Minggu, 21 September 2008

Pertemuan Pendalaman Kitab Suci Minggu Ke 3

9:6. Camkanlah ini: Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga.
9:7 Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita.
9:8 Dan Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada kamu, supaya kamu senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan.
9:9 Seperti ada tertulis: "Ia membagi-bagikan, Ia memberikan kepada orang miskin, kebenaran-Nya tetap untuk selamanya."
9:10 Ia yang menyediakan benih bagi penabur, dan roti untuk dimakan, Ia juga yang akan menyediakan benih bagi kamu dan melipatgandakannya dan menumbuhkan buah-buah kebenaranmu;
9:11 kamu akan diperkaya dalam segala macam kemurahan hati, yang membangkitkan syukur kepada Allah oleh karena kami.
9:12 Sebab pelayanan kasih yang berisi pemberian ini bukan hanya mencukupkan keperluan-keperluan orang-orang kudus, tetapi juga melimpahkan ucapan syukur kepada Allah.
9:13 Dan oleh sebab kamu telah tahan uji dalam pelayanan itu, mereka memuliakan Allah karena ketaatan kamu dalam pengakuan akan Injil Kristus dan karena kemurahan hatimu dalam membagikan segala sesuatu dengan mereka dan dengan semua orang,
9:14 sedangkan di dalam doa mereka, mereka juga merindukan kamu oleh karena kasih karunia Allah yang melimpah di atas kamu.
9:15 Syukur kepada Allah karena karunia-Nya yang tak terkatakan itu!

Minggu, 14 September 2008

Lukas 6:30-38

6:30 Berilah kepada setiap orang yang meminta kepadamu; dan janganlah meminta kembali kepada orang yang mengambil kepunyaanmu.
6:31 Dan sebagaimana kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah juga demikian kepada mereka.
6:32 Dan jikalau kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah jasamu? Karena orang-orang berdosapun mengasihi juga orang-orang yang mengasihi mereka.
6:33 Sebab jikalau kamu berbuat baik kepada orang yang berbuat baik kepada kamu, apakah jasamu? Orang-orang berdosapun berbuat demikian.
6:34 Dan jikalau kamu meminjamkan sesuatu kepada orang, karena kamu berharap akan menerima sesuatu dari padanya, apakah jasamu? Orang-orang berdosapun meminjamkan kepada orang-orang berdosa, supaya mereka menerima kembali sama banyak.
6:35 Tetapi kamu, kasihilah musuhmu dan berbuatlah baik kepada mereka dan pinjamkan dengan tidak mengharapkan balasan, maka upahmu akan besar dan kamu akan menjadi anak-anak Allah Yang Mahatinggi, sebab Ia baik terhadap orang-orang yang tidak tahu berterima kasih dan terhadap orang-orang jahat.
6:36 Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati."

6:37. "Janganlah kamu menghakimi, maka kamupun tidak akan dihakimi. Dan janganlah kamu menghukum, maka kamupun tidak akan dihukum; ampunilah dan kamu akan diampuni.
6:38 Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu."

“Apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?"

“Apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?"

(Gal 1:6-12; Luk 10:25-37)



“Pada suatu kali berdirilah seorang ahli
Taurat untuk mencobai Yesus, katanya: "Guru, apa yang harus kuperbuat
untuk memperoleh hidup yang kekal?" Jawab Yesus kepadanya: "Apa yang
tertulis dalam hukum Taurat? Apa yang kaubaca di sana?" Jawab
orang itu: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan
segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu,
dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." Kata Yesus
kepadanya: "Jawabmu itu benar; perbuatlah demikian, maka engkau akan
hidup." Tetapi untuk membenarkan dirinya orang itu berkata kepada Yesus:
"Dan siapakah sesamaku manusia?"
(Luk 10:25-29), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.



Berrefleksi
atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai
berikut:

· Semua orang atau siapapun kiranya mendambakan atau
mencita-citakan hidup bahagia, damai sejatera dan selamat baik di dunia maupun
di akhirat nanti atau setelah dipanggil Tuhan/meninggal dunia hidup mulia di
sorga bersama Allah, Pencipta dunia. Syarat atau sarana untuk hidup bahagia,
damai sejahtera dan selamat adalah dengan menghayati atau melaksanakan
perintah/sabda ini: “Kasihilah Tuhan,
Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap
kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu dan kasihilah sesamamu seperti dirimu
sendiri”. Kasih terhadap Allah harus menjadi nyata dalam kasih terhadap
sesama manusia: semakin mengasihi Allah berarti semakin mengasihi sesama
manusia, semakin mengasihi sesama manusia berarti semakin mengasihi Allah. Yang
dapat diindrai dan dinikmati selama hidup di dunia ini kiranya adalah kasih
terhadap sesama manusia. “Siapa sesamaku manusia?” Dalam kisah Warta Gembira
hari ini kepada kita ditunjukkan bahwa sesama manusia yang mendesak atau segera
kita kasihi adalah mereka yang sungguh membutuhkan, yang sedang sakit dan
menderita. Dalam kisah hari ini yang menderita adalah orang yang dirampok dan
hampir mati. Dalam hidup kita sehari-hari kiranya mereka yang sakit dan
menderita, tidak hanya secara phisik melulu, tetapi juga spiritual, yaitu sakit
hati/pemarah, sakit jiwa/gila atau sakit
akal budi/ bodoh. Tanpa pandang bulu, SARA, usia, dst.. marilah siapapun yang
sedang menderita sakit kita kasihi sesuai dengan kebutuhannya untuk menjadi
sembuh, sehat wal’afiat kembali. Untuk kita kita harus dengan jiwa besar dan
hati rela berkorban mempersembahkan hati, jiwa, akal budi,
kekuatan/tenaga/harta benda/uang bagi mereka yang sedang menderita sakit.
Menderita sakit adalah bagian atau langkah menuju ke kematian atau dipanggil
Tuhan, maka sebagaimana kita dengan jiwa besar dan rela berkorban untuk memperhatikan mereka yang telah dipanggil
Tuhan (bdk ‘melayat’), hendaknya hal yang sama kita lakukan pada saat-saat
saudara dan saudari kita berada di dalam perjalanan menuju ke kematian alias
sedang menderita sakit.

· “Jadi
bagaimana sekarang: adakah kucari kesukaan manusia atau kesukaan Allah? Adakah
kucoba berkenan kepada manusia? Sekiranya aku masih mau mencoba berkenan kepada
manusia, maka aku bukanlah hamba Kristus. Sebab aku menegaskan kepadamu,
saudara-saudaraku, bahwa Injil yang kuberitakan itu bukanlah injil
manusia.Karena aku bukan menerimanya dari manusia, dan bukan manusia yang
mengajarkannya kepadaku, tetapi aku menerimanya oleh penyataan Yesus Kristus”(Gal 1:10-12).
Pertanyaan refleksif Paulus “adakah
kucari kesukaan manusia atau kesukaan Allah”, kiranya juga menjadi
pertanyaan refleksif kita semua. Apa yang kucari dengan susah payah atau kerja
keras di dunia ini: kesukaan manusia atau kesukaan Allah? Kesukaan manusia yang
baik atau berbudi pekerti luhur kiranya identik atau sama dengan kesukaan
Allah, maka marilah dengan rendah hati kita berusaha untuk menjadi manusia yang
baik atau berbudi pekerti luhur. Orang yang berbudi pekerti luhur rasanya
menghayati beberapa dari keutamaan-keutamaan atau nilai-nilai ini: “bekerja keras, berani memikul resiko,
berdisiplin, beriman, berhati lembut, berinisiatif, berpikir matang, berpikiran
jauh ke depan, bersahaja, bersemangat, bersikap konstruktif, bersyukur,
bertanggungjawab, bertenggang rasa, bijaksana, cerdik, cermat, dinamis,
efisien, gigih, hemat, jujur, berkemauan keras, kreatif, kukuh hati, lugas,
mandiri, mawas diri, menghargai karya orang lain, menghargai kesehatan,
menghargai waktu, pemaaf, pemurah, pengabdian, pengendalian diri, produktif,
rajin, ramah tamah, rasa kasih sayang, rasa percaya diri, rela berkorban,
rendah hati, sabar, setia, sikap adil, sikap hormat, sikap tertib, sopan
santun, sportif, susila, tangguh, tegas, tekun, tetap janji, terbuka, ulet” (Prof
Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka –
Jakarta 1997). Jika orang unggul atau secara mendalam menghayati salah satu keutamaan
atau nilai tersebut di atas hemat saya secara inklusif yang bersangkutan juga
menghayati keutamaan atau nilai-nilai lainnya.



“Aku mau bersyukur kepada TUHAN dengan
segenap hati, dalam lingkungan orang-orang benar dan dalam jemaah. Besar
perbuatan-perbuatan TUHAN, layak diselidiki oleh semua orang yang menyukainya. Perbuatan
tangan-Nya ialah kebenaran dan keadilan, segala titah-Nya teguh, kokoh untuk
seterusnya dan selamanya, dilakukan dalam kebenaran dan kejujuran”(Mzm 111:1-2.7-8)



Jakarta, 6 Oktober 2008

Rabu, 03 September 2008

Kegiatan Lingkungan Krisantus VI

Pendalaman Kitab Suci dalam Rangka Bulan kitab Suci untuk Minggu ke2 13 September 2008 ini diadakan di rumah bapak Sarjiman Jl.Bunga Meruya Selatan Jakarta Barat.

Doa Arwah Petrus Yudi Cahyadi di Aula Gereja Selasa 16 September 2008 Jam 19.30

BULAN KITAB SUCI NASIONAL

BULAN KITAB SUCI NASIONAL
Selintas Sejarah

Pada bulan September telah dikhususkan oleh Gereja Katolik Indonesa sebagai Bulan Kitab Suci Nasional. Di setiap keuskupan dilakukan berbagai kegiatan untuk mengisi bulan ini, mulai di lingkungan, wilayah, paroki, biara, maupun di kelompok-kelompok kategorial. Misalnya, lomba baca KS, pendalaman KS di lingkungan, pameran buku, dan sebagainya. Terutama pada hari Minggu pertama bulan itu, kita merayakan hari Minggu Kitab Suci Nasional. Perayaan Ekaristi berlangsung secara meriah, diadakan perarakan khusus untuk KS, dan KS ditempatkan di tempat yang istimewa. Sejak kapan tradisi Bulan Kitab Suci Nasional ini berawal? Untuk apa?

Untuk mengetahui latar belakang diadakannya BKSN ini kita perlu menengok kembali Konsili Vatikan II. Salah satu dokumen yang dihasilkan oleh KV II yang berbicara mengenai KS adalah Dei Verbum. Dalam Dei Verbum para bapa Konsili menganjurkan agar jalan masuk menuju Kitab Suci dibuka lebar-lebar bagi kaum beriman (DV 22). Konsili juga mengajak seluruh umat beriman untuk tekun membaca KS. Bagaimana jalan masuk itu dibuka? Pertama-tama, dengan menerjemahkan KS ke dalam bahasa setempat, dalam hal ini Bahasa Indonesia. Usaha ini sebenarnya telah dimulai sebelum KV II dan Gereja Katolik telah selesai menerjemahkan seluruh KS, baik PL maupun PB. Namun, KV II menganjurkan agar diusahakan terjemahan KS ekumenis, yakni terjemahan bersama oleh Gereja Katolik dan Gereja Protestan. Mengikuti anjuran KV II ini, Gereja Katolik Indonesia mulai “meninggalkan” terjemahan PL dan PB yang merupakan hasil kerja keras para ahli Katolik, dan memulai kerja sama dengan Lembaga Alkitab Indonesia. De
ngan demikian, mulailah pemakaian KS terjemahan bersama, yang merupakan terjemahan resmi yang diakui baik oleh Gereja Katolik maupun Gereja-gereja Protestan di Indonesia. Yang membedakan hanyalah Kitab-Kitab Deuterokanonika yang diakui termasuk dalam KS oleh Gereja Katolik namun tidak diakui oleh Gereja-gereja Protestan.

Kitab Suci telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia, namun umat Katolik Indonesia belum mengenalnya, dan belum mulai membacanya. Mengingat hal itu, Lembaga Biblika Indonesia, yang merupakan Lembaga dari KWI untuk kerasulan Kitab Suci, mengadakan sejumlah usaha untuk memperkenalkan KS kepada umat dan sekaligus mengajak umat untuk mulai membaca KS. Hal ini dilakukan antara lain dengan mengemukakan gagasan sekaligus mengambil prakarsa untuk mengadakan Hari Minggu Kitab Suci secara nasional. LBI mengusulkan dan mendorong agar keuskupan-keuskupan dan paroki-paroki seluruh Indonesia mengadakan ibadat khusus dan kegiatan-kegiatan sekitar KS pada Hari Minggu tertentu.

LBI telah dua kali mencobanya. Pada tahun 1975 dalam rangka menyambut terbitnya Alkitab lengkap ekumenis, LBI menyarankan agar setiap paroki mengadakan Misa Syukur pada bulan Agustus. Bahan-bahan liturgi dan saran-saran kegiatan yang dapat dilakukan beberapa bulan sebelumnya dikirimkan ke keuskupan-keuskupan. Percobaan kedua dilakukan pada tahun 1976. Akhir Mei 1976 dikirimkan bahan-bahan langsung kepada pastor-pastor paroki untuk Hari Minggu Kitab Suci tanggal 24/25 Juli 1976, ditambah lampiran contoh pendalaman, leaflet, tawaran bahan diskusi, dan lain-lain.

Walaupun dua kali percobaan itu tidak menghasilkan buah melimpah seperti yang diharapkan, LBI toh meyakini bahwa HMKS harus diteruskan dan diusahakan, dengan tujuan sebagai berikut:
1. Untuk mendekatkan dan memperkenalkan umat dengan sabda Allah. KS juga diperuntukkan bagi umat biasa, tidak hanya untuk kelompok tertentu dalam Gereja. Mereka dipersilahkan melihatnya dari dekat, mengenalnya lebih akrab sebagai sumber dari kehidupan iman mereka.
2. Untuk mendorong agar umat memiliki dan menggunakannya. Melihat dan mengagumi saja belum cukup. Umat perlu didorong untuk memilikinya paling sedikit setiap keluarga mempunyai satu kitab suci di rumahnya. Dengan demikian, umat dapat membacanya sendiri untuk memperdalam iman kepercayaannya sendiri.

Dalam sidang MAWI 1977 para uskup menetapkan agar satu Hari Minggu tertentu dalam tahun gerejani ditetapkan sebagai Hari Minggu Kitab Suci Nasional. Hari Minggu yang dimaksudkan adalah Hari Minggu Pertama September. Dalam perkembangan selanjutnya keinginan umat untuk membaca dan mendalami KS semakin berkembang. Satu Minggu dirasa tidak cukup lagi untuk mengadakan kegiatan-kegiatan seputar Kitab Suci. Maka, kegiatan-kegiatan ini berlangsung sepanjang Bulan September dan bulan ke-9 ini sampai sekarang menjadi Bulan Kitab Suci Nasional.



Courtesy: YM Seto Marsunu
Sekretaris LBI

Selasa, 02 September 2008

Renungan Harian dari Rm.Maryo

"Mengapakah engkau melihat selumbar di dalam mata saudaramu"
(1Kor 9:16-19.22b-27; Luk 6:39-42)

"Yesus mengatakan pula suatu perumpamaan kepada mereka: "Dapatkah
orang buta menuntun orang buta? Bukankah keduanya akan jatuh ke dalam
lobang? Seorang murid tidak lebih dari pada gurunya, tetapi
barangsiapa yang telah tamat pelajarannya akan sama dengan gurunya.
Mengapakah engkau melihat selumbar di dalam mata saudaramu, sedangkan
balok di dalam matamu sendiri tidak engkau ketahui? Bagaimanakah
engkau dapat berkata kepada saudaramu: Saudara, biarlah aku
mengeluarkan selumbar yang ada di dalam matamu, padahal balok yang di
dalam matamu tidak engkau lihat? Hai orang munafik, keluarkanlah
dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk
mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu."(Luk 6:39-42), demikian
kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan
sederhana sebagai berikut:
• Laporan pajak tahunan dari `lembaga atau organisasi' hendaknya tidak
tanpa kesalahan, artinya harus dibuat ada kesalahan sedikit, sehingga
pejabat/petugas pemeriksa pajak dapat memberi kritik dan saran dan
dengan demikian nampak lebih bijak. Dalam kunjungan kerja seorang
pemimpin kepada bawahannya harus dapat melihat kekurangan-kekurangan
atau lebih melihat kekurangan daripada kelebihan agar dapat menasihati
atau memberi saran dan dengan demikian sang pemimpin nampak lebih
bijak. Dst.. Sikap mental macam itu rasanya sungguh hidup di dalam
masyarakat kita, sehingga orang dengan mudah melihat kelemahan dan
kekurangan orang lain daripada kekuatan atau kelebihannya. Dengan kata
lain banyak orang lebih bersikap `negative thinking' daripada
`positive thinking'. Jika kita senantiasa bersikap `negative thinking'
maka kita tidak akan tumbuh berkembang sebagaimana kita harapkan atau
dambakan untuk menjadi pribadi cerdas beriman. Maka marilah kita
berantas aneka macam bentuk kemunafikan entah yang ada di dalam diri
kita sendiri maupun orang lain, namun demikian yang utama dan
pertama-tama hendaknya kita tidak munafik dalam kehidupan bersama.
"Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau
akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata
saudaramu", demikian sabda Yesus. Marilah kita jernihkan, bersihkan
mata hati, jiwa, aka budi dan tubuh kita, agar kita dapat melihat
segala sesuatu dengan jelas dan cermat serta tepat. Hemat saya di
dalam diri kita maupun saudara-saudari kita terdapat lebih banyak
kekuatan daripada kelemahan, kelebihan daripada kekurangan. Ingat
bahwa kita diciptakan oleh Allah untuk memuji, menghormati dan
mengabdi Allah, dan tentu saja antara lain dengan memuji, menghormati
dan mengabdi sesama atau saudara-saudari kita. Kita akan dapat saling
memuji, menghormati dan mengabdi jika kita saling melihat kekuatan dan
kelebihan yang ada didalam diri kita. Dengan saling memuji,
menghormati dan mengabdi maka kita akan tumbuh berkembang menjadi
pribadi cerdas beriman.
• "Jika aku memberitakan Injil, aku tidak mempunyai alasan untuk
memegahkan diri. Sebab itu adalah keharusan bagiku. Celakalah aku,
jika aku tidak memberitakan Injil. Kalau andaikata aku melakukannya
menurut kehendakku sendiri, memang aku berhak menerima upah. Tetapi
karena aku melakukannya bukan menurut kehendakku sendiri, pemberitaan
itu adalah tugas penyelenggaraan yang ditanggungkan kepadaku. Kalau
demikian apakah upahku? Upahku ialah ini: bahwa aku boleh memberitakan
Injil tanpa upah, dan bahwa aku tidak mempergunakan hakku sebagai
pemberita Injil" (1Kor 9:16-18), demikian kesaksian Paulus kepada umat
di Korintus, kepada kita semua orang beriman. "Injil" adalah warta
atau kabar gembira, maka memberitakan Injil berarti mewartakan,
mengabarkan, menyamapaikan atau memaklumkan apa yang menggembirakan
dan menyelamatkan. Upah untuk itu yang utama dan pertama-tama adalah
gembira dan selamat, melebihi aneka macam bentuk upah atau imbal jasa
lainnya. Jika kita menjadi gembira dan selamat kita juga tidak boleh
memegahkan diri atau menjadi sombong, melainkan tetap rendah hati,
karena kegembiraan dan keselamatan tersebut adalah anugerah Allah,
bukan semata-mata hasil kerja atau usaha kita orang yang lemah dan
rapuh ini. Bahwa kita juga dapat mewartakan kegembiraan dan kebaikan
kiranya juga merupakan anugerah Allah. Apa yang indah, baik, luhur dan
mulia adalah anugerah atau karya Allah. Gembira dan selamat kiranya
merupakan dambaan atau kerinduan semua orang, maka marilah kita dengan
rendah hati saling menggembirakan dan menyelamatkan. Jika kita
senantiasa dalam keadaan gembira, maka kita dapat menghadapi segala
sesuatu di dunia ini, entah pekerjaan, tugas, tantangan atau hambatan.
Belajar atau bekerja dengan gembira akan ringan adanya, dan kita tidak
akan merasa lelah, bosan atau frustrasi.

"Jiwaku hancur karena merindukan pelataran-pelataran TUHAN; hatiku dan
dagingku bersorak-sorai kepada Allah yang hidup.Bahkan burung pipit
telah mendapat sebuah rumah, dan burung layang-layang sebuah sarang,
tempat menaruh anak-anaknya, pada mezbah-mezbah-Mu, ya TUHAN semesta
alam, ya Rajaku dan Allahku! Berbahagialah orang-orang yang diam di
rumah-Mu, yang terus-menerus memuji-muji Engkau. Berbahagialah manusia
yang kekuatannya di dalam Engkau, yang berhasrat mengadakan ziarah
"(Mzm 84:3-6)

Jakarta, 12 September 2008