Jumat, 10 Oktober 2008

“Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya.”

“Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang
memeliharanya.”

(Gal 3:22-29; Luk 11:27-28)



“Ketika Yesus masih berbicara, berserulah
seorang perempuan dari antara orang banyak dan berkata kepada-Nya:
"Berbahagialah ibu yang telah mengandung Engkau dan susu yang telah
menyusui Engkau." Tetapi Ia berkata:
"Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang
memeliharanya.” (Luk 11:27-28),
demikian kutipan Warta Gembira hari ini.



Berrefleksi
atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai
berikut:

· Seorang ibu pada umumnya akan bangga dan berbahagia
ketika anak-anaknya atau ada salah seorang anak sukses/berhasil menjadi ‘orang’
alias menjadi tokoh penting, terkenal dan terhormat dalam hidup bermasyarakat,
berbangsa maupun bernegara dan beragama. Itulah perasaan hati seorang perempuan
yang sedang mendengarkan pengajaran Yesus dan berkata kepadaNya: “Berbahagialah ibu yang telah mengandung
Engkau dan susu yang telah menyusui Engkau”. Menanggapi pujian ini Yesus
dengan rendah hati menjawab: “Yang
berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya”.
Jawaban Yesus ini tidak berarti mengingkari Bunda Maria, yang telah
mengandung dan menyusuiNya, melainkan merupakan peneguhan bahwa Bunda Maria
adalah yang sungguh berbahagia, bukan karena mengandung dan menyusui Yesus
melainkan karena ia ‘mendengarkan firman
Allah dan memeliharanya’. Kebahagiaan sejati adalah mendengarkan firman
Allah dan memeliharanya atau menghayatinya, dan Bunda Maria telah menghayatinya
serta menjadi teladan hidup beriman. Maka baiklah jika kita mengaku diri
sebagai orang beriman serta mendambakan kebahagiaan sejati, marilah kita
bacakan, dengarkan dan renungkan serta hayati firman-firman Allah sebagaimana tertulis
di dalam Kitab Suci. Firman Allah sebagaimana tertulis di dalam Kitab Suci
pertama-tama dan terutama untuk ‘dibacakan’ dan ‘didengarkan’, maka baiklah
kita ‘bacakan’ untuk orang lain atau diri sendiri atau kita ‘dengarkan’ ketika
sedangkan dibacakan firman Allah. Ingat ‘membacakan’ tidak sama dengan
‘membaca’, ‘mendengarkan’ tidak sama dengan ‘mendengar’. Hemat saya sebagai
orang beriman, yang antara lain berarti membuka hati, jiwa, akal budi dan
tubuh, kiranya ketika mendengarkan firman Allah pasti akan dipengaruhi dan
dikuasai karena Allah maha-segalanya, Deus
semper maior est. , dan dengan demikian mau tidak mau orang beriman akan
melaksanakan atau menghayati apa yang difirmankan atau diperintahkan oleh Allah
tanpa syarat. “Mendengarkan” merupakan
keutamaan yang dibutuhkan dalam pertumbuhan dan perkembangan pribadi beriman,
dan untuk dapat mendengarkan dengan baik butuh kerendahan hati. Entah dalam
belajar atau bekerja hemat saya jika mendambakan keberhasilan atau kesuksesan
hendaknya menghayati keutamaan ‘mendengarkan’
Iman muncul, tumbuh dan berkembang karena pendengaran.

· “Hukum Taurat
adalah penuntun bagi kita sampai Kristus datang, supaya kita dibenarkan karena
iman. Sekarang iman itu telah datang, karena itu kita tidak berada lagi di
bawah pengawasan penuntun” (Gal 3:24-25), demikian kesaksian Paulus kepada umat di Galatia, kepada kita semua orang beriman. Sebagai orang yang
lemah dan rapuh untuk tumbuh berkembang dalam iman memang butuh tuntunan. Ada aneka aturan atau hukum yang diberlakukan di dalam
hidup bersama, yang diharapkan menjadi tuntunan bagi mereka yang terkait atau
berada dalam lingkup aturan dan hukum tersebut untuk tumbuh berkembang sebagai
pribadi cerdas beriman. Juga ada rumus-rumus janji, visi atau motto yang
terkait dengan panggilan, tugas perutusan dan pekerjaan kita. Maka marilah
dengan rendah hati dan bergotong-royong kita berusaha untuk menghayati aturan,
hukum, janji, visi atau motto yang terkait dengan panggilan, tugas perutusan
dan pekerjaan kita masing-masing. Memang jika kita sungguh beriman akhirnya
kita akan merasa bebas merdeka, artinya menghayati atau melaksanakan aneka
tuntunan tersebut ringan adanya serta senantiasa bergembira, sebaliknya jika
kita kurang atau tidak beriman maka aneka tuntunan terrasa menjadi beban berat
dan penghalang. Pandanglah, lihatlah, sikapilah aneka tuntunan dalam dan dengan
semangat cintakasih, karena aneka tuntunan tersebut merupakan terjemahan atau
uraian bagaimana orang harus mewujudkan cintakasih dalam hidup dan kesibukan
sehari-hari. Sebagai orang yang beriman pada Yesus Kristus baiklah menghayati
ajakan ini: “Jikalau kamu adalah milik
Kristus, maka kamu juga adalah keturunan Abraham dan berhak menerima janji
Allah” (Gal 3:29).

Tidak ada komentar: