Kamis, 23 September 2010

Mengapa kamu seorang Katolik?”

Setiap orang Katolik sepatutnya dapat memberikan
suatu jawaban yang mantap dan mendalam atas
pertanyaan, “Mengapa kamu seorang Katolik?”
Tentu saja, bagi tiap-tiap invidivu,
jawabannya bersifat amat pribadi dan mungkin
agak berbeda dari jawaban orang lain.
Saya harap, tak seorang pun dari kita yang telah
dewasa akan sekedar menjawab,
“Yah, karena orangtua membaptisku Katolik” atau
“Aku dibesarkan secara Katolik” atau
“Keluargaku semuanya Katolik.”
Bukan.
Bagi masing-masing kita, jawabannya haruslah
pribadi, dari lubuk hati dan penuh keyakinan.
Saya akan memberikan jawaban saya atas
pertanyaan ini.

Pertama-tama, saya akan mengatakan bahwa saya
seorang Katolik karena inilah Gereja yang didirikan
Yesus Kristus.
Sejarahwan paling ahli sekalipun akan harus
mengakui bahwa Gereja Kristen pertama yang ada
sejak jaman Kristus adalah Gereja Katolik Roma.
Perpecahan besar pertama dalam kekristenan baru
muncul pada tahun 1054, ketika Patriark
Konstantinopel berselisih dengan paus atas siapa
yang lebih berwenang; sang Patriark
mengekskomunikasi paus, yang ganti
mengekskomunikasi Patriark, dan lahirlah
Gereja-gereja “Orthodox”.
Kemudian, pada tahun 1517, Martin Luther memicu
gerakan Protestan, dan ia diikuti oleh Calvin,
Zwingli dan Henry VIII.
Sejak itu, Protestanisme telah terpecah-pecah
menjadi banyak Gereja-gereja Kristen lainnya.

Namun demikian, satu-satunya Gereja dan Gereja
Kristen pertama yang didirikan Kristus adalah
Gereja Katolik.
Pernyataan ini tidak berarti bahwa tidak ada
kebaikan dalam Gereja-gereja Kristen lainnya.
Tidak pula berarti bahwa orang-orang Kristen
lainnya tidak dapat masuk surga.
Tetapi, sungguh berarti bahwa ada sesuatu yang
istimewa mengenai Gereja Katolik.
Konsili Vatican II dalam “Konstitusi Dogmatis
tentang Gereja” memaklumkan bahwa kepenuhan
dari sarana-sarana keselamatan ada dalam Gereja
Katolik sebab inilah Gereja yang didirikan Kristus
(No. 8).

Alasan kedua mengapa saya seorang Katolik ialah
karena suksesi apostolik.
Yesus mempercayakan otoritas-Nya kepada
para rasul.
Ia memberikan otoritas khusus kepada Petrus,
yang disebut-Nya sebagai “batu karang” dan
kepada siapa Ia mempercayakan kunci
Kerajaan Allah.
Sejak jaman para rasul, otoritas ini telah diwariskan
melalui Salramen Imamat dari uskup ke uskup,
dan kemudian diperluas ke imam dan diakon.
Uskup kita sendiri, andai mau, dapat menelusuri
kembali otoritasnya sebagai seorang uskup hingga
ke jaman para rasul.
Bulan Mei yang lalu, diadakan tahbisan imamat
di katedral kita.
Dalam tahbisan suci itu, Bapa Uskup
menumpangkan tangannya ke atas kepala calon
imam yang akan ditahbiskan.
Dalam saat khidmad itu, suksesi apostolik
diwariskan.
Dalam terang iman, orang dapat melihat bukan saja
Bapa Uskup, melainkan St Petrus dan St Paulus,
bahkan Yesus Sendiri, menyampaikan tahbisan suci.
Tidak ada uskup, imam ataupun diakon dalam
Gereja kita yang menahbiskan dirinya sendiri
atau memproklamirkan dirinya sendiri; tetapi otoritas
itu berasal dari Yesus Sendiri dan dijaga oleh
Gereja.

Alasan ketiga mengapa saya seorang Katolik adalah
karena kita percaya akan kebenaran,
yakni kebenaran mutlak yang diberikan oleh
Tuhan Sendiri.
Kristus menyebut Diri-Nya sebagai “jalan dan
kebenaran dan hidup” (Yoh 14:6).
Ia menganugerahkan kepada kita Roh Kudus,
yang disebut-Nya Roh Kebenaran (Yoh 14:17),
yang akan mengajarkan segala sesuatu kepada
kita dan yang akan mengingatkan kita akan semua
yang telah Ia ajarkan (Yoh 14:26).
Kebenaran Kristus telah dipelihara dalam
Kitab Suci.
Konsili Vatican II dalam “Konstitusi Dogmatis
tentang Wahyu Ilahi” memaklumkan bahwa,
“segala sesuatu, yang dinyatakan oleh para
pengarang yang ilhami atau hagiograf (penulis suci),
harus dipandang sebagai pernyataan Roh Kudus,
maka harus diakui, bahwa Kitab Suci mengajarkan
dengan teguh dan setia serta tanpa kekeliruan
kebenaran, yang oleh Allah dikehendaki supaya
dicantumkan dalam kitab-kitab suci demi
keselamatan kita” (No. 11).
Kebenaran ini terus dipelihara dan diterapkan pada
suatu masa dan budaya tertentu oleh magisterium,
yakni otoritas mengajar Gereja.
Sementara kita menghadapi berbagai macam issue
seperti bioetika atau euthanasia - masalah-masalah
yang tak pernah dibicarakan secara spesifik dalam
Kitab Suci - betapa beruntungnya kita mempunyai
Gereja yang mengatakan “Cara hidup seperti ini
adalah benar atau cara ini salah menurut
kebenaran Kristus.”
Tak heran, Gereja Katolik menjadi berita utama
di surat-surat kabar; kita adalah satu-satunya
Gereja yang berpendirian tegas dan mengatakan,
“Ajaran ini adalah benar selaras dengan pemikiran
Kristus.”

Alasan lain mengapa saya seorang Katolik adalah
karena sakramen-sakramen kita.
Kita percaya akan ketujuh sakramen yang
dianugerahkan Yesus kepada Gereja.
Masing-masing sakramen menangkap suatu unsur
penting dari kehidupan Kristus, dan melalui kuasa
Roh Kudus mendatangkan bagi kita keikutsertaan
dalam kehidupan ilahi Allah.
Sebagai contoh, coba renungkan betapa anugerah
mahaberharga kita boleh menyambut Ekaristi Kudus,
Tubuh dan Darah Tuhan kita, atau menyadari
bahwa dosa-dosa kita telah sungguh diampuni dan
jiwa kita dipulihkan setiap kali kita menerima
absolusi dalam Sakramen Tobat.

Dan yang terakhir, saya seorang Katolik karena
orang-orang yang membentuk Gereja.
Saya mengenangkan begitu banyak para kudus:
St Petrus dan St Paulus yang memelihara agar
Injil hidup pada masa-masa awali.
Pada masa penganiayaan Romawi, para martir awal
Gereja - seperti St Anastasia, St Lusia, St Yustinus
atau St Ignatius dari Antiokhia, yang pada tahun
100 menyebut Gereja “Katolik” - membela iman dan
menderita aniaya maut karenanya.
Pada Abad-abad Kegelapan, ketika banyak hal
sungguh “gelap”, memancarlah terang yang
benderang dari St Fransiskus, St Dominikus dan
St Katarina dari Siena.
Pada masa gerakan Protestan, ketika bidaah
mengoyak Gereja, Gereja dibela oleh St Robertus
Bellarmino dan St Ignatius Loyola,
para reformator sejati.
Saya berpikir mengenai para kudus yang hidup
di jaman kita, seperti Moeder Teresa atau Paus
Yohanes Paulus II, yang dari hari ke hari
melakukan karya kudus Allah.
Ada begitu banyak para kudus yang mengilhami
masing-masing kita untuk menjadi warga Gereja
yang baik.

Tetapi ada mereka-mereka yang lain juga.
Pada waktu Misa, arahkanlah pandangan
ke sekeliling gerejamu.
Lihatlah pasangan-pasangan suami isteri yang
berjuang untuk mengamalkan Sakramen Perkawinan
dalam abad yang memperturutkan hawa nafsu dan
perselingkuhan.
Lihatlah orang-orangtua yang rindu mewariskan
iman kepada anak-anak mereka.
Lihatlah kaum muda yang berjuang untuk
mengamalkan iman kendati dunia yang penuh
pencobaan.
Lihatlah kaum lanjut usia yang tetap setia kendati
perubahan-perubahan dalam dunia dan Gereja.
Lihatlah para imam dan kaum religius yang
membaktikan hidup mereka demi melayani Tuhan
dan Gereja-Nya.
Ada begitu banyak orang yang membentuk Gereja
kita.

Ya, tak seorang pun sempurna. Kita berdosa.
Itulah sebabnya mengapa salah satu doa terindah
dalam Perayaan Misa dipanjatkan sebelum tanda
damai; kita berdoa, “Tuhan Yesus Kristus,
jangan memperhitungkan dosa kami,
tetapi perhatikanlah iman Gereja-Mu.”
Ya, kendati segala kelemahan manusia, Gereja,
sebagai lembaga yang didirikan oleh Kristus,
terus melaksanakan misi-Nya di dunia ini.

Singkat kata, itulah alasan-alasan mengapa saya
seorang Katolik dan seorang warga Gereja Katolik
Roma. Alasan-alasan ini bukanlah asal.
Melainkan, mencerminkan permenungan mendalam
dan pergulatan, setelah dibaptis Katolik,
setelah melewatkan masa pendidikan di sekolah
St Bernadette, setelah lulus dari SMA West
Springfield, dan setelah pergumulan sengit dengan
iman sepanjang hari-hari perkuliahan di William
and Mary dan kemudian di Seminari.
Saya harap setiap orang Katolik dapat dengan
bangga memberikan suatu jawaban yang jelas
dan mendalam atas pertanyaan,
“Mengapa kamu seorang Katolik?”

* Fr. Saunders is dean of the Notre Dame Graduate
School of Christendom College and pastor of
Queen of Apostles Parish, both in Alexandria.

sumber : “Straight Answers: 'Why Are You A Catholic?'”
by Fr. William P. Saunders; Arlington Catholic Herald, Inc; Copyright ©1997 Arlington Catholic Herald, Inc.
All rights reserved; www.catholicherald.com

“diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya
atas ijin The Arlington Catholic Herald.”

Kamis, 24 Juni 2010

Penerimaan Patung Bunda Maria di Rumah Pak Adi



Pada tanggal 13 Juni 2010 giliran Lingkungan Krisantus VI (dirumah Bapak Antonius Adi Yuniwiarso Ketua Lingkungan Krisantus VI)menerima patung Maria dari gunung Karmel dalam rangkaian kegiatan menyambut pesta nama paroki Maria Kusuma Karmel Meruya

Selasa, 18 Mei 2010

"Sama seperti Engkau telah mengutus Aku ke dalam dunia demikian pula Aku telah mengutus mereka ke dalam dunia"

"Sama seperti Engkau telah mengutus Aku ke dalam dunia demikian pula Aku telah mengutus mereka ke dalam dunia"
(Kis 20:28-38; Yoh 17:11b-19)
"Ya Bapa yang kudus, peliharalah mereka dalam nama-Mu, yaitu nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu sama seperti Kita. Selama Aku bersama mereka, Aku memelihara mereka dalam nama-Mu, yaitu nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku; Aku telah menjaga mereka dan tidak ada seorang pun dari mereka yang binasa selain dari pada dia yang telah ditentukan untuk binasa, supaya genaplah yang tertulis dalam Kitab Suci. Tetapi sekarang, Aku datang kepada-Mu dan Aku mengatakan semuanya ini sementara Aku masih ada di dalam dunia, supaya penuhlah sukacita-Ku di dalam diri mereka. Aku telah memberikan firman-Mu kepada mereka dan dunia membenci mereka, karena mereka bukan dari dunia, sama seperti Aku bukan dari dunia. Aku tidak meminta, supaya Engkau mengambil mereka dari dunia, tetapi supaya Engkau melindungi mereka dari pada yang jahat. Mereka bukan dari dunia, sama seperti Aku bukan dari dunia.Kuduskanlah mereka dalam kebenaran; firman-Mu adalah kebenaran. Sama seperti Engkau telah mengutus Aku ke dalam dunia, demikian pula Aku telah mengutus mereka ke dalam dunia; dan Aku menguduskan diri-Ku bagi mereka, supaya mereka pun dikuduskan dalam kebenaran" (Yoh 17:11b-19), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
• Yesus mohon kepada Bapa di sorga agar Bapa memelihara dan mendampingi perjalanan hidup kita di dunia sampai mati. Sebagai orang yang beriman kepada Yesus kita dipanggil untuk meneladan Dia yang telah diutus ke dalam dunia, maka kita pun juga diutus untuk mendunia artinya berpartisipasi dalam seluk-beluk atau urusan duniawi. Marilah kita imani dan hayati bahwa Roh Allah atau Roh Kudus hadir dan berkarya dimana-mana dan kapan saja, tanpa terikat oleh ruang dan waktu, melalui ciptaan-ciptaan Allah di dunia ini. Setiap hari begitu bangun pagi sampai dengan menjelang istirahat malam kita semua kiranya sibuk dengan urusan-urusan atau hal ikhwal duniawi, maka baiklah kita hayati pendampingan Allah pada kita semua melalui RohNya yang hidup dan berkarya di dalam semua ciptaanNya di dunia ini. Dengan mendunia, berpartisipasi dalam seluk beluk duniawi kita semua diharapkan menjadi suci atau semakin suci dengan senantiasa melakukan apa-apa yang benar dan baik. Yang benar dan baik ada dimana-mana, dan hemat saya apa yang benar dan baik lebih banyak daripada apa yang tidak benar dan jelek atau jahat. Sebagaimana Yesus telah menguduskan DiriNya bagi kita, mempersembahkan diri seutuhnya demi kebahagiaan dan keselamatan kita, maka kita pun dipanggil untuk saling mempersembahkan atau menguduskan, dan bersama-sama kita menguduskan atau mempersembahkan dunia seisinya, flora dan fauna maupun pekerjaan dan tugas-tugas kita kepada Tuhan, yang berarti hidup dan bekerja demi keselamatan sesama, memfungsikan aneka ciptaan lain di dunia ini untuk menolong kita dalam mengusahakan kesucian atau semakin suci.
• "Perak atau emas atau pakaian tidak pernah aku ingini dari siapa pun juga. Kamu sendiri tahu, bahwa dengan tanganku sendiri aku telah bekerja untuk memenuhi keperluanku dan keperluan kawan-kawan seperjalananku" (Kis 20:33-34), demikian kesaksian iman Paulus, Rasul Agung, Pewarta Kabar Gembira kepada segala bangsa. Sebagai rasul Paulus tidak rela dirinya menjadi beban bagi orang lain dalam hal kebutuhan hidup sehari-hari; sambil mengajar perihal Yesus, ia bekerja untuk memenuhi hidupnya sendiri maupun kawan-kawan seperjalanan. Konon Paulus menjadi tukang tenda alias membuat tenda dan dijual kepada mereka yang membutuhkan, maka Paulus selain sebagai pewarta juga wiraswasta. Kami berharap apa yang dilakukan oleh Paulus ini menjadi teladan bagi para imam, bruder atau suster maupun katekis: sedapat mungkin dapat mandiri atau wiraswasta dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, tetapi sekiranya tidak mungkin hendaknya hidup sederhana, tidak berfoya-foya, agar tidak menjadi beban umat yang harus kita layani. Secara khusus perkenankan saya disini mengingatkan rekan-rekan klerus atau imam untuk memperhatikan dan menghayati apa yang tertulis dalam Kitab Hukum Kanonik ini, yaitu "Para klerikus hendaknya hidup sederhana dan menjauhkan diri dari segala sesuatu yang berbau kesia-siaan. Harta benda, yang mereka terima pada kesempatan melaksanakan tugas gerejawi, setelah dikurangi untuk penghidupan yang layak serta untuk memenuhi semua tugas-tugas jabatannya, sisanya hendaklah digunakan untuk kepentingan Gereja dan karya amal" (KHK kan 282).

"Hai kerajaan-kerajaan bumi, menyanyilah bagi Allah, bermazmurlah bagi Tuhan; bagi Dia yang berkendaraan melintasi langit purbakala. Perhatikanlah, Ia memperdengarkan suara-Nya, suara-Nya yang dahsyat! Akuilah kekuasaan Allah; kemegahan-Nya ada di atas Israel, kekuasaan-Nya di dalam awan-awan. Allah adalah dahsyat dari dalam tempat kudus-Nya" (Mzm 68:33-36a)
Jakarta, 19 Mei 2010 .