"Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga?"
(Flp 4:4-9; Mat 18:1-5)
“Pada waktu itu datanglah murid-murid itu kepada Yesus dan bertanya:
"Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga?" Maka Yesus memanggil
seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka lalu
berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat
dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam
Kerajaan Sorga. Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi
seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga. Dan
barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia
menyambut Aku." (Mat 18:1-5), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta
St.Yohanes Bosco, imam, hari ini saya sampaikan catatan-catatan
sederhana sebagai berikut:
· St. Yohanes Bosco dikenal sebagai pecinta generasi muda, anak-anak
dan remaja, maka para pengikut-nya pada umumnya berkarya dalam pelayanan
pastoral pendidikan. Dalam Warta Gembira hari ini Yesus bersabda :”Aku
berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi
seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga”.
Bertobat berarti memperbaharui diri terus-menerus, dan hemat saya
anak-anak atau remaja yang sedang bertugas belajar di sekolah-sekolah
senantiasa memperbaharui diri dengan bantuan para guru atau pendidik
yang mengajar atau mendidik mereka. Maka memiliki semangat pertobatan
hemat saya berarti bersikap mental belajar terus-menerus sampai mati,
yang berarti orang terus berubah, dan tentu saja diharapkan berubah
lebih baik, lebih bermoral atau lebih berbudi pekerti luhur. Belajar
hemat saya tidak hanya selama menjadi murid, siswa atau mahasiswa di
sekolah atau perguruan tinggi, tetapi selama kita masih
hidup dan bekerja kita dapat belajar. Kita dapat belajar melalui aneka
pemberitaan atau informasi yang disebarluaskan melalui aneka media
massa, belajar dari lingkungan hidup, maupun belajar melalui tugas dan
pekerjaan yang harus kita laksanakan. Maka secara khusus kami berharap
kepada siapapun yang telah selesai belajar di pendidikan formal, selama
bekerja hendaknya tetap bersemangat belajar. Bekerja dihayati sebagai
belajar akan semakin terampil dan cekatan dalam bekerja. Secara khusus
kami berharap kepada para guru atau pendidik untuk lebih menghormati dan
menjunjung tinggi anak-anak atau peserta didik, karena mereka lebih
suci dari pada anda.
· “Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan:
Bersukacitalah!Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang. Tuhan
sudah dekat! Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga,
tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa
dan permohonan dengan ucapan syukur” (Flp 4:4-6). Kita diharapkan tidak
menyembunyikan kebaikan yang kita miliki serta tidak kuatir tentang apa
pun juga, termasuk masa depan kita. Pertama-tama kami ajak dan ingatkan
bahwa ketika anda akan berbuat baik hendaknya tidak takut melakukannya,
dan semoga apa yang terwartakan dari diri kita juga apa-apa yang baik.
Kepada para guru atau pendidik kami harapkan lebih memperhatikan apa
yang baik dalam diri peserta didik atau murid: kecakapan, keterampilan
dan kemampuan yang dimiliki peserta didik, dan kemudian guru atau
pendidik membantu pengembangan dan pendalaman apa yang baik dalam diri
peserta didik. Sebagai orang beriman kami harapkan
kita tidak memiliki kekuatiran perihal masa depan kita, kuatir akan apa
yang dapat kita makan dan minum besok, kuatir akan apa yang kita pakai
dst.. Orang yang kuatir atau takut pada umumnya lalu mengurung diri atau
menutup diri, dan dengan demikian tidak akan tumbuh dan berkembang
sebagaimana dikehendaki oleh Tuhan. Mengapa kita tidak perlu kuatir,
karena Tuhan telah menyertai dan menghidupi kita serta akan
terus-menerus menyertai dan menghidupi kita. Bersama dan bersatu dengan
Tuhan tiada kekuatiran sedikitpun. Kita juga dapat belajar dari dan
bercermin pada anak-anak yang kiranya tidak memiliki kekuatiran
sedikitpun. Kita juga diingatkan untuk senantiasa mohon apa yang kita
inginkan kepada Allah dengan penuh syukur; dan memang berhadapan dengan
Allah dalam doa pertama-tama dan terutama kita harus bersyukur atas
aneka karunia yang telah kita terima secara melimpah ruah. Kebahagiaan
sejati memang ada dalam bersyukur, maka hendaknya entah sukses atau
gagal dalam hidup senantiasa tetap bersyukur. Gagal pun bersyukur,
karena dengan atau melalui kegagalan kita diingatkan akan kerapuhan dan
keterbatasan kita.
“Haleluya! Berbahagialah orang yang takut akan TUHAN, yang sangat suka
kepada segala perintah-Nya. Anak cucunya akan perkasa di bumi; angkatan
orang benar akan diberkati.Harta dan kekayaan ada dalam rumahnya,
kebajikannya tetap untuk selamanya. Di dalam gelap terbit terang bagi
orang benar; pengasih dan penyayang orang yang adil.” (Mzm 112:1-4)
Ign 31 Januari 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar