif, kukuh hati, lugas, mandiri, mawas diri, menghargai
karya orang lain, menghargai kesehatan, menghargai waktu, pemaaf, pemurah,
pengabdian, pengendalian diri, produktif, rajin, ramah tamah, rasa kasih
sayang, rasa percaya diri, rela berkorban, rendah hati, sabar, setia, sikap
adil, sikap hormat, sikap tertib, sopan santun, sportif, susila, tangguh,
tegas, tekun, tetap janji, terbuka dan ulet “(Prof.Dr.Sedyawati: Pedoman Penananam Budi Pekerti Luhur, Balai
Pustaka, Jakarta 1997). Maka marilah kita menjadi unggul dalam penghayatan
salah satu atau beberapa dari keutamaan-keutamaan tersebut di atas.

· “Demikianlah
kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari
orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah, yang dibangun di atas
dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru. Di
dalam Dia tumbuh seluruh bangunan, rapi tersusun, menjadi bait Allah yang
kudus, di dalam Tuhan. Di dalam Dia kamu juga turut dibangunkan menjadi tempat
kediaman Allah, di dalam Roh” (Ef 2:19-22),
demikian peringatan Paulus kepada umat di Efesus, kepada kita semua orang
beriman. Kita semua adalah ‘anggota-anggota
keluarga Allah, yang tumbuh sebagai bangunan, rapi tersusun, menjadi bait Allah
yang kudus’, sehingga kebersamaan hidup kita menawan, menarik serta
memiliki daya pikat bagi siapapun untuk siap sedia tumbuh berkembang menjadi
‘bait Allah’, orang yang dikuasai atau dirajai oleh Allah. Agar kebersamaan
hidup kita menawan, menarik dan memiliki daya pikat kiranya masing-masing dari
kita, setiap orang harus menawan, menarik dan memiliki daya pikat. Salah satu
tanda bahwa kita dirajai atau dikuasai oleh Allah antara lain melalui diri
kita, gaya hidup dan cara bertindak kita orang dapat mengintip siapa itu Tuhan,
siapa itu sesama manusia dan apa itu harta benda: Tuhan adalah raja dan ‘tuan’
bagi manusia, sesama manusia adalah saudara atau sahabat dalam perjalanan hidup
menuju hidup abadi di sorga, dan harta benda adalah sarana untuk menolong
manusia di dalam perjalanan hidup tersebut. Kita semua adalah saudara atau
sahabat, dalam keadaan atau situasi apapun, dimanapun dan kapanpun. Jika dalam
kebersamaan hidup kita, entah dalam keluarga, masyarakat, dalam hidup berbangsa
dan bernegara masih ada orang yang miskin dan berkekurangan berarti ada di
antara kita yang tidak dirajai atau dikuasai oleh Allah, melainkan dirajai atau
dikuasai oleh ‘setan’, harta benda, jabatan, kedudukan atau kehormatan duniawi.
Maka kami mengajak dan mengingatkan mereka yang gila atas atau dikuasai oleh
harta benda, jabatan, kedudukan dan kehormatan duniawi untuk bertobat dan
memperbaharui diri agar kebesamaan hidup kita menarik, menawan dan memiliki
daya pikat.



“Kasih dan kesetiaan akan bertemu,
keadilan dan damai sejahtera akan bercium-ciuman. Kesetiaan akan tumbuh dari
bumi, dan keadilan akan menjenguk dari langit. Bahkan TUHAN akan memberikan
kebaikan, dan negeri kita akan memberi hasilnya. Keadilan akan berjalan di
hadapan-Nya, dan akan membuat jejak kaki-Nya menjadi jalan.”(Mzm 85:11-14)

Jakarta, 21 Oktober 2008

Senin, 13 Oktober 2008

“Kamu membersihkan bagian luar dari cawan dan pinggan tetapi bagian dalammu penuh rampasan dan kejahatan.”

“Kamu membersihkan bagian luar dari cawan dan pinggan tetapi bagian
dalammu penuh rampasan dan kejahatan.”

(Gal 4:31b-5:6; Luk 11:37-41)

“Ketika Yesus selesai mengajar, seorang
Farisi mengundang Dia untuk makan di rumahnya. Maka masuklah Ia ke rumah itu, lalu
duduk makan. Orang Farisi itu melihat hal itu dan ia heran, karena Yesus tidak
mencuci tangan-Nya sebelum makan. Tetapi Tuhan berkata kepadanya: "Kamu
orang-orang Farisi, kamu membersihkan bagian luar dari cawan dan pinggan,
tetapi bagian dalammu penuh rampasan dan kejahatan. Hai orang-orang bodoh,
bukankah Dia yang menjadikan bagian luar, Dia juga yang menjadikan bagian
dalam? Akan tetapi, berikanlah isinya sebagai sedekah dan sesungguhnya semuanya
akan menjadi bersih bagimu” (Luk 11:37-41), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi
atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai
berikut:

· Gaya hidup formal atau liturgis rasanya marak di
sana-sini, entah dalam hidup beragama, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Orang
lebih menekankan dan mengutamakan penampilan ‘phisik’ daripada ‘hati’ alias ‘bersandiwara’. Berpakaian rapi,
memakai jas dan dasi serta minyak wangi yang harum sehingga nampak menarik dan
menawan secara phisik, tetapi sebenarnya ia adalah koruptor atau penjahat ;
tampil seksi dengan ornament yang aduhai serta pakaian bersih ternyata pelacur,
dst.. Ketika beribadat nampak khusuk dan penuh hormat melalui doa dan nyanyian,
tetapi begitu selesai ibadat langsung marah-marah kepada orang lain. “Berikanlah isinya sebagai sedekah dan
sesungguhnya semuanya akan menjadi bersih bagimu”, demikian sabda Yesus
yang harus kita renungkan dan hayati. Marilah kita jujur dan transparant
tentang diri kita masing-masing dalam penampilan. “Jujur adalah sikap dan perilaku yang tidak suka berbohong dan berbuat
curang, berkata-kata apa adanya dan berani mengakui kesalahan, serta rela
berkorban untuk kebenaran.Ini diwujudkan dalam perilaku yang tidak suka
berbohong dan berbuat curang serta rela berkorban untuk mempertahankan
kebenaran. Perilaku ini diwujudkan dalam hubungannya dengan Tuhan dan diri
sendiri” (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur,
Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 17). Kejujuran ini rasanya baik sedini
mungkin kita ajarkan atau binakan kepada anak-anak entah di dalam keluarga atau
sekolah, tentu saja pertama-tama dan terutama dengan keteladanan orangtua atau
para guru/pendidik. Di sekolah atau perguruan tinggi hendaknya diberlakukan
‘dilarang menyontek baik dalam ulangan maupun ujian’. Hemat saya aneka bentuk
kebohongan atau penampilan palsu atau sandiwara kehidupan dan korupsi terjadi
antara karena ketika dibiarkannya tindakan menyontek di sekolah-sekolah.

·
“Sebab oleh Roh, dan karena iman, kita menantikan
kebenaran yang kita harapkan. Sebab bagi orang-orang yang ada di dalam Kristus
Yesus hal bersunat atau tidak bersunat tidak mempunyai sesuatu arti, hanya iman
yang bekerja oleh kasih”(Gal 5:5-6),
demikian kesaksian iman Paulus. “Iman
yang bekerja oleh kasih” itulah yang mempunyai arti, nilai dan makna bagi
hidup kita, bukan kekayaan, harta benda, pangkat, kedudukan, jabatan atau
kehormatan duniawi. “Jika iman itu tidak
disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati.”(Yak 2:17), dan perbuatan itu adalah kasih. Masing-masing dari
kita diciptakan, dibesarkan dan dididik dalam dan oleh kasih, tanpa kasih kita
tidak dapat berada seperti sekarang ini. Kasih merupakan ajaran yang pertama
dan utama dari Yesus. Apa itu kasih? “Kasih
itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan
tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan
diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain.Ia
tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi
segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar
menanggung segala sesuatu” (1Kor 13:4-7).. Kasih yang sering dilambangkan
dengan cincin yang bulat menunjukkan bahwa kita harus saling mengasihi secara
total (dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap
kekuatan/tubuh) dan tanpa batas. Kasih tidak dapat dibatasi oleh SARA, usia,
pangkat, kedudukan dan jabatan. Kita semua dipanggil untuk ‘bekerja oleh kasih’ artinya
dimanapun dan kapanpun serta dalam kesibukan dan pelayanan apapun kita harus
saling mengasihi. Dekati, sikapi segala sesuatu dalam dan oleh kasih, jika anda
mendambakan hidup bahagia, damai sejahtera, selamat lahir dan batin. Apapun dan
siapapun yang disikapi dan diperlakukan dalam kasih akan sungguh berarti,
bermakna dan bernilai bagi kehidupan kita.

“Janganlah sekali-kali mencabut firman kebenaran dari
mulutku, sebab aku berharap kepada hukum-hukum-
Mu. Aku hendak berpegang pada
Taurat-Mu senantiasa, untuk seterusnya dan selamanya. Aku hendak hidup dalam
kelegaan, sebab aku mencari titah-titah- Mu. Aku hendak bergemar dalam
perintah-perintah- Mu yang kucintai itu. Aku menaikkan tanganku kepada
perintah-perintah- Mu yang kucintai, dan aku hendak merenungkan
ketetapan-ketetapan -Mu “(Mzm
119:43-45.47- 48)

Jumat, 10 Oktober 2008

“Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya.”

“Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang
memeliharanya.”

(Gal 3:22-29; Luk 11:27-28)



“Ketika Yesus masih berbicara, berserulah
seorang perempuan dari antara orang banyak dan berkata kepada-Nya:
"Berbahagialah ibu yang telah mengandung Engkau dan susu yang telah
menyusui Engkau." Tetapi Ia berkata:
"Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang
memeliharanya.” (Luk 11:27-28),
demikian kutipan Warta Gembira hari ini.



Berrefleksi
atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai
berikut:

· Seorang ibu pada umumnya akan bangga dan berbahagia
ketika anak-anaknya atau ada salah seorang anak sukses/berhasil menjadi ‘orang’
alias menjadi tokoh penting, terkenal dan terhormat dalam hidup bermasyarakat,
berbangsa maupun bernegara dan beragama. Itulah perasaan hati seorang perempuan
yang sedang mendengarkan pengajaran Yesus dan berkata kepadaNya: “Berbahagialah ibu yang telah mengandung
Engkau dan susu yang telah menyusui Engkau”. Menanggapi pujian ini Yesus
dengan rendah hati menjawab: “Yang
berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya”.
Jawaban Yesus ini tidak berarti mengingkari Bunda Maria, yang telah
mengandung dan menyusuiNya, melainkan merupakan peneguhan bahwa Bunda Maria
adalah yang sungguh berbahagia, bukan karena mengandung dan menyusui Yesus
melainkan karena ia ‘mendengarkan firman
Allah dan memeliharanya’. Kebahagiaan sejati adalah mendengarkan firman
Allah dan memeliharanya atau menghayatinya, dan Bunda Maria telah menghayatinya
serta menjadi teladan hidup beriman. Maka baiklah jika kita mengaku diri
sebagai orang beriman serta mendambakan kebahagiaan sejati, marilah kita
bacakan, dengarkan dan renungkan serta hayati firman-firman Allah sebagaimana tertulis
di dalam Kitab Suci. Firman Allah sebagaimana tertulis di dalam Kitab Suci
pertama-tama dan terutama untuk ‘dibacakan’ dan ‘didengarkan’, maka baiklah
kita ‘bacakan’ untuk orang lain atau diri sendiri atau kita ‘dengarkan’ ketika
sedangkan dibacakan firman Allah. Ingat ‘membacakan’ tidak sama dengan
‘membaca’, ‘mendengarkan’ tidak sama dengan ‘mendengar’. Hemat saya sebagai
orang beriman, yang antara lain berarti membuka hati, jiwa, akal budi dan
tubuh, kiranya ketika mendengarkan firman Allah pasti akan dipengaruhi dan
dikuasai karena Allah maha-segalanya, Deus
semper maior est. , dan dengan demikian mau tidak mau orang beriman akan
melaksanakan atau menghayati apa yang difirmankan atau diperintahkan oleh Allah
tanpa syarat. “Mendengarkan” merupakan
keutamaan yang dibutuhkan dalam pertumbuhan dan perkembangan pribadi beriman,
dan untuk dapat mendengarkan dengan baik butuh kerendahan hati. Entah dalam
belajar atau bekerja hemat saya jika mendambakan keberhasilan atau kesuksesan
hendaknya menghayati keutamaan ‘mendengarkan’
Iman muncul, tumbuh dan berkembang karena pendengaran.

· “Hukum Taurat
adalah penuntun bagi kita sampai Kristus datang, supaya kita dibenarkan karena
iman. Sekarang iman itu telah datang, karena itu kita tidak berada lagi di
bawah pengawasan penuntun” (Gal 3:24-25), demikian kesaksian Paulus kepada umat di Galatia, kepada kita semua orang beriman. Sebagai orang yang
lemah dan rapuh untuk tumbuh berkembang dalam iman memang butuh tuntunan. Ada aneka aturan atau hukum yang diberlakukan di dalam
hidup bersama, yang diharapkan menjadi tuntunan bagi mereka yang terkait atau
berada dalam lingkup aturan dan hukum tersebut untuk tumbuh berkembang sebagai
pribadi cerdas beriman. Juga ada rumus-rumus janji, visi atau motto yang
terkait dengan panggilan, tugas perutusan dan pekerjaan kita. Maka marilah
dengan rendah hati dan bergotong-royong kita berusaha untuk menghayati aturan,
hukum, janji, visi atau motto yang terkait dengan panggilan, tugas perutusan
dan pekerjaan kita masing-masing. Memang jika kita sungguh beriman akhirnya
kita akan merasa bebas merdeka, artinya menghayati atau melaksanakan aneka
tuntunan tersebut ringan adanya serta senantiasa bergembira, sebaliknya jika
kita kurang atau tidak beriman maka aneka tuntunan terrasa menjadi beban berat
dan penghalang. Pandanglah, lihatlah, sikapilah aneka tuntunan dalam dan dengan
semangat cintakasih, karena aneka tuntunan tersebut merupakan terjemahan atau
uraian bagaimana orang harus mewujudkan cintakasih dalam hidup dan kesibukan
sehari-hari. Sebagai orang yang beriman pada Yesus Kristus baiklah menghayati
ajakan ini: “Jikalau kamu adalah milik
Kristus, maka kamu juga adalah keturunan Abraham dan berhak menerima janji
Allah” (Gal 3:29).

Kamis, 09 Oktober 2008

Senin, 06 Oktober 2008

Makna doa Rosario

Doa Rosario adalah doa renungan

Doa Rosario adalah doa renungan. Sambil mendaras doa Salam Maria berulang-ulang (10 kali) para pendoa merenungkan salah satu misteri yang dirangkai dalam rosario. Pemahaman dan praktek ini sangat ditekankan oleh sejumlah dokumen/pernyataan pimpinan Gereja:

1. Doa rosario adalah salah satu tradisi kontemplasi Kristiani yang terbaik dan paling berharga. Rosario adalah doa renungan yang khas. (Surat Apostolik Rosario Perawan Maria [RPM] no. 5)
2. Doa Rosario adalah sarana yang paling efektif untuk mengembangkan diri di kalangan kaum beriman, suatu komitmen untuk merenungkan misteri Kristiani; ini sudah saya usulkan dalam surat Apostolik Novo Millennio Ineunte sebagai "latihan kekudusan" yang sejati. Kita memerlukan kehidupan Kristiani yang menonjol dalam seni berdoa. (No. 32: AAS 93 (2001), 288)
3. Doa Rosario adalah doa renungan yang sangat indah. Tanpa unsur renungan, doa Rosario akan kehilangan maknanya. Tanpa renungan, doa Rosario menjadi ibarat tubuh tanpa jiwa, dan ada bahaya bahwa pendarasannya akan nenjadi pengulangan kata-kata secara mekanis. Ini bertentangan dengan anjuran Yesus: 'Dalam doamu, janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka bahwa karena banyaknya kata-kata doanya akan dikabulkan' (Mat 6:7). Sedari hakikatnya, pendarasan Rosario membangun irama yang tenang dan tetap. Ini akan membantu orang untuk merenungkan misteri-misteri kehidupan Kristus. (Anjuran Apostolik Marialis Cultus, 2 Februari 1974, 156; RPM no. 12)

[sunting] Doa Rosario adalah ringkasan Injil

Doa Rosario adalah "ringkasan Injil", karena di dalamnya dirangkai dan direnungkan sejarah keselamatan yang dipaparkan dalam Injil; mulai kisah-kisah sekitar inkarnasi sampai dengan kebangkitan dan kenaikan Tuhan. Dengan ditambahkannya satu rangkaian peristiwa baru, yakni peristiwa terang, doa Rosario menjadi ringkasan Injil yang lebih utuh. Kini renungan Rosario mencakup: peristiwa-peristiwa sekitar inkarnasi dan masa kecil Yesus (peristiwa-peristiwa gembira), peristiwa-peristiwa amat penting dalam pelayanan Yesus di hadapan umum (peristiwa-peristiwa terang), peristiwa-peristiwa sekitar sengsara-Nya (peristiwa-peristiwa sedih), dan kenangan akan kebangkitan-Nya (peristiwa-peristiwa mulia). (RPM no. 19)

[sunting] Doa Rosario adalah doa Kristologis

Doa Rosario adalah salah satu doa Kristiani yang sangat Injili, yang intinya adalah renungan tentang Kristus. Sebagai doa Injil, Rosario dipusatkan pada misteri inkarnasi yang menyelamatkan, dan memiliki orientasi Kristologis yang gamblang. Unsurnya yang paling khas adalah pendarasan doa Salam Maria secara berantai. Tetapi puncak dari Salam Maria sendiri adalah nama Yesus. Nama ini menjadi puncak baik dari kabar/salam malaikat, "Salam Maria penuh rahmat, Tuhan sertamu," maupun dari salam ibu Yohanes Pembaptis, "Terpujilah buah tubuhmu" (Luk 1:42). Pendarasan Salam Maria secara berantai itu menjadi bingkai, dimana dirajut renungan atau kontemplasi atas misteri-misteri yang ditampilkan lewat Rosario. (Paus Paulus VI, Anjuran Apostolik Marialis Cultus, 2 Februari 1974, 46)

[sunting] Untaian Rosario

Doa Rosario melahirkan sebuah alat untuk menghitung jumlah doa Salam Maria yang didaraskan, yakni Rosario atau kalung Rosario. Jari-jari tangan bergerak dari satu manik-manik ke satu manik-manik lainnya sejalan dengan didaraskannya doa. Tanpa harus menghitung di dalam ingatan jumlah doa Salam Maria yang didaraskan, pikiran seseorang akan lebih bisa mendalami, dalam meditasi, peristiwa-peristiwa suci dalam Doa Rosario.

Lima dekade rosario meliputi lima kelompok sepuluh manik-manik, dengan tambahan manik-manik besar pada tempat longgar sebelum tiap dekade-nya. Doa Salam Maria diucapkan pada tiap manik-manik dalam sebuah dekade, sementara doa Bapa Kami diucapkan pada manik-manik besar. Sebuah peristiwa baru diumumkan dan didalami pada saat jari tangan berhenti pada manik-manik yang besar.

Beberapa rosario, terutama yang digunakan oleh beberapa ordo/tarekat keagamaan, memiliki lima belas dekade, merujuk pada lima belas peristiwa suci tradisional dari Doa Rosario. Baik rosario dengan lima maupun lima belas dekade semuanya terikat pada sebuah untaian pendek, yang bermula pada sebuah Crucifix diikuti oleh sebuah manik-manik besar, tiga manik-manik kecil dan sebuah manik-manik besar sebelum menyambung pada keseluruhan rosario tadi. Pendarasan rosario dimulai pada untaian pendek, mengucapkan Kredo Para Rasul (Aku Percaya) di Crucifix, satu doa Bapa Kami pada manik-manik besar pertama, tiga doa Salam Maria pada tiga manik-manik kecil berikutnya, dan doa Kemuliaan pada manik-manik besar berikutnya. Pendarasan dekade-dekade rosario lantas mengikuti.

Walaupun menghitung doa dengan menggunakan untaian manik-manik telah menjadi kebiasaan, Doa Rosario nyatanya tidak mengharuskan penggunaan untaian manik-manik tersebut. Doa ini bisa didaraskan dengan menggunakan alat-alat menghitung lainnya, dengan menghitung menggunakan jari tangan seseorang, atau menghitungnya tanpa alat apa pun.

[sunting] Doa-doa dalam Rosario

Tanda Salib

Dalam nama Bapa, dan Putra, dan Roh Kudus. Amin.

Syahadat Para Rasul

Aku percaya akan Allah, Bapa Yang Maha Kuasa, pencipta langit dan bumi;
dan akan Yesus Kristus, Putra-Nya yang tunggal, Tuhan kita;
yang dikandung dari Roh Kudus, dilahirkan oleh Perawan Maria;
yang menderita sengsara dalam pemerintahan Pontius Pilatus;
disalibkan, wafat dan dimakamkan;
yang turun ke tempat penantian, pada hari ketiga bangkit dari antara orang mati;
yang naik ke surga, duduk di sebelah kanan Allah Bapa Yang Maha Kuasa;
dari situ Ia akan datang, mengadili orang yang hidup dan mati.
Aku percaya akan Roh Kudus,
Gereja Katolik yang Kudus,
persekutuan para kudus,
pengampunan dosa,
kebangkitan badan,
kehidupan kekal,
Amin.

Bapa Kami

Bapa Kami yang ada di surga, dimuliakanlah nama-Mu,
datanglah kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu,
di atas bumi seperti di dalam surga.
Berilah kami rejeki pada hari ini dan ampunilah kesalahan kami,
seperti kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami.
Dan janganlah masukkan kami ke dalam percobaan,
tetapi bebaskanlah kami dari yang jahat,
Amin.

Salam Maria

Salam Maria, penuh rahmat, Tuhan serta-Mu,
terpujilah Engkau di antara wanita,
dan terpujilah buah tubuh-Mu, Yesus.
Santa Maria, Bunda Allah,
doakanlah kami yang berdosa ini,
sekarang dan waktu kami mati,
Amin.

Kemuliaan

Kemuliaan kepada Bapa, dan Putra, dan Roh Kudus,
seperti pada permulaan, sekarang, selalu dan sepanjang segala abad,
Amin.

Terpujilah ...

Terpujilah nama Yesus, Maria dan Yosef,
sekarang dan selama-lamanya.

Doa Fatima

Ya Yesus yang baik, ampunilah dosa-dosa kami.
Selamatkanlah kami dari api neraka,
dan hantarlah jiwa-jiwa ke surga,
terlebih jiwa-jiwa yang sangat membutuhkan kerahiman-Mu,
Amin.