Selasa, 01 Mei 2012

KOMUNI PERTAMA

Kami mengucapkan selamat buat 3 ananda yang baru saja menerima komuni Pertama kepada:

1.Angelina Audi Ardya Pramesti














2.Valentinus Ricardo Margono


 3.Yosafat Dias Henrico Debata Raja




Sejarah WKRI

Kisah Perjalanan Wanita Katolik Republik Indonesia
Sejak 26 Juni 1924 – Sekarang, Secara Garis Besar.
Sumber: Buku Kenangan 79 Tahun WKRI

Logo WKRI
Sekitar th. 1920 timbul kesadaran nasional diikuti dengan berdirinya berbagai macam organisasi politik baik yang berazaskan agama, nasionalisme maupun sosialisme, menggugah kaum wanita untuk mencari jalan bagaimana kaum wanita bisa membantu perjuangan nasional. Berbagai macam organisasi wanita muncul, seperti: Wanita Utama, Wanita Taman Siswa, Wanita Aisiyah, Jong Islami bagian Wanita dan Jong Java bagian Wanita. Untuk menanggulangi keterbelakangan dan penderitaan kaum wanita, oleh Ibu RA Soejadi Sastraningrat Darmoseputro & Pastur Van Drie Ssche. SJ dirasakan perlu adanya organisasi wanita yang berdasarkan agama Katolik. Cita-cita pendirian itu barulah dapat diwujudkan dengan diadakan rapat pertamanya pada tanggal 26 Juni 1924 di Yogyakarta di gedung HIS, Puri Susteran Santo Fransiskus Asisi di Kidul Loji yang dihadiri lebih dari 120 wanita. Dengan itu berdirilah Wanita Katolik Republik Indonesia dengan tujuan pokoknya mempertinggi martabat Wanita Katolik atas dasar agama Katolik sehingga WanitaKatolik Indonesia dapat lebih berperan sebagai anggota gereja dan masyarakat.
Program kerja yang pertama mengadakan kursus jahit-menjahit dan ketrampilan serta pemberantasan buta huruf. Duduk sebagai pengurus:
Ketua: Ibu R.Ay. C. Hardjodiningrat
Sekretaris: Nn TH. Soebirah
Bendahara: Ibu C. Moerdaatmadja.
Tahun demi tahun di pelbagai tempat didirikan pula Wanita Katolik dan pada tahun 1930 dirasakan perlu untuk mengadakan konferensi yang dihadiri oleh Wanita Katolik dari Solo, Klaten, Semarang, Mataram, Magelang, Muntilan, Ganjuran dan Surabay a. Dalam konferensi pertama di Yogyakarta diputuskan :
1. Nama perkumpulan ialah Pusara WanitaKatolik.
2. Memiliki anggaran dasar dalam bahasa Jawa.
Pimpinan diketuai oleh Ibu Hardjodiningrat dan Sekretaris. Ibu C. Suwandi. Diputuskan pula untuk mengadakan pengkaderan yang diberi nama Wanita Muda Katolik untuk dididik menjadi calon-calon pemimpin.
Diusulkan agar di setiap paroki diadakan Maria Kongregasi.
Dalam th. 1934 diadakan konferensi yang kedua sambil memperingati genap 10 tahun berdirinya Wanita Katolik RI. Sejak wafatnya Ibu C.Hardjodiningrat, th. 1933, pimpinan diganti oleh Ibu C Soelastri. Dalam konferensi ini pucuk pimpinan (Pusara Wanita Katolik) diganti dengan narna Pangreh Ageng Wanita Katolik, disingkat PAWK, diketuai oleh Ibu Th Siswosoebroto.
Th 1937 di Yogyakarta konferensi yang ketiga memutuskan menggiatkan organisasi, menerbitkan majalah sebagai alat penghubung. Th 1938 Konferensi yang keempat di Muntilan dengan mengadakan pameran pekerjaan tangan berupa rias pengantin yang kemudian dipersembahkan kepada paroki masing-masing. Th 1940 semasa PDII, di masa pendudukan Jepang Wanita Katolik terkena larangan, terpaksa kegiatannya dihentikan. Sebagai pribadi, masing-masing meneruskan usaha yang telah dirintis oleh organisasi dalam kegiataan Maria Kongregasi dan organisasi wanita yang bernama Fujinkai.
Pada th. 1945, dalam revolusi fisik, berdampingan dengan kaum pria, wanita-wanita Katolik turun dalam masyarakat untuk membantu di garis belakang, serta memberi penerangan tentang Negara Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila. Bara dalam bulan Desember 1948, atas anjuran Mgr. Soegijopranoto SJ, mulailah disusun kembali Organisasi Wanita Katolik menurut sifat sosial dan dalam Kongres Umat Katolik Seluruh Indonesia (KUKSI) pada tanggal 7-12 Desember 1949, ide pendirian Wanita Katolik dilancarkan pula, yang dibawa pulang oleh utusan-utusan.
Tahun 1950 diadakan konferensi di Yogyakarta, dipimpin oleh Ibu Kwari Sosrosoemarto. Dalam konferensi ini dibentuk pengurus pusat yang terdiri dari:
Ketua                : Ibu Kwari Sosrosoemarto
Wakil I             : Ibu D. Kasidjo
Waki II               : Ibu V. Soetandar merangkap wakil KOWANI di Jakarta
Sekretaris         : Ibu Bratawijaya
Bendahara I     : Ibu Soewandi
Bendahara II    : Ibu S. Sadaroesalam
Pembantu         : Ibu Soegeng Winatasastra
Th. 1951 diadakan konferensi di Semarang, yang diantaranya membahas AD/ART yang disahkan oleh Mgr Soegijopranoto SJ. Dengan bangkitnya kembali Wanita Katolik selanjutnya melalui kongres pertama tahun 1952 Wanita Katolik telah memperoleh status Badan Hukum dari Departemen Kehakiman dengan nomer J. A.5/23/8 tgl 5-2-1952. Status Badan Hukum ini berlaku untuk seluruh Wanita Katolik di Indonesia. Menetapkan beberapa hal yang mendasar yaitu :
1.         Menyempurnakan AD/ART dalam bahasa Indonesia.
2.         Menetapkan St. Ana sebagai St. Pelindung.
3.         Menetapkan keseragaman lambang.
4.         Mendapatkan status badan hukum.
Th. 1954: Kongres II di Jakarta
Th. 1956: Kongres III di Malang
Th 1959: Kongres IV di Yogyakarta
Th.1964 : Kongres V di Surabaya dst.
Sejak dibentukny a Kongres Perempuan Indonesia dalam bulan Desember 1928, Wanita Katolik adalah anggota aktif dalam PPII (Perikatan Perkumpulan Istri Indonesia), anggota Kowani (Kongres Wanita Indonesia), WUCWO (World Union of Catholic Women Organisation), GOPTKI (Gabungan Organisasi Penyelenggara Taman Kanak-kanak).
Hubungan dengan organisasi Wanita Katolik di luar negeri dirintis dengan kehadiran ibu Kwari Sosrosumarto pada konggres Wanita Katolik di Brussels tahun 1936.
Hasil kongres 1964 telah mencantumkan Pancasila dalam anggaran dasar. Penanganan masalah pendidikan dan kesehatan mendapatkan perhatian khusus dengan pembentukan yayasan di berbagai tempat, hal mana kemudian diresmikan sebagai yayasan Dharma Ibu pada tahun 1965.
Di forum internasional wakil Wanita Katolik mendapat kehormatan memangku jabatan ketua WUCWO untuk AsiaPasific tahun 1977 – 1987. Dan pada tahun 1987 memperoleh kepercayaan menyelenggarakan konferensi regional di Jakarta. Yang juga memberikan kehormatan pada wakil Wanita Katolik RI sebagai Ketua divisi lingkungan hidup untuk 2 periode sarnpai saat ini. Dalam kongresnya pada tahun 1984, Wanita Katolik RI mencantumkan solidaritas dan subsidiaritas sebagai semangat pengembangan organisasi. Peran aktif Wanita Katolik RI dalam kehidupan berbangsa dan bernegara secara jelas dirumuskan di dalam anggaran dasar hasil kongres ke 13 di Surabaya yang menyatakan bahwa Wanita Katolik RI berazaskan Pancasila sebagai dasar organisasi yang rumusannya tercantum dalam UUD 1945 tentang organisasi kemasyarakatan, telah dicantumkan Pancasila sebagai dasar organisasi. Kongres ke-14 dilangsungkan di Jakarta fokus perhatian pada peningkatan kualitas organisasi untuk meningkatkan karya pelayanan menuju kehidupan masyarakat yang adil dan makmur yang merata material dan spiritual dijabarkan dalam upaya penataan dan penyempurnaan tertib organisasi, peningkatan kualitas wanita, peningkatan karya pelayanan, serta peningkatan peran serta dalam kehidupan bergereja, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Evaluasi atas pelaksanaan program kerja sebagai hasil keputusan kongres, diadakan dalam Mukernas tahun 1991 di Jakarta.
Peningkatan kualitas rnanusia Indonesia sumbangsih nyata Wanita Katolik RI mengisi PJPTII merupakan tema kongres ke 15 yang diselenggarakan di Yogyakarta pada tahun 1993.
Kesatuan dan keterpaduan gerak segenap jajaran Wanita Katolik RI dalam menjalankan tugas pengabdian sebagai pembangunan gereja, bangsadan negara Indonesia diwujudkan dengan mencanangkan: Tri Program Nasional.
1.         Upaya menciptakan keluarga yang harmonis sejahtera dan bertanggung jawab melalui program Pengelolaan Ekonomi Rumah Tangga.
2.         Upaya meningkatkan pola hidup bagi anak serta generasi muda melalui Pro­gram Kelangsungan Hidup Pengembangan Perlindungan Ibu dan Anak.
3.         Upaya mewujudkan kualitas manusia Indonesia melalui jalur pendidikan non formal dengan menyelenggarakan pusat pendidikan dan pelatihan mekar melati yang ditujukan bagi wanita dan generasi muda.
Rakernas diadakan pada periode ini untuk melakukan evaluasi atas pelaksanaan program kerja khususnya program nasional yaitu pada tahun 1995 di Caringin Bogor.
Kongres Luar Biasa dengan tema: “Iman Kepada Tuhan Yang Maha Esa Sumber Kekuatan Membangun Masyarakat Yang Penuh Harapan Dan Kasih” diselenggarakan di Caringin – Bogor, Jawa Barat pada tanggal 18-21 Februari 1999. Kongres luar biasa ini diselenggarakan di saat kehidupan bangsa dan negara sedang dalam keadaan luar biasa. Mempunyai dan memberi arti bagi peneguhan komitmen mengabdi masyarakat luas. Untuk itu Wanita Katolik Rl merasa perlu menyatakan sikap sebagai berikut:
1.         Iman kepada Tuhan Yang Maha Esa merupakan sumber kekuatan bagi semua organisasi kemasyarakatan, juga bagi Wanita Katolik Rl, yang aktif berpartisipasi membangun kehidupan sosial dengan penuh kasih dan harapan menuju masyarakat madani.
2.         Meyakini bahwa setiap pribadi sebagai perorangan maupun berhimpun dalam organisasi yang memperjuangkan kepentingan dan keselamatan masyarakat luas, menerima dan ikut menyalurkan berkat Allah bagi siapa saja yang percaya pada kebesaran Yang Maha Kuasa dan Yang Maha Pengasih.
3.         Sejak awal keberadaannya, Wanita Katolik Rl mengemban misi memper­juangkan hak-hak asasi manusia sebagai upaya ikut serta mewujudkan kehidupan keluarga serta masyarakat yang dirasakan adil dan sejahtera.
4.         Wanita Katolik Rl siap dan selalu bersedia rnenyelenggarakan pelbagai karya kemanusiaan bagi kesejahteraan sesama manusia tanpa memandang perbedaan paham politik, suku, agama atau golongan.
5.         Sebagai organisasi wanita, Wanita Katolik Rl mengemban tugas khusus mengangkat harkat dan martabat wanita dengan terus menerus rnenye­lenggarakan program pemberdayaan wanita, sehingga masing-masing dapat menjadi pribadi yang utuh dalam berkiprah bagi kehidupan Bangsa, Gereja dan keluarganya.
6.         Sebagai organisasi wanita, Wanita Katolik Rl dengan tegas menolak segala bentuk tindak kekerasan baik dalam lingkungan keluarga maupun dalam masyarakat, yang kurang menghargai dan melanggar martabat manusia.
7.         Sebagai wadah kesatuan gerak bagi Wanita Katolik yang mau mengabdi untuk masyarakat, Wanita Katolik Rl melanjutkan pemupukan persaudaraan sejati, kesatuan dan kebersamaan demi keberlanjutan karya-karya misioner-nya yang terus dikembangkan.
8.         Demi kepentingan umum, Wanita Katolik RI mengambil inisiatif dan ikut berperan menjalin kerjasama dengan semua pihak beriman dari agama manapun, agar secara bersama-sama dapat dicegah timbulnya sumber keresahan serta derita dan dapat dikurangi kesesakan hidup rakyat yang telah ditimpa berbagai krisis.
9.         Mencermati situasi sosial politik di tanah air saat itu, dan menghadapi Pemilu sebagai agenda utama masa depan bangsa, kepada seluruh warga bangsa dan segenap anggota Wanita Katolik RI diserukan untuk menggunakan hak pilih sesuai hati nuraninya di dalam menyukseskan Pemilu 1999.
10.       Kepada semua organisasi peserta Pemilu, Pemerintah dan ABR1 diserukan untuk menciptakan iklim yang kondusif, sehingga pemilihan umum tidak hanya bersifat jujur dan adil, akan tetapi lebih jauh dari itu, yaitu tercipta dan terpeliharanya suasana aman dan damai bagi semua warga masyarakat.
Rakernas diselenggarakan di Lembang – Jawa Barat pada tanggal 22-26 Juni 2001 dengan tema “Mewujudkan Indonesia Baru Melalui Persatuan Dalam Kasih Persaudaraan Sejati”.
Selain menghasilkan beberapa keputusan yang diambil pada sidang Rakernas yang perlu untuk dijadikan pedoman bagi seluruh jajaran kepengurusan dalam melaksanakan tugas-tugasnya sampai dengan kongres mendatang, ada pula bebe­rapa ketetapan yang menjadi rekomendasi Rakernas kepada kongres mendatang.
Dalam masa kritis multi dimensi saat ini maka program kerja Wanita Katolik RI diprioritaskan pada:
1.   Program Peningkatan Gizi Balita
2.   Peningkatan Perempuan untuk Usaha Kecil (PPUK)
3.   Program Anak Asuh
4.   Melestarikan Budaya Menabung melalui Koperasi
Perkembangan organisasi telah melewati berbagai era dan mengalami pasang surut yaitu:
  • EraPerintisan
  • Era Pra Kemerdekaan
  • Era Kebangkitan dan Konsolidasi
  • Era Pra Orde Baru
  • EraPemantapan dan Pengembangan
Kedepan kita akan menghadapi banyak tantangan-tantangan, namun juga memperoleh banyak peluang di dalam menemukan dan mengembangkan bentuk-bentuk pengabdian dan pelayanan kita.
Sampai saat ini setelah melalui berbagai perbaikan yang disesuaikan dengan AD/ART, maka jumlah DPD adalah sebanyak 29 DPD di seluruh keuskupan di Indonesia dengan lebih kurang 560 cabang.
Semua ini tidaklah terlepas dari pengabdian para perintis dan semua yang tanpa pamrih memberikan dirinya untk mewujudkan cita-cita organisasi.
Kini perjuangan Wanita Katolik RI telah sampai pada tahapan peningkatan kualitas pelayanan, kemampuan dalam pengabdian kepada keluarga, Gereja dan Bangsa, sejajar dan bersama-sama dengan organisasi kemasyarakatan lainnya memperjuangkan harkat dan martabat manusia khususnya kaum perempuan.

Senin, 16 April 2012

Hari ini adalah hari Ulang Tahun Paus tercinta kita, Paus Benediktus XVI. Hari ini Bapa Suci berultah ke-85.

Teman-teman terkasih dalam Yesus.

Hari ini adalah hari Ulang Tahun Paus tercinta kita, Paus Benediktus XVI.
Hari ini Bapa Suci berultah ke-85.
Di Vatikan hari ini diadakan "Pesta Kekeluargaan" karena Bapa Suci tidak mau pesta besar-besaran, bahkan beliau tidak meninggalkan jadwal kerjanya....Tapi hari ini adalah "hari yang sangat bernuansa Jerman".  :)
Mons. Georg Ratzinger, kakak kandung Paus sudah datang ke Vatikan untuk menemaninya dalam beberapa hari ini.
Sudah banyak ucapan selamat ulang tahun yang diterima Paus. Gereja Italia di bawah pimpinan Ketua Waligerejanya, Kardinal Angelo Bagnasco kemarin telah mengirimkan telegram yang mengatakan: "Gereja Italia bersatu mendampingi Bapa Suci dan memohon kepada Tuhan agar memelihara Bapa dalam Gereja sebagai pemimpin dan penggembala umat kudus Allah, dan mengakui magisterum dan kesaksian iman Bapa Suci".  

Marilah kita di Indonesia juga ikut merayakan bersama Hari Jadi Paus Benediktus XVI ini dan berdoa bersama dengan Gereja Italia.


Salam syukur dan doa dalam Yesus.

Shirley 

Kronologi kejadian hosti di paroki Kidul Loji


Kronologi kejadian hosti di paroki Kidul Loji
Sungguh mengagumkan, barusan Rm
Agoeng -Komsos KAS -menulis di milist
Paguwuban Wartawan Katolik Indonesia (PWKI),ttg kronologi kejadian di
Kidul Loji:
"1. Pada tgl 15-4-12 Perayaan Ekaristi dipimpin Rm V Suparman (bukan Rm
Saryanto). Sampai Liturgi Ekaristi komuni berjalan lancar2.
2. Saat Komuni:
Seorg Prodiakon menerimakan komuni kpd salah seorang umat muda/remaja.
Saat mau disantap, hosti jatuh. Dicari tdk ketemum.Anak td diberi hosti
lain lantas disantap. Komuni dilanjutkan.
3.Selesai Komuni, prodiakon matur pd Rama dg takut dan gemetar. Lantas
hosti dicari lagi, di tempat dekat pembagian komuni ditemukan gumpalan
darah sebesar hosti.
4.Gumpalan darah dilap dg purificatorium kemudian purificatorium
dibersihkan dg air suci.
5.Prodiakon yg membagi komuni, anak yg menerima komuni,ibu dari anak tsb
dan beberapa umat diajak berdoa bersama dan mohon ampun atas kelalaian.
6.Kemudian purificatorium disimpan di piscis, diletakkan di kapel
pastoran.
7.Jam 24.00 Rm Parman bersama Rm Saryanto melihat purificatorium yang
disimpan. Yang bekas dibersihkan masih basah dan bercak darahnya mulai
pudar, tetapi di bagian kering ada bekas darah warna merah kecoklatan.
Baunya wangi.
8.Purificatorium disimpan kembali di kapel.
Begitu kronologi yang saya dapat dari Rm Saryanto."
Peristiwa ini menegaskan iman akan Ekaristi dan Adorasi Ekaristi. MAKA
jangan sekali-kali bersikap TIDAK HORMAT terhadap SAKRAMEN MAHAKUDUS.
Berkah Dalem
(rmabudippr)

Selasa, 10 April 2012

Mengapa kamu seorang Katolik?


Setiap orang Katolik sepatutnya dapat memberikan 
suatu jawaban yang mantap dan mendalam atas 
pertanyaan, “Mengapa kamu seorang Katolik?” 
Tentu saja, bagi tiap-tiap individu,
jawabannya bersifat amat pribadi dan mungkin 
agak berbeda dari jawaban orang lain. 
Saya harap, tak seorang pun dari kita yang telah 
dewasa akan sekedar menjawab, 
“Yah, karena orangtua membaptisku Katolik” atau 
“Aku dibesarkan secara Katolik” atau
“Keluargaku semuanya Katolik.”
Bukan. 
Bagi masing-masing kita, jawabannya haruslah 
pribadi, dari lubuk hati dan penuh keyakinan. 
Saya akan memberikan jawaban saya atas 
pertanyaan ini.

Pertama-tama, saya akan mengatakan bahwa saya 
seorang Katolik karena inilah Gereja yang didirikan 
Yesus Kristus. 
Sejarahwan paling ahli sekalipun akan harus 
mengakui bahwa Gereja Kristen pertama yang ada 
sejak jaman Kristus adalah Gereja Katolik Roma. 
Perpecahan besar pertama dalam kekristenan baru 
muncul pada tahun 1054, ketika Patriark 
Konstantinopel berselisih dengan paus atas siapa 
yang lebih berwenang; sang Patriark 
mengekskomunikasi paus, yang ganti 
mengekskomunikasi Patriark, dan lahirlah 
Gereja-gereja “Orthodox”. 
Kemudian, pada tahun 1517, Martin Luther memicu 
gerakan Protestan, dan ia diikuti oleh Calvin,
Zwingli dan Henry VIII. 
Sejak itu, Protestanisme telah terpecah-pecah 
menjadi banyak Gereja-gereja Kristen lainnya.

Namun demikian, satu-satunya Gereja dan Gereja 
Kristen pertama yang didirikan Kristus adalah 
Gereja Katolik. 
Pernyataan ini tidak berarti bahwa tidak ada 
kebaikan dalam Gereja-gereja Kristen lainnya. 
Tidak pula berarti bahwa orang-orang Kristen 
lainnya tidak dapat masuk surga.
Tetapi, sungguh berarti bahwa ada sesuatu yang
istimewa mengenai Gereja Katolik. 
Konsili Vatican II dalam “Konstitusi Dogmatis 
tentang Gereja” memaklumkan bahwa kepenuhan 
dari sarana-sarana keselamatan ada dalam Gereja 
Katolik sebab inilah Gereja yang didirikan Kristus 
(No. 8).

Alasan kedua mengapa saya seorang Katolik ialah 
karena suksesi apostolik. 
Yesus mempercayakan otoritas-Nya kepada 
para rasul.
Ia memberikan otoritas khusus kepada Petrus,
yang disebut-Nya sebagai “batu karang” dan 
kepada siapa Ia mempercayakan kunci 
Kerajaan Allah. 
Sejak jaman para rasul, otoritas ini telah diwariskan 
melalui Salramen Imamat dari uskup ke uskup, 
dan kemudian diperluas ke imam dan diakon. 
Uskup kita sendiri, andai mau, dapat menelusuri 
kembali otoritasnya sebagai seorang uskup hingga
ke jaman para rasul.
Bulan Mei yang lalu, diadakan tahbisan imamat 
di katedral kita. 
Dalam tahbisan suci itu, Bapa Uskup 
menumpangkan tangannya ke atas kepala calon 
imam yang akan ditahbiskan. 
Dalam saat khidmad itu, suksesi apostolik 
diwariskan. 
Dalam terang iman, orang dapat melihat bukan saja 
Bapa Uskup, melainkan St Petrus dan St Paulus, 
bahkan Yesus Sendiri, menyampaikan tahbisan suci.
Tidak ada uskup, imam ataupun diakon dalam 
Gereja kita yang menahbiskan dirinya sendiri 
atau memproklamirkan dirinya sendiri; tetapi otoritas 
itu berasal dari Yesus Sendiri dan dijaga oleh 
Gereja.

Alasan ketiga mengapa saya seorang Katolik adalah
karena kita percaya akan kebenaran,
yakni kebenaran mutlak yang diberikan oleh
Tuhan Sendiri. 
Kristus menyebut Diri-Nya sebagai “jalan dan
kebenaran dan hidup” (Yoh 14:6).
Ia menganugerahkan kepada kita Roh Kudus, 
yang disebut-Nya Roh Kebenaran (Yoh 14:17), 
yang akan mengajarkan segala sesuatu kepada 
kita dan yang akan mengingatkan kita akan semua
yang telah Ia ajarkan (Yoh 14:26).
Kebenaran Kristus telah dipelihara dalam
Kitab Suci. 
Konsili Vatican II dalam “Konstitusi Dogmatis
tentang Wahyu Ilahi” memaklumkan bahwa,
“segala sesuatu, yang dinyatakan oleh para 
pengarang yang ilhami atau hagiograf (penulis suci),
harus dipandang sebagai pernyataan Roh Kudus, 
maka harus diakui, bahwa Kitab Suci mengajarkan
dengan teguh dan setia serta tanpa kekeliruan 
kebenaran, yang oleh Allah dikehendaki supaya
dicantumkan dalam kitab-kitab suci demi
keselamatan kita” (No. 11). 
Kebenaran ini terus dipelihara dan diterapkan pada
suatu masa dan budaya tertentu oleh magisterium, 
yakni otoritas mengajar Gereja.
Sementara kita menghadapi berbagai macam issue 
seperti bioetika atau euthanasia - masalah-masalah 
yang tak pernah dibicarakan secara spesifik dalam 
Kitab Suci - betapa beruntungnya kita mempunyai 
Gereja yang mengatakan “Cara hidup seperti ini 
adalah benar atau cara ini salah menurut 
kebenaran Kristus.” 
Tak heran, Gereja Katolik menjadi berita utama 
di surat-surat kabar; kita adalah satu-satunya 
Gereja yang berpendirian tegas dan mengatakan, 
“Ajaran ini adalah benar selaras dengan pemikiran 
Kristus.”

Alasan lain mengapa saya seorang Katolik adalah 
karena sakramen-sakramen kita. 
Kita percaya akan ketujuh sakramen yang 
dianugerahkan Yesus kepada Gereja. 
Masing-masing sakramen menangkap suatu unsur 
penting dari kehidupan Kristus, dan melalui kuasa 
Roh Kudus mendatangkan bagi kita keikutsertaan 
dalam kehidupan ilahi Allah. 
Sebagai contoh, coba renungkan betapa anugerah 
mahaberharga kita boleh menyambut Ekaristi Kudus, 
Tubuh dan Darah Tuhan kita, atau menyadari 
bahwa dosa-dosa kita telah sungguh diampuni dan
jiwa kita dipulihkan setiap kali kita menerima 
absolusi dalam Sakramen Tobat.

Dan yang terakhir, saya seorang Katolik karena 
orang-orang yang membentuk Gereja. 
Saya mengenangkan begitu banyak para kudus: 
St Petrus dan St Paulus yang memelihara agar 
Injil hidup pada masa-masa awali. 
Pada masa penganiayaan Romawi, para martir awal 
Gereja - seperti St Anastasia, St Lusia, St Yustinus 
atau St Ignatius dari Antiokhia, yang pada tahun 
100 menyebut Gereja “Katolik” - membela iman dan
menderita aniaya maut karenanya. 
Pada Abad-abad Kegelapan, ketika banyak hal 
sungguh “gelap”, memancarlah terang yang 
benderang dari St Fransiskus, St Dominikus dan 
St Katarina dari Siena. 
Pada masa gerakan Protestan, ketika bidaah 
mengoyak Gereja, Gereja dibela oleh St Robertus 
Bellarmino dan St Ignatius Loyola, 
para reformator sejati. 
Saya berpikir mengenai para kudus yang hidup 
di jaman kita, seperti Mother  Teresa atau Paus 
Yohanes Paulus II, yang dari hari ke hari 
melakukan karya kudus Allah. 
Ada begitu banyak para kudus yang mengilhami 
masing-masing kita untuk menjadi warga Gereja 
yang baik.

Tetapi ada mereka-mereka yang lain juga. 
Pada waktu Misa, arahkanlah pandangan 
ke sekeliling gerejamu.
Lihatlah pasangan-pasangan suami isteri yang 
berjuang untuk mengamalkan Sakramen Perkawinan 
dalam abad yang memperturutkan hawa nafsu dan 
perselingkuhan. 
Lihatlah orang-orangtua yang rindu mewariskan
iman kepada anak-anak mereka. 
Lihatlah kaum muda yang berjuang untuk 
mengamalkan iman kendati dunia yang penuh 
pencobaan. 
Lihatlah kaum lanjut usia yang tetap setia kendati 
perubahan-perubahan dalam dunia dan Gereja. 
Lihatlah para imam dan kaum religius yang 
membaktikan hidup mereka demi melayani Tuhan 
dan Gereja-Nya. 
Ada begitu banyak orang yang membentuk Gereja
kita.

Ya, tak seorang pun sempurna. Kita berdosa. 
Itulah sebabnya mengapa salah satu doa terindah 
dalam Perayaan Misa dipanjatkan sebelum tanda 
damai; kita berdoa, “Tuhan Yesus Kristus, 
jangan memperhitungkan dosa kami, 
tetapi perhatikanlah iman Gereja-Mu.” 
Ya, kendati segala kelemahan manusia, Gereja,
sebagai lembaga yang didirikan oleh Kristus,
terus melaksanakan misi-Nya di dunia ini.

Singkat kata, itulah alasan-alasan mengapa saya 
seorang Katolik dan seorang warga Gereja Katolik 
Roma. Alasan-alasan ini bukanlah asal.
Melainkan, mencerminkan permenungan mendalam 
dan pergulatan, setelah dibaptis Katolik, 
setelah melewatkan masa pendidikan di sekolah 
St Bernadette, setelah lulus dari SMA West 
Springfield, dan setelah pergumulan sengit dengan
iman sepanjang hari-hari perkuliahan di William 
and Mary dan kemudian di Seminari. 
Saya harap setiap orang Katolik dapat dengan 
bangga memberikan suatu jawaban yang jelas 
dan mendalam atas pertanyaan, 
“Mengapa kamu seorang Katolik?”

* Fr. Saunders is dean of the Notre Dame Graduate
School of Christendom College and pastor of 
Queen of Apostles Parish, both in Alexandria. 

sumber : “Straight Answers: 'Why Are You A Catholic?'” 
by Fr. William P. Saunders; Arlington Catholic Herald, Inc; Copyright ©1997 Arlington Catholic Herald, Inc.
All rights reserved; www.catholicherald.com

“diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya 
atas ijin The Arlington Catholic Herald.”

Senin, 09 April 2012

PASKAH BERSAMA WILAYAH KRISANTUS

Hari/Tanggal   : Minggu, 22 April 2012
Tempat            :”Alam Boriska” jln. Alternatif Puncak. Km. 5.5 Gadog
Pasir Muncang, Bogor, Desa Sukakarya
http://www.alamboriska.com/main/01-home.html
Acara          : Misa, senam pagi, aneka lomba dan acara bebas