Rabu, 12 September 2012

“Kasihilah musuhmu dan berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu”

“Kasihilah musuhmu dan berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu”
(1Kor 8:1b-7.11-13; Luk 6:27-38)
 "Tetapi kepada kamu, yang mendengarkan Aku, Aku berkata: Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu; mintalah berkat bagi orang yang mengutuk kamu; berdoalah bagi orang yang mencaci kamu. Barangsiapa menampar pipimu yang satu, berikanlah juga kepadanya pipimu yang lain, dan barangsiapa yang mengambil jubahmu, biarkan juga ia mengambil bajumu. Berilah kepada setiap orang yang meminta kepadamu; dan janganlah meminta kembali kepada orang yang mengambil kepunyaanmu. Dan sebagaimana kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah juga demikian kepada mereka. Dan jikalau kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah jasamu? Karena orang-orang berdosa pun mengasihi juga orang-orang yang mengasihi mereka. Sebab jikalau kamu berbuat baik kepada orang yang berbuat baik kepada kamu, apakah jasamu? Orang-orang berdosa pun berbuat demikian. Dan jikalau kamu meminjamkan sesuatu kepada orang, karena kamu berharap akan menerima
sesuatu dari padanya, apakah jasamu? Orang-orang berdosa pun meminjamkan kepada orang-orang berdosa, supaya mereka menerima kembali sama banyak. Tetapi kamu, kasihilah musuhmu dan berbuatlah baik kepada mereka dan pinjamkan dengan tidak mengharapkan balasan, maka upahmu akan besar dan kamu akan menjadi anak-anak Allah Yang Mahatinggi, sebab Ia baik terhadap orang-orang yang tidak tahu berterima kasih dan terhadap orang-orang jahat. Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati." "Janganlah kamu menghakimi, maka kamu pun tidak akan dihakimi. Dan janganlah kamu menghukum, maka kamu pun tidak akan dihukum; ampunilah dan kamu akan diampuni. Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.” (Luk 6:27-38), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Yohanes Krisostomus, Uskup dan Pujangga Gereja, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Sabda hari ini mengingatkan dan mengajak kita semua untuk senantiasa hidup dengan dan dalam kasih pengampunan dan murah hati, menolak aneka macam bentuk balas dendam maupun kebencian.  Kepada yang memusuhi kita diharapkan mengasihinya, sedangkan kepada yang membeci kita diharapkan berbuat baik kepadanya. Hendaknya disadari dan dihayati bahwa orang tidak akan memusuhi dan membenci kita jika mereka tidak memboroskan waktu dan tenaga bagi kita, dan hemat saja pemborosan waktu dan tenaga merupakan wujud kasih yang konkret. Sikapi dan tanggapi mereka yang memusuhi dan membenci kita dengan ‘terima kasih’. Kebetulan hari ini kita juga mengenangkan St.Yohanes Krisostomus, uskup dan pujangga Gereja, yang dikenal dengan berani mencela yang salah dan memuji yang baik. Tentu saja kepada yang salah dengan rendah hati dibetulkan, tidak hanya berhenti dalam mencela saja. Jika secara tatap muka atau fisik kita belum berani mengampuni mereka yang memusuhi dan
membenci kita, baiklah kita doakan; biarlah Tuhan sendiri yang mengampuni dan menegornya untuk tidak lagi memusuhi dan membenci.
·   “ Karena itu apabila makanan menjadi batu sandungan bagi saudaraku, aku untuk selama-lamanya tidak akan mau makan daging lagi, supaya aku jangan menjadi batu sandungan bagi saudaraku” (1Kor 8:13), demikian kesaksian iman Paulus. Dari kutipan ini kiranya yang baik untuk kita renungkan dan refleksikan adalah ‘jangan menjadi batu sandungan bagi saudaraku’. Cara hidup dan cara bertindak kita dimana pun dan kapan pun hendaknya jangan menjadi batu sandungan bagi orang lain untuk berbuat dosa atau melakukan kejahatan. Misalnya dalam hal cara berpakaian atau menempatkan harta kekayaan yang kita miliki. Dalam cara berpakaian hendaknya sungguh sopan, tidak merangsang orang lain untuk berpikiran dan melakukan apa yang jahat atau berdosa. Maaf secara khusus hal ini kami ingatkan kepada rekan wanita atau perempuan: hendaknya jangan menghadirkan diri sedemikian rupa sehingga merangsang kaum laki-laki berpikiran jahat dan melakukan dosa. Kepada kita
semua kami harapkan dalam omongan atau pembicaraan juga tidak menjadi batu sandungan, misalnya omong masalah seks atau berbicara keras. Dalam hal makan dan minum hendaknya sederhana saja, tidak berfoya-foya agar tidak menimbulkan pikiran jahat orang lain atau kecurigaan yang tidak perlu. Tak kalah penting adalah menempatkan uang atau barang-barang berharga: tempatkan di tempat yang tidak merangsang orang lain untuk berbuat jahat. Marilah kita saling menjaga dan mengingatkan agar kita tidak menjadi batu sandungan bagi orang lain. 
“TUHAN, Engkau menyelidiki dan mengenal aku; Engkau mengetahui, kalau aku duduk atau berdiri, Engkau mengerti pikiranku dari jauh. Engkau memeriksa aku, kalau aku berjalan dan berbaring, segala jalanku Kaumaklumi.” (Mzm 139:1-3)
Ign 13 September 2012

Rabu, 05 September 2012

Pertemuan ke 2 BKSN-KAJ 2012


 
Yth Bapak/Ibu/sdr/i 
Salam Damai Kasih Kristus Warga Krisantus 6
Dalam rangka bulan Kitab Suci tahun 2012:”Menyaksikan Mukjizat YESUS” bersama ini kami mengundang Bpk/Ibu/Sdr/Sdri untuk hadir pada pendalaman Kitab Suci selama bulan September ini ,untuk pertemuan ke 2  akan dilaksanakan pada:

Hari /Tanggal           :   Sabtu /  8  September   2012
Jam                          :   19.30 - 21.30  W I B
Tempat                     :   Rumah Bpk.Ig Bambang Komplek Keuangan D/10 Jl.H.Saaba
Tema                  :   Pertemuan II: Mengusir Roh Jahat dari anak yang Bisu (Markus 9:14-29)

Kami sangat mengharapkan kehadiran Bpk/Ibu/Sdr/i pada pertemuan tsb, sehingga kita  dapat saling sharing dengan saudara seiman dan semoga hidup beriman kita juga semakin diteguhkan.

Minggu, 12 Agustus 2012

Filosofi pensil

Oleh: Veronica Untik Hartanti

Kayaknya udah nggak asing lagi di telinga kita…..dan pastinya kalau kita di tanya pernah punya masalah atau nggak…udah sangat jelas dan pasti ya udah pernah, mungkin malah kelewat sering dapat masalah..hahhahahahaha. Masalah yang satu selesai, udah datang lagi masalah lain. Atau mungkin masalah satu belum selesai , udah datang lagi masalah yang lain. Huuuaaaa..pusiiiiing bangeeeeet…..
Uhm..ni aku ada cerita sedikit..soal filosofi sebuah pensil..aku dapat cerita ini dari seorang temenq di saat aku lagi ada masalah yg mnrtku cukup rumit…..dan cukup membuatku tersentuh dan membuatku bangkt lagi..dan trus semangat lagi deeeh….
Cerita Filosofi Pensil.. just share.. supaya kalian bisa lebih semangat menjalani semua ini..
Suatu hari, seorang anak yang baru masuk sekolah dasar bertanya kepada ayahnya, “Yah kenapa aku hanya boleh memakai pensil, sedangkan kakak boleh memakai pena, bukankah pena jauh lebih bagus dari pada pensil?“ Ayahnya tersenyum, lalu berkata “Nak, pensil itu memiliki pelajaran yang bagus buat kamu, ayah malah berharap kamu seperti pensil saat besar nanti.“
“Tapi yah, pensil itu kan tidak istimewa. Ia Cuma memiliki satu warna, dan kadang membuat tangan kotor “ujar anak itu. Ayahnya pun menjawab “Itu semua tergantung bagaimana kamu memaknai pensil tersebut“.
“Pensil mengajarkan kita beberapa hal dalam hidup. Walau ia berpenampilan sederhana, namun pensil memiliki kualitas prinsip yang bagus,” lanjut ayahnya.
“Pelajaran pertama yang bisa kita ambil dari pensil adalah bahwa pensil mengingatkan kita bahwa kita bisa berbuat hal yang hebat dalam hidup ini. Walaupun kita hanyalah sosok yang sederhana di mata manusia, yakinlah bahwa selalu ada Kuasa maha Dahsyat yang selalu membimbing kita. Seperti tangan kita yang kadang berhasil membimbing pensil untuk menulis hal-hal yang luar biasa, yakinlah bahwa selalu ada Kuasa Allah yang membimbing kita menurut kehendakNya. Maka kuatkanlah keyakinan mu kepadaNYA,”
“Pelajaran kedua, kadang ketika menulis, sesekali kita harus berhenti karena ujung pensil sudah tumpul hingga tulisan kurang bagus. Dan kita menggunakan rautan untuk menajamkannya kembali. Nah Rautan ini sudah tentu membuat si pensil menderita, namun setelah proses meraut selesai, pensil akan tajam dan tulisan pun bagus kembali,”
“Begitu juga kita dalam hidup. Kadang hidup kita merasa terus2an jalan ditempat, tidak ada kemajuan, saat berbagai penderitaan dan kesusahan melanda. Padahal yang sebenarnya terjadi adalah kita sedang “diraut” untuk menajamkan kembali kualitas hidup kita. Kalaulah kita tidak ditajamkan kembali maka hidup ini akan biasa-biasa saja. Kita tidak akan pernah menjadi lebih baik. Karena justru saat penderitaan dan kesusahan datanglah kita sebenarnya sedang dipersiapkan untuk menjadi yang lebih baik lagi.“
“Pelajaran ketiga, Pensil selalu memberi kesempatan kita untuk menggunakan penghapus agar kita bisa memperbaiki tulisan yang salah. Seperti kita yang selalu berhak untuk meminta maaf dan memperbaiki kesalahan dalam hidup ini. Namun walau begitu sebisa mungkin kesalahan itu diminimalisir, jangan sampai salah di tempat yang sama berulang-ulang, karena itu menandakan kita tidak pernah mau belajar. Kita bisa lihat bahwa penghapus tidak sepenuhnya bisa membersihkan tulisan yang terlanjur ditulis pensil. Ada titik-titik kotor yang tetap saja menganggu. Seperti perbuatan dan perkataan kita yang membekas kepada orang lain. Walau kita sudah dimaafkan, tetap saja meninggalkan noda.”
“Pelajaran keempat, bagian paling penting dari pensil bukanlah kayu dan hiasan indah yang melapisi luarnya. Bagian terpenting dari pensil adalah arang yang ada didalamnya. Seindah apapun riasan luarnya, sebagus apapun kayu yang melapisinya, tetap saja pensil tidak akan berarti kalau tanpa arang yang ada didalamnya. Oleh sebab itu selalulah berhati-hati dalam hidup dan sadari potensi serta sifat yang ada dalam dirimu. Memperbaiki Hati dan sifat mu lebih baik dari sekedar mengindahkan tampilan luar mu“
“Kelima. Di saat-saat terakhir (di masa depan nanti), apa yang telah engkau hasilkan itulah yang menunjukkan seberapa hebatnya dirimu yang sesungguhnya. Bukan pensil utuh yang dianggap berhasil, melainkan pensil-pensil yang telah membantu menghasilkan karya terbaik, yang berfungsi hingga potongan terpendek. Buatlah karya terindah dalam hidupmu dengan goresan-goresan kehidupanmu”.
semoga setelaah membaca cerita ini, kalian bisa mengambil makna dr cerita ini dan tentunya dapet kalian terapin deh dalam hidup keseharian kaliaaan…..semangaaat yach…….jangan gampang nyerah kalau kalian dapat masalah..sekalipun masalah besar dan bertubi2…

Selasa, 07 Agustus 2012

“Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepalaNya." (1Kor 2:1-10a; Luk 9:57-62)

“Ketika Yesus dan murid-murid-Nya melanjutkan perjalanan mereka, berkatalah seorang di tengah jalan kepada Yesus: "Aku akan mengikut Engkau, ke mana saja Engkau pergi." Yesus berkata kepadanya: "Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya." Lalu Ia berkata kepada seorang lain: "Ikutlah Aku!" Tetapi orang itu berkata: "Izinkanlah aku pergi dahulu menguburkan bapaku." Tetapi Yesus berkata kepadanya: "Biarlah orang mati menguburkan orang mati; tetapi engkau, pergilah dan beritakanlah Kerajaan Allah di mana-mana." Dan seorang lain lagi berkata: "Aku akan mengikut Engkau, Tuhan, tetapi izinkanlah aku pamitan dahulu dengan keluargaku." Tetapi Yesus berkata: "Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah.” (Luk 9:57-62), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Dominikus, imam, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   St Dominikus dikenal sebagai pengkotbah ulung dan mendirikan Ordo Pengkotbah. Sebagai imam pengkotbah ia tak kenal lelah keliling ke mana-mana guna mewartakan Kabar Baik, Injil, dan ia menjadi pembaharu dalam kotbah, mengingat dan memperhatikan para imam pada masanya pada umumnya berkotbah seenaknya, tidak bersumber pada Kitab Suci atau Injil. Maka dengan ini kami mengingatkan dan mengajak siapa saja yang berkotbah untuk mempersiapkan diri sebaik mungkin, antara lain membaca dan merenungkan bacaan-bacaan dari Kitab Suci yang akan dibacakan serta dijadikan bahan utama dalam kotbah. Dalam berkotbah atau mewartakan Kabar Baik kita dapat meneladan atau bercermin pada Yesus sendiri, yang senantiasa menyampaikan ajaran-ajaran atau kotbah-kotbahNya dengan sederhana, antara lain dengan mengangkat pengalaman hidup sehari-hari sebagai bahana penyampaian ajaran atau kotbah-kotbahNya. Ada pepatah bahwa “orang pandai sejati dapat menyederhanakan apa yang
sulir berbelit-belit sehingga dapat diketahui dan dfahami oleh semua orang, sebaliknya orang bodoh membuat apa yang sederhana dan mudah menjadi sulit berbelit-belit”. Sebagai contoh: panas terjadi karena gesekan benda-benda atau zat-zat tertentu, maka ketika anggota badan kita saling bergesekan menjadi hangat (ingat orang berpelukan!). Memang dalam berkotba atau mewartakan Kabar Baik kita harus dengan jiwa besar dan hati rela berkorban untuk meninggalkan cara-caranya sendiri atau cara-cara masa lalu, sebagai warisan yang harus diperbaharui. Dengan kata lain marilah kita hidup dan bertindak sesuai dengan charisma atau spiritualitas yang telah kita peluk dan geluti.
·   “Ketika aku datang kepadamu, saudara-saudara, aku tidak datang dengan kata-kata yang indah atau dengan hikmat untuk menyampaikan kesaksian Allah kepada kamu. Sebab aku telah memutuskan untuk tidak mengetahui apa-apa di antara kamu selain Yesus Kristus, yaitu Dia yang disalibkan.Aku juga telah datang kepadamu dalam kelemahan dan dengan sangat takut dan gentar.Baik perkataanku maupun pemberitaanku tidak kusampaikan dengan kata-kata hikmat yang meyakinkan, tetapi dengan keyakinan akan kekuatan Roh”(1Kor 2:1-4). Sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus kita dipanggil untuk terus-menerus memahami dan mengenal Yesus Kristus, dan usaha untuk ini tidak lain adalah dengan membaca dan merenungkan apa yang tertulis di dalam Kitab Suci atau Injil. Memang agar kita dapat memahami dan mengimani dengan baik apa yang tertulis di dalam Kitab Suci atau Injil kita harus berusaha hidup dan bertindak dalam dan oleh Roh, karena apa yang ada di dalam Kitab
Suci ditulis dalam dan oleh ilham Roh, Allah. Dan apa yang ditulis dalam ilham Roh atau Allah “memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.” (2Tim 3:16). Hidup dan bertindak dalam dan oleh Roh hemat saya berarti senantiasa hidup dan bertindak dengan rendah hati dan terbuka terhadap aneka kemungkinan, kesempatan atau perubahan. Orang senantiasa siap sedia untuk berubah, dan tentu saja berubah semakin baik, semakin suci, semakin menyerupai cara hidup dan cara bertindak Yesus Kristus. Hendaknya kita juga senantiasa siap sedia untuk diajar, menerima ajaran-ajaran baru, siap sedia diperbaiki kelakuan dan dididik dalam kebenaran.
“Marilah kita bersorak-sorai untuk TUHAN, bersorak-sorak bagi gunung batu keselamatan kita.Biarlah kita menghadap wajah-Nya dengan nyanyian syukur, bersorak-sorak bagi-Nya dengan nyanyian mazmur. Sebab TUHAN adalah Allah yang besar, dan Raja yang besar mengatasi segala allah.”
 (Mzm 95:1-3)
Ign 8 Agustus 2012

Senin, 30 Juli 2012

Pesta St Ignatius Loyola

Pesta St Ignatius Loyola: Ul 30:15-20; Gal 5:16-25; Luk 9:18-26
“Barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan menyelamatkannya”
St Ignatius Loyola terkenal dan diakui sebagai salah satu guru rohani/spiritual dalam Gereja Katolik dengan Latihan Rohaninya. Buku Latihan Rohani merupakan hasil buah permenungan atau refleksi St.Ignatius Loyola dalam perjalanan hidup dan panggilannya bertahun-tahun dengan berinspirasi pada apa yang tertulis dalam Kitab Suci, Injil, khususnya riwayat perutusan Yesus Kristus, Penyelamat Dunia. Buku Latihan Rohani merupakan tuntutan olah rohani, agar mereka yang menjalani Latihan atau Olah Rohani tumbuh berkembang menjadi sahabat Yesus, hidup dan bertindak meneladan cara hidup dan cara bertindak Yesus Kristus, yang datang dan diutus untuk menyelamatkan seluruh dunia. Maka mereka yang telah menjalani Latihan Rohani dalam cara hidup dan cara bertindaknya dalam tugas, panggilan atau pekerjaan apapun senantiasa berusaha untuk berpartisipasi dalam karya penyelamatan dunia. Berparitisipasi dalam karya penyelamatan dunia masa kini hemat saya harus mahir dalam
pembedaan roh atau spiritual discernment, maka baiklah dalam rangka mengenangkan pesta St.Ignatius Loyola hari ini kami ajak anda sekalian untuk mawas diri perihal kemahiran pembedaan roh yang oleh St.Ignatius Loyola sungguh menjadi cirikhas sahabat-sahabat Yesus Kristus.
"Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku. Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan menyelamatkannya. Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia membinasakan atau merugikan dirinya sendiri?” (Luk 9:23-25)
Mahir dalam pembedaan roh atau spiritual discernment memang ‘harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari’, alias tidak hidup dan bertindak mengikuti selera atau kehendak pribadi. Memikul salibnya setiap hari berarti setia melaksanakan tugas dan pekerjaan atau kewajiban setiap hari alias setia menghayati atau melaksanakan aneka tata tertib atau aturan yang terkait dengan tugas, panggilan dan perutusannya. Pelatihan awal agar terampil atau mahir dalam pembedaan roh adalah membiasakan diri mentaati dan melaksanakan aneka tata tertib atau aturan. Dalam hidup dan kerja kita setiap hari dimana pun dan kapan pun kiranya kita terikat oleh tata tertib atau aturan, maka kami harapkan kita tidak meremehkan aturan atau tata tertib tersebut. Hendaknya selama diperjalanan, entah sebagai pengemudi kendaraan atau pejalan kaki, mentaati dan melaksanakan aneka rambu-rambu lalu lintas, karena tertib dijalanan hemat saya merupakan cermin kwalitas bangsa.
Menyangkal diri atau ‘kehilangan nyawa karena Tuhan’ berarti mengarahkan dambaan, kerinduan atau cita-cita kepada Tuhan, dengan harapan dapat melaksanakan aneka perintah dan kehendak Tuhan dalam cara hidup dan cara bertindak setiap hari. Setiap dari kita kiranya memiliki dambaan, kerinduan atau cita-cita yang berbeda satu sama lain, demikian setiap suku dan bangsa memiliki ‘budaya’ (=cara melihat, cara merasa, cara berpikir, cara bersikap dan cara bertindak) yang berbeda satu sama lain. Marilah kita sadari dan hayati bahwa aneka perbedaan yang ada merupakan anugerah Tuhan, yang hendaknya dihayati sebagai wahana untuk saling melengkapi dan mengasihi. Hemat saya di antara perbedaan-perbedaan yang ada pasti ada kesamaan, maka baiklah dalam rangka saling mengasihi pertama-tama kita hayati apa yang sama di antara kita secara mendalam dan handal, sehingga apa yang berbeda fungsional memperteguh dan memperdalam hidup saling mengasihi.
Dengan saling menyangkal diri diharapkan dalam kebersamaan hidup dan kerja kita terjadi kesatuan hati dan budi serta jiwa. Tindakan ada kemungkinan berbeda sesuai dengan situasi dan kondisi di mana kita hidup dan bekerja, tetapi tetap dalam kesatuan hati, budi dan jiwa. Jika kita sungguh dalam kesatuan hati, jiwa dan budi maka kebersamaan hidup dan kerja kita menyelamatkan diri kita maupun mereka yang kena dampak hidup dan kinerja kita. “Ingatlah, aku menghadapkan kepadamu pada hari ini kehidupan dan keberuntungan, kematian dan kecelakaan, karena pada hari ini aku memerintahkan kepadamu untuk mengasihi TUHAN, Allahmu, dengan hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya dan berpegang pada perintah, ketetapan dan peraturan-Nya, supaya engkau hidup dan bertambah banyak dan diberkati oleh TUHAN, Allahmu, di negeri ke mana engkau masuk untuk mendudukinya” (Ul 30:15-16). Kita semua mendambakan kehidupan sejati dan keberuntungan, maka marilah kita bersama-sama,
bergotong-royong ‘hidup menurut jalan yang ditunjukkan oleh Tuhan dan berpegang pada perintah, ketetapan dan peraturanNya’. Pada saat ini saudara-saudari kita, umat Islam, sedang menjalani puasa, ibadah guna semakin mendekatan diri pada perintah, ketetapan dan peraturan Tuhan, maka baiklah kita menyatukan diri dengan saudara-saudari kita yang sedang berpuasa, menyangkal diri dan berusaha setia pada aturan dan tata tertib hidup beriman atau beragama.
“Buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu. Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya. Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh” (Gal 5:22-25)
Hidup dari dan oleh Roh Kudus , ‘dipimpin oleh Roh’,  berarti dapat menemukan Tuhan dalam segala sesuatu dan menghayati segala sesuatu dalam Tuhan. Segala sesuatu yang ada di dunia ini ada karena diciptakan oleh Tuhan bekerjasama dengan orang-orang yang sungguh memper-sembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan. Tanpa Tuhan segala sesuatu di dunia ini tidak ada sebagaimana adanya saat ini. Tuhan hidup dan berkarya dalam segala sesuatu dan tentu saja terutama dalam diri manusia, yang diciptakan sesuai dengan gambar atau citraNya. Karya Tuhan dalam diri manusia menjadi nyata dalam penghayatan keutamaan-keutamaan sebagaui buah Roh, yaitu “kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemah-lembutan, penguasaan diri”.
Orang yang mahir atau terampil dalam pembedaan roh senantiasa juga hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak Roh dan dengan demikian cara hidup dan cara bertindaknya dijiwai sekaligus menghasilkan keutamaan-keutamaan sebagai buah Roh tersebut di atas. Keutamaan-keutamaan tersebut di atas sungguh perlu dan dibutuhkan oleh siapapun yang mendambakan hidup selamat, damai sejahtera dan bahagia lahir-batin, jasmani-rohani, fisik-spiritual. Hemat saya kita semua mendambakan keselamatan, damai dan kebahagiaan macam itu, maka marilah kita saling membantu atau bekerja sama mengusahakan, memperdalam, memperteguh dan menyebarluaskan keutamaan-keutamaan sebagai buah Roh di atas. Mungkin baik saya angkat perihal keutamaan ‘penguasaan diri’.
Menguasai diri berarti dapat mengendalikan diri, sehingga dirinya hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak dan perintah Tuhan. Jika kita dapat mengendalikan atau menguasa diri kita, maka sikap hidup kita terhadap orang lain akan melayani, sedangkan jika kita tak dapat mengendalikan atau menguasai diri maka sikap terhadap orang lain akan menindas. Marilah kita senantiasa berusaha setia dan taat kepada perintah dan kehendak Tuhan, dan untuk itu memang harus dapat mengendalikan diri. Maka mengakhiri refleksi sederhana ini, marilah kita renungkan dan hayati doa St.Ignatius Loyola ini: “Ambillah Tuhan, dan terimalah seluruh kemerdekaanku, ingatanku, pikiranku dan segenap kehendakku, segala kepunyaan dan milikku. Engkaulah yang memberikan, padaMu Tuhan kukembalikan. Semuanya milikMu, pergunakanlah sekehendakMu. Berilah aku cinta dan rahmatMu, cukup itu bagiku” (St.Ignatius Loyola, LR no 234)
“Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh,tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam.Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil.Bukan demikian orang fasik: mereka seperti sekam yang ditiupkan angin.” (Mzm 1:1-4)
Ign 31 Juli 2012

Rabu, 18 Juli 2012

Ibadat peringatan 7 hari Ibu YUSTINA SUHYATI di panggil Allah Bapa disurga


Yth Bapak/Ibu/sdr/i 

Salam Damai Kasih Kristus ,

Kami  atas nama Bapak YB Sunyoto  mengundang  Bpk/Ibu/Sdr/sdri   untuk menghadiri ibadat peringatan 7  hari Ibu YUSTINA SUHYATI di panggil Allah Bapa disurga  yang akan diselenggarakan pada :

Hari         :  Sabtu  / 21 Juli  2012
Jam          :  19.30  WIB
Tempat   :  Kediaman bpk YB.Sunyoto Komplek Unilever Blok A9/22

Besar harapan kami untuk bisa meluangkan waktu ,berkat Tuhan Yesus senantiasa melimpah kepada kita.

Hormat kami,
Ketua Lingkungan Krisantus 6                                        
ST.Sardjiman        

    
NB: Dimohon membawa Puji syukur dan Rosario
Foto kenangan Ibu Yustina Suhyati dalam Natal Bersama Krisantus enam(ket:Baris depan tengah)