Kamis, 21 Oktober 2010
Kunjangan Virtual ke Vatican
http://www.vatican.va/various/basiliche/san_pietro/vr_tour/index-en.html
Kamis, 23 September 2010
Mengapa kamu seorang Katolik?”
Setiap orang Katolik sepatutnya dapat memberikan
suatu jawaban yang mantap dan mendalam atas
pertanyaan, “Mengapa kamu seorang Katolik?”
Tentu saja, bagi tiap-tiap invidivu,
jawabannya bersifat amat pribadi dan mungkin
agak berbeda dari jawaban orang lain.
Saya harap, tak seorang pun dari kita yang telah
dewasa akan sekedar menjawab,
“Yah, karena orangtua membaptisku Katolik” atau
“Aku dibesarkan secara Katolik” atau
“Keluargaku semuanya Katolik.”
Bukan.
Bagi masing-masing kita, jawabannya haruslah
pribadi, dari lubuk hati dan penuh keyakinan.
Saya akan memberikan jawaban saya atas
pertanyaan ini.
Pertama-tama, saya akan mengatakan bahwa saya
seorang Katolik karena inilah Gereja yang didirikan
Yesus Kristus.
Sejarahwan paling ahli sekalipun akan harus
mengakui bahwa Gereja Kristen pertama yang ada
sejak jaman Kristus adalah Gereja Katolik Roma.
Perpecahan besar pertama dalam kekristenan baru
muncul pada tahun 1054, ketika Patriark
Konstantinopel berselisih dengan paus atas siapa
yang lebih berwenang; sang Patriark
mengekskomunikasi paus, yang ganti
mengekskomunikasi Patriark, dan lahirlah
Gereja-gereja “Orthodox”.
Kemudian, pada tahun 1517, Martin Luther memicu
gerakan Protestan, dan ia diikuti oleh Calvin,
Zwingli dan Henry VIII.
Sejak itu, Protestanisme telah terpecah-pecah
menjadi banyak Gereja-gereja Kristen lainnya.
Namun demikian, satu-satunya Gereja dan Gereja
Kristen pertama yang didirikan Kristus adalah
Gereja Katolik.
Pernyataan ini tidak berarti bahwa tidak ada
kebaikan dalam Gereja-gereja Kristen lainnya.
Tidak pula berarti bahwa orang-orang Kristen
lainnya tidak dapat masuk surga.
Tetapi, sungguh berarti bahwa ada sesuatu yang
istimewa mengenai Gereja Katolik.
Konsili Vatican II dalam “Konstitusi Dogmatis
tentang Gereja” memaklumkan bahwa kepenuhan
dari sarana-sarana keselamatan ada dalam Gereja
Katolik sebab inilah Gereja yang didirikan Kristus
(No. 8).
Alasan kedua mengapa saya seorang Katolik ialah
karena suksesi apostolik.
Yesus mempercayakan otoritas-Nya kepada
para rasul.
Ia memberikan otoritas khusus kepada Petrus,
yang disebut-Nya sebagai “batu karang” dan
kepada siapa Ia mempercayakan kunci
Kerajaan Allah.
Sejak jaman para rasul, otoritas ini telah diwariskan
melalui Salramen Imamat dari uskup ke uskup,
dan kemudian diperluas ke imam dan diakon.
Uskup kita sendiri, andai mau, dapat menelusuri
kembali otoritasnya sebagai seorang uskup hingga
ke jaman para rasul.
Bulan Mei yang lalu, diadakan tahbisan imamat
di katedral kita.
Dalam tahbisan suci itu, Bapa Uskup
menumpangkan tangannya ke atas kepala calon
imam yang akan ditahbiskan.
Dalam saat khidmad itu, suksesi apostolik
diwariskan.
Dalam terang iman, orang dapat melihat bukan saja
Bapa Uskup, melainkan St Petrus dan St Paulus,
bahkan Yesus Sendiri, menyampaikan tahbisan suci.
Tidak ada uskup, imam ataupun diakon dalam
Gereja kita yang menahbiskan dirinya sendiri
atau memproklamirkan dirinya sendiri; tetapi otoritas
itu berasal dari Yesus Sendiri dan dijaga oleh
Gereja.
Alasan ketiga mengapa saya seorang Katolik adalah
karena kita percaya akan kebenaran,
yakni kebenaran mutlak yang diberikan oleh
Tuhan Sendiri.
Kristus menyebut Diri-Nya sebagai “jalan dan
kebenaran dan hidup” (Yoh 14:6).
Ia menganugerahkan kepada kita Roh Kudus,
yang disebut-Nya Roh Kebenaran (Yoh 14:17),
yang akan mengajarkan segala sesuatu kepada
kita dan yang akan mengingatkan kita akan semua
yang telah Ia ajarkan (Yoh 14:26).
Kebenaran Kristus telah dipelihara dalam
Kitab Suci.
Konsili Vatican II dalam “Konstitusi Dogmatis
tentang Wahyu Ilahi” memaklumkan bahwa,
“segala sesuatu, yang dinyatakan oleh para
pengarang yang ilhami atau hagiograf (penulis suci),
harus dipandang sebagai pernyataan Roh Kudus,
maka harus diakui, bahwa Kitab Suci mengajarkan
dengan teguh dan setia serta tanpa kekeliruan
kebenaran, yang oleh Allah dikehendaki supaya
dicantumkan dalam kitab-kitab suci demi
keselamatan kita” (No. 11).
Kebenaran ini terus dipelihara dan diterapkan pada
suatu masa dan budaya tertentu oleh magisterium,
yakni otoritas mengajar Gereja.
Sementara kita menghadapi berbagai macam issue
seperti bioetika atau euthanasia - masalah-masalah
yang tak pernah dibicarakan secara spesifik dalam
Kitab Suci - betapa beruntungnya kita mempunyai
Gereja yang mengatakan “Cara hidup seperti ini
adalah benar atau cara ini salah menurut
kebenaran Kristus.”
Tak heran, Gereja Katolik menjadi berita utama
di surat-surat kabar; kita adalah satu-satunya
Gereja yang berpendirian tegas dan mengatakan,
“Ajaran ini adalah benar selaras dengan pemikiran
Kristus.”
Alasan lain mengapa saya seorang Katolik adalah
karena sakramen-sakramen kita.
Kita percaya akan ketujuh sakramen yang
dianugerahkan Yesus kepada Gereja.
Masing-masing sakramen menangkap suatu unsur
penting dari kehidupan Kristus, dan melalui kuasa
Roh Kudus mendatangkan bagi kita keikutsertaan
dalam kehidupan ilahi Allah.
Sebagai contoh, coba renungkan betapa anugerah
mahaberharga kita boleh menyambut Ekaristi Kudus,
Tubuh dan Darah Tuhan kita, atau menyadari
bahwa dosa-dosa kita telah sungguh diampuni dan
jiwa kita dipulihkan setiap kali kita menerima
absolusi dalam Sakramen Tobat.
Dan yang terakhir, saya seorang Katolik karena
orang-orang yang membentuk Gereja.
Saya mengenangkan begitu banyak para kudus:
St Petrus dan St Paulus yang memelihara agar
Injil hidup pada masa-masa awali.
Pada masa penganiayaan Romawi, para martir awal
Gereja - seperti St Anastasia, St Lusia, St Yustinus
atau St Ignatius dari Antiokhia, yang pada tahun
100 menyebut Gereja “Katolik” - membela iman dan
menderita aniaya maut karenanya.
Pada Abad-abad Kegelapan, ketika banyak hal
sungguh “gelap”, memancarlah terang yang
benderang dari St Fransiskus, St Dominikus dan
St Katarina dari Siena.
Pada masa gerakan Protestan, ketika bidaah
mengoyak Gereja, Gereja dibela oleh St Robertus
Bellarmino dan St Ignatius Loyola,
para reformator sejati.
Saya berpikir mengenai para kudus yang hidup
di jaman kita, seperti Moeder Teresa atau Paus
Yohanes Paulus II, yang dari hari ke hari
melakukan karya kudus Allah.
Ada begitu banyak para kudus yang mengilhami
masing-masing kita untuk menjadi warga Gereja
yang baik.
Tetapi ada mereka-mereka yang lain juga.
Pada waktu Misa, arahkanlah pandangan
ke sekeliling gerejamu.
Lihatlah pasangan-pasangan suami isteri yang
berjuang untuk mengamalkan Sakramen Perkawinan
dalam abad yang memperturutkan hawa nafsu dan
perselingkuhan.
Lihatlah orang-orangtua yang rindu mewariskan
iman kepada anak-anak mereka.
Lihatlah kaum muda yang berjuang untuk
mengamalkan iman kendati dunia yang penuh
pencobaan.
Lihatlah kaum lanjut usia yang tetap setia kendati
perubahan-perubahan dalam dunia dan Gereja.
Lihatlah para imam dan kaum religius yang
membaktikan hidup mereka demi melayani Tuhan
dan Gereja-Nya.
Ada begitu banyak orang yang membentuk Gereja
kita.
Ya, tak seorang pun sempurna. Kita berdosa.
Itulah sebabnya mengapa salah satu doa terindah
dalam Perayaan Misa dipanjatkan sebelum tanda
damai; kita berdoa, “Tuhan Yesus Kristus,
jangan memperhitungkan dosa kami,
tetapi perhatikanlah iman Gereja-Mu.”
Ya, kendati segala kelemahan manusia, Gereja,
sebagai lembaga yang didirikan oleh Kristus,
terus melaksanakan misi-Nya di dunia ini.
Singkat kata, itulah alasan-alasan mengapa saya
seorang Katolik dan seorang warga Gereja Katolik
Roma. Alasan-alasan ini bukanlah asal.
Melainkan, mencerminkan permenungan mendalam
dan pergulatan, setelah dibaptis Katolik,
setelah melewatkan masa pendidikan di sekolah
St Bernadette, setelah lulus dari SMA West
Springfield, dan setelah pergumulan sengit dengan
iman sepanjang hari-hari perkuliahan di William
and Mary dan kemudian di Seminari.
Saya harap setiap orang Katolik dapat dengan
bangga memberikan suatu jawaban yang jelas
dan mendalam atas pertanyaan,
“Mengapa kamu seorang Katolik?”
* Fr. Saunders is dean of the Notre Dame Graduate
School of Christendom College and pastor of
Queen of Apostles Parish, both in Alexandria.
sumber : “Straight Answers: 'Why Are You A Catholic?'”
by Fr. William P. Saunders; Arlington Catholic Herald, Inc; Copyright ©1997 Arlington Catholic Herald, Inc.
All rights reserved; www.catholicherald.com
“diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya
atas ijin The Arlington Catholic Herald.”
suatu jawaban yang mantap dan mendalam atas
pertanyaan, “Mengapa kamu seorang Katolik?”
Tentu saja, bagi tiap-tiap invidivu,
jawabannya bersifat amat pribadi dan mungkin
agak berbeda dari jawaban orang lain.
Saya harap, tak seorang pun dari kita yang telah
dewasa akan sekedar menjawab,
“Yah, karena orangtua membaptisku Katolik” atau
“Aku dibesarkan secara Katolik” atau
“Keluargaku semuanya Katolik.”
Bukan.
Bagi masing-masing kita, jawabannya haruslah
pribadi, dari lubuk hati dan penuh keyakinan.
Saya akan memberikan jawaban saya atas
pertanyaan ini.
Pertama-tama, saya akan mengatakan bahwa saya
seorang Katolik karena inilah Gereja yang didirikan
Yesus Kristus.
Sejarahwan paling ahli sekalipun akan harus
mengakui bahwa Gereja Kristen pertama yang ada
sejak jaman Kristus adalah Gereja Katolik Roma.
Perpecahan besar pertama dalam kekristenan baru
muncul pada tahun 1054, ketika Patriark
Konstantinopel berselisih dengan paus atas siapa
yang lebih berwenang; sang Patriark
mengekskomunikasi paus, yang ganti
mengekskomunikasi Patriark, dan lahirlah
Gereja-gereja “Orthodox”.
Kemudian, pada tahun 1517, Martin Luther memicu
gerakan Protestan, dan ia diikuti oleh Calvin,
Zwingli dan Henry VIII.
Sejak itu, Protestanisme telah terpecah-pecah
menjadi banyak Gereja-gereja Kristen lainnya.
Namun demikian, satu-satunya Gereja dan Gereja
Kristen pertama yang didirikan Kristus adalah
Gereja Katolik.
Pernyataan ini tidak berarti bahwa tidak ada
kebaikan dalam Gereja-gereja Kristen lainnya.
Tidak pula berarti bahwa orang-orang Kristen
lainnya tidak dapat masuk surga.
Tetapi, sungguh berarti bahwa ada sesuatu yang
istimewa mengenai Gereja Katolik.
Konsili Vatican II dalam “Konstitusi Dogmatis
tentang Gereja” memaklumkan bahwa kepenuhan
dari sarana-sarana keselamatan ada dalam Gereja
Katolik sebab inilah Gereja yang didirikan Kristus
(No. 8).
Alasan kedua mengapa saya seorang Katolik ialah
karena suksesi apostolik.
Yesus mempercayakan otoritas-Nya kepada
para rasul.
Ia memberikan otoritas khusus kepada Petrus,
yang disebut-Nya sebagai “batu karang” dan
kepada siapa Ia mempercayakan kunci
Kerajaan Allah.
Sejak jaman para rasul, otoritas ini telah diwariskan
melalui Salramen Imamat dari uskup ke uskup,
dan kemudian diperluas ke imam dan diakon.
Uskup kita sendiri, andai mau, dapat menelusuri
kembali otoritasnya sebagai seorang uskup hingga
ke jaman para rasul.
Bulan Mei yang lalu, diadakan tahbisan imamat
di katedral kita.
Dalam tahbisan suci itu, Bapa Uskup
menumpangkan tangannya ke atas kepala calon
imam yang akan ditahbiskan.
Dalam saat khidmad itu, suksesi apostolik
diwariskan.
Dalam terang iman, orang dapat melihat bukan saja
Bapa Uskup, melainkan St Petrus dan St Paulus,
bahkan Yesus Sendiri, menyampaikan tahbisan suci.
Tidak ada uskup, imam ataupun diakon dalam
Gereja kita yang menahbiskan dirinya sendiri
atau memproklamirkan dirinya sendiri; tetapi otoritas
itu berasal dari Yesus Sendiri dan dijaga oleh
Gereja.
Alasan ketiga mengapa saya seorang Katolik adalah
karena kita percaya akan kebenaran,
yakni kebenaran mutlak yang diberikan oleh
Tuhan Sendiri.
Kristus menyebut Diri-Nya sebagai “jalan dan
kebenaran dan hidup” (Yoh 14:6).
Ia menganugerahkan kepada kita Roh Kudus,
yang disebut-Nya Roh Kebenaran (Yoh 14:17),
yang akan mengajarkan segala sesuatu kepada
kita dan yang akan mengingatkan kita akan semua
yang telah Ia ajarkan (Yoh 14:26).
Kebenaran Kristus telah dipelihara dalam
Kitab Suci.
Konsili Vatican II dalam “Konstitusi Dogmatis
tentang Wahyu Ilahi” memaklumkan bahwa,
“segala sesuatu, yang dinyatakan oleh para
pengarang yang ilhami atau hagiograf (penulis suci),
harus dipandang sebagai pernyataan Roh Kudus,
maka harus diakui, bahwa Kitab Suci mengajarkan
dengan teguh dan setia serta tanpa kekeliruan
kebenaran, yang oleh Allah dikehendaki supaya
dicantumkan dalam kitab-kitab suci demi
keselamatan kita” (No. 11).
Kebenaran ini terus dipelihara dan diterapkan pada
suatu masa dan budaya tertentu oleh magisterium,
yakni otoritas mengajar Gereja.
Sementara kita menghadapi berbagai macam issue
seperti bioetika atau euthanasia - masalah-masalah
yang tak pernah dibicarakan secara spesifik dalam
Kitab Suci - betapa beruntungnya kita mempunyai
Gereja yang mengatakan “Cara hidup seperti ini
adalah benar atau cara ini salah menurut
kebenaran Kristus.”
Tak heran, Gereja Katolik menjadi berita utama
di surat-surat kabar; kita adalah satu-satunya
Gereja yang berpendirian tegas dan mengatakan,
“Ajaran ini adalah benar selaras dengan pemikiran
Kristus.”
Alasan lain mengapa saya seorang Katolik adalah
karena sakramen-sakramen kita.
Kita percaya akan ketujuh sakramen yang
dianugerahkan Yesus kepada Gereja.
Masing-masing sakramen menangkap suatu unsur
penting dari kehidupan Kristus, dan melalui kuasa
Roh Kudus mendatangkan bagi kita keikutsertaan
dalam kehidupan ilahi Allah.
Sebagai contoh, coba renungkan betapa anugerah
mahaberharga kita boleh menyambut Ekaristi Kudus,
Tubuh dan Darah Tuhan kita, atau menyadari
bahwa dosa-dosa kita telah sungguh diampuni dan
jiwa kita dipulihkan setiap kali kita menerima
absolusi dalam Sakramen Tobat.
Dan yang terakhir, saya seorang Katolik karena
orang-orang yang membentuk Gereja.
Saya mengenangkan begitu banyak para kudus:
St Petrus dan St Paulus yang memelihara agar
Injil hidup pada masa-masa awali.
Pada masa penganiayaan Romawi, para martir awal
Gereja - seperti St Anastasia, St Lusia, St Yustinus
atau St Ignatius dari Antiokhia, yang pada tahun
100 menyebut Gereja “Katolik” - membela iman dan
menderita aniaya maut karenanya.
Pada Abad-abad Kegelapan, ketika banyak hal
sungguh “gelap”, memancarlah terang yang
benderang dari St Fransiskus, St Dominikus dan
St Katarina dari Siena.
Pada masa gerakan Protestan, ketika bidaah
mengoyak Gereja, Gereja dibela oleh St Robertus
Bellarmino dan St Ignatius Loyola,
para reformator sejati.
Saya berpikir mengenai para kudus yang hidup
di jaman kita, seperti Moeder Teresa atau Paus
Yohanes Paulus II, yang dari hari ke hari
melakukan karya kudus Allah.
Ada begitu banyak para kudus yang mengilhami
masing-masing kita untuk menjadi warga Gereja
yang baik.
Tetapi ada mereka-mereka yang lain juga.
Pada waktu Misa, arahkanlah pandangan
ke sekeliling gerejamu.
Lihatlah pasangan-pasangan suami isteri yang
berjuang untuk mengamalkan Sakramen Perkawinan
dalam abad yang memperturutkan hawa nafsu dan
perselingkuhan.
Lihatlah orang-orangtua yang rindu mewariskan
iman kepada anak-anak mereka.
Lihatlah kaum muda yang berjuang untuk
mengamalkan iman kendati dunia yang penuh
pencobaan.
Lihatlah kaum lanjut usia yang tetap setia kendati
perubahan-perubahan dalam dunia dan Gereja.
Lihatlah para imam dan kaum religius yang
membaktikan hidup mereka demi melayani Tuhan
dan Gereja-Nya.
Ada begitu banyak orang yang membentuk Gereja
kita.
Ya, tak seorang pun sempurna. Kita berdosa.
Itulah sebabnya mengapa salah satu doa terindah
dalam Perayaan Misa dipanjatkan sebelum tanda
damai; kita berdoa, “Tuhan Yesus Kristus,
jangan memperhitungkan dosa kami,
tetapi perhatikanlah iman Gereja-Mu.”
Ya, kendati segala kelemahan manusia, Gereja,
sebagai lembaga yang didirikan oleh Kristus,
terus melaksanakan misi-Nya di dunia ini.
Singkat kata, itulah alasan-alasan mengapa saya
seorang Katolik dan seorang warga Gereja Katolik
Roma. Alasan-alasan ini bukanlah asal.
Melainkan, mencerminkan permenungan mendalam
dan pergulatan, setelah dibaptis Katolik,
setelah melewatkan masa pendidikan di sekolah
St Bernadette, setelah lulus dari SMA West
Springfield, dan setelah pergumulan sengit dengan
iman sepanjang hari-hari perkuliahan di William
and Mary dan kemudian di Seminari.
Saya harap setiap orang Katolik dapat dengan
bangga memberikan suatu jawaban yang jelas
dan mendalam atas pertanyaan,
“Mengapa kamu seorang Katolik?”
* Fr. Saunders is dean of the Notre Dame Graduate
School of Christendom College and pastor of
Queen of Apostles Parish, both in Alexandria.
sumber : “Straight Answers: 'Why Are You A Catholic?'”
by Fr. William P. Saunders; Arlington Catholic Herald, Inc; Copyright ©1997 Arlington Catholic Herald, Inc.
All rights reserved; www.catholicherald.com
“diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya
atas ijin The Arlington Catholic Herald.”
Kamis, 24 Juni 2010
Penerimaan Patung Bunda Maria di Rumah Pak Adi
Selasa, 18 Mei 2010
"Sama seperti Engkau telah mengutus Aku ke dalam dunia demikian pula Aku telah mengutus mereka ke dalam dunia"
"Sama seperti Engkau telah mengutus Aku ke dalam dunia demikian pula Aku telah mengutus mereka ke dalam dunia"
(Kis 20:28-38; Yoh 17:11b-19)
"Ya Bapa yang kudus, peliharalah mereka dalam nama-Mu, yaitu nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu sama seperti Kita. Selama Aku bersama mereka, Aku memelihara mereka dalam nama-Mu, yaitu nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku; Aku telah menjaga mereka dan tidak ada seorang pun dari mereka yang binasa selain dari pada dia yang telah ditentukan untuk binasa, supaya genaplah yang tertulis dalam Kitab Suci. Tetapi sekarang, Aku datang kepada-Mu dan Aku mengatakan semuanya ini sementara Aku masih ada di dalam dunia, supaya penuhlah sukacita-Ku di dalam diri mereka. Aku telah memberikan firman-Mu kepada mereka dan dunia membenci mereka, karena mereka bukan dari dunia, sama seperti Aku bukan dari dunia. Aku tidak meminta, supaya Engkau mengambil mereka dari dunia, tetapi supaya Engkau melindungi mereka dari pada yang jahat. Mereka bukan dari dunia, sama seperti Aku bukan dari dunia.Kuduskanlah mereka dalam kebenaran; firman-Mu adalah kebenaran. Sama seperti Engkau telah mengutus Aku ke dalam dunia, demikian pula Aku telah mengutus mereka ke dalam dunia; dan Aku menguduskan diri-Ku bagi mereka, supaya mereka pun dikuduskan dalam kebenaran" (Yoh 17:11b-19), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
• Yesus mohon kepada Bapa di sorga agar Bapa memelihara dan mendampingi perjalanan hidup kita di dunia sampai mati. Sebagai orang yang beriman kepada Yesus kita dipanggil untuk meneladan Dia yang telah diutus ke dalam dunia, maka kita pun juga diutus untuk mendunia artinya berpartisipasi dalam seluk-beluk atau urusan duniawi. Marilah kita imani dan hayati bahwa Roh Allah atau Roh Kudus hadir dan berkarya dimana-mana dan kapan saja, tanpa terikat oleh ruang dan waktu, melalui ciptaan-ciptaan Allah di dunia ini. Setiap hari begitu bangun pagi sampai dengan menjelang istirahat malam kita semua kiranya sibuk dengan urusan-urusan atau hal ikhwal duniawi, maka baiklah kita hayati pendampingan Allah pada kita semua melalui RohNya yang hidup dan berkarya di dalam semua ciptaanNya di dunia ini. Dengan mendunia, berpartisipasi dalam seluk beluk duniawi kita semua diharapkan menjadi suci atau semakin suci dengan senantiasa melakukan apa-apa yang benar dan baik. Yang benar dan baik ada dimana-mana, dan hemat saya apa yang benar dan baik lebih banyak daripada apa yang tidak benar dan jelek atau jahat. Sebagaimana Yesus telah menguduskan DiriNya bagi kita, mempersembahkan diri seutuhnya demi kebahagiaan dan keselamatan kita, maka kita pun dipanggil untuk saling mempersembahkan atau menguduskan, dan bersama-sama kita menguduskan atau mempersembahkan dunia seisinya, flora dan fauna maupun pekerjaan dan tugas-tugas kita kepada Tuhan, yang berarti hidup dan bekerja demi keselamatan sesama, memfungsikan aneka ciptaan lain di dunia ini untuk menolong kita dalam mengusahakan kesucian atau semakin suci.
• "Perak atau emas atau pakaian tidak pernah aku ingini dari siapa pun juga. Kamu sendiri tahu, bahwa dengan tanganku sendiri aku telah bekerja untuk memenuhi keperluanku dan keperluan kawan-kawan seperjalananku" (Kis 20:33-34), demikian kesaksian iman Paulus, Rasul Agung, Pewarta Kabar Gembira kepada segala bangsa. Sebagai rasul Paulus tidak rela dirinya menjadi beban bagi orang lain dalam hal kebutuhan hidup sehari-hari; sambil mengajar perihal Yesus, ia bekerja untuk memenuhi hidupnya sendiri maupun kawan-kawan seperjalanan. Konon Paulus menjadi tukang tenda alias membuat tenda dan dijual kepada mereka yang membutuhkan, maka Paulus selain sebagai pewarta juga wiraswasta. Kami berharap apa yang dilakukan oleh Paulus ini menjadi teladan bagi para imam, bruder atau suster maupun katekis: sedapat mungkin dapat mandiri atau wiraswasta dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, tetapi sekiranya tidak mungkin hendaknya hidup sederhana, tidak berfoya-foya, agar tidak menjadi beban umat yang harus kita layani. Secara khusus perkenankan saya disini mengingatkan rekan-rekan klerus atau imam untuk memperhatikan dan menghayati apa yang tertulis dalam Kitab Hukum Kanonik ini, yaitu "Para klerikus hendaknya hidup sederhana dan menjauhkan diri dari segala sesuatu yang berbau kesia-siaan. Harta benda, yang mereka terima pada kesempatan melaksanakan tugas gerejawi, setelah dikurangi untuk penghidupan yang layak serta untuk memenuhi semua tugas-tugas jabatannya, sisanya hendaklah digunakan untuk kepentingan Gereja dan karya amal" (KHK kan 282).
"Hai kerajaan-kerajaan bumi, menyanyilah bagi Allah, bermazmurlah bagi Tuhan; bagi Dia yang berkendaraan melintasi langit purbakala. Perhatikanlah, Ia memperdengarkan suara-Nya, suara-Nya yang dahsyat! Akuilah kekuasaan Allah; kemegahan-Nya ada di atas Israel, kekuasaan-Nya di dalam awan-awan. Allah adalah dahsyat dari dalam tempat kudus-Nya" (Mzm 68:33-36a)
Jakarta, 19 Mei 2010 .
(Kis 20:28-38; Yoh 17:11b-19)
"Ya Bapa yang kudus, peliharalah mereka dalam nama-Mu, yaitu nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu sama seperti Kita. Selama Aku bersama mereka, Aku memelihara mereka dalam nama-Mu, yaitu nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku; Aku telah menjaga mereka dan tidak ada seorang pun dari mereka yang binasa selain dari pada dia yang telah ditentukan untuk binasa, supaya genaplah yang tertulis dalam Kitab Suci. Tetapi sekarang, Aku datang kepada-Mu dan Aku mengatakan semuanya ini sementara Aku masih ada di dalam dunia, supaya penuhlah sukacita-Ku di dalam diri mereka. Aku telah memberikan firman-Mu kepada mereka dan dunia membenci mereka, karena mereka bukan dari dunia, sama seperti Aku bukan dari dunia. Aku tidak meminta, supaya Engkau mengambil mereka dari dunia, tetapi supaya Engkau melindungi mereka dari pada yang jahat. Mereka bukan dari dunia, sama seperti Aku bukan dari dunia.Kuduskanlah mereka dalam kebenaran; firman-Mu adalah kebenaran. Sama seperti Engkau telah mengutus Aku ke dalam dunia, demikian pula Aku telah mengutus mereka ke dalam dunia; dan Aku menguduskan diri-Ku bagi mereka, supaya mereka pun dikuduskan dalam kebenaran" (Yoh 17:11b-19), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
• Yesus mohon kepada Bapa di sorga agar Bapa memelihara dan mendampingi perjalanan hidup kita di dunia sampai mati. Sebagai orang yang beriman kepada Yesus kita dipanggil untuk meneladan Dia yang telah diutus ke dalam dunia, maka kita pun juga diutus untuk mendunia artinya berpartisipasi dalam seluk-beluk atau urusan duniawi. Marilah kita imani dan hayati bahwa Roh Allah atau Roh Kudus hadir dan berkarya dimana-mana dan kapan saja, tanpa terikat oleh ruang dan waktu, melalui ciptaan-ciptaan Allah di dunia ini. Setiap hari begitu bangun pagi sampai dengan menjelang istirahat malam kita semua kiranya sibuk dengan urusan-urusan atau hal ikhwal duniawi, maka baiklah kita hayati pendampingan Allah pada kita semua melalui RohNya yang hidup dan berkarya di dalam semua ciptaanNya di dunia ini. Dengan mendunia, berpartisipasi dalam seluk beluk duniawi kita semua diharapkan menjadi suci atau semakin suci dengan senantiasa melakukan apa-apa yang benar dan baik. Yang benar dan baik ada dimana-mana, dan hemat saya apa yang benar dan baik lebih banyak daripada apa yang tidak benar dan jelek atau jahat. Sebagaimana Yesus telah menguduskan DiriNya bagi kita, mempersembahkan diri seutuhnya demi kebahagiaan dan keselamatan kita, maka kita pun dipanggil untuk saling mempersembahkan atau menguduskan, dan bersama-sama kita menguduskan atau mempersembahkan dunia seisinya, flora dan fauna maupun pekerjaan dan tugas-tugas kita kepada Tuhan, yang berarti hidup dan bekerja demi keselamatan sesama, memfungsikan aneka ciptaan lain di dunia ini untuk menolong kita dalam mengusahakan kesucian atau semakin suci.
• "Perak atau emas atau pakaian tidak pernah aku ingini dari siapa pun juga. Kamu sendiri tahu, bahwa dengan tanganku sendiri aku telah bekerja untuk memenuhi keperluanku dan keperluan kawan-kawan seperjalananku" (Kis 20:33-34), demikian kesaksian iman Paulus, Rasul Agung, Pewarta Kabar Gembira kepada segala bangsa. Sebagai rasul Paulus tidak rela dirinya menjadi beban bagi orang lain dalam hal kebutuhan hidup sehari-hari; sambil mengajar perihal Yesus, ia bekerja untuk memenuhi hidupnya sendiri maupun kawan-kawan seperjalanan. Konon Paulus menjadi tukang tenda alias membuat tenda dan dijual kepada mereka yang membutuhkan, maka Paulus selain sebagai pewarta juga wiraswasta. Kami berharap apa yang dilakukan oleh Paulus ini menjadi teladan bagi para imam, bruder atau suster maupun katekis: sedapat mungkin dapat mandiri atau wiraswasta dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, tetapi sekiranya tidak mungkin hendaknya hidup sederhana, tidak berfoya-foya, agar tidak menjadi beban umat yang harus kita layani. Secara khusus perkenankan saya disini mengingatkan rekan-rekan klerus atau imam untuk memperhatikan dan menghayati apa yang tertulis dalam Kitab Hukum Kanonik ini, yaitu "Para klerikus hendaknya hidup sederhana dan menjauhkan diri dari segala sesuatu yang berbau kesia-siaan. Harta benda, yang mereka terima pada kesempatan melaksanakan tugas gerejawi, setelah dikurangi untuk penghidupan yang layak serta untuk memenuhi semua tugas-tugas jabatannya, sisanya hendaklah digunakan untuk kepentingan Gereja dan karya amal" (KHK kan 282).
"Hai kerajaan-kerajaan bumi, menyanyilah bagi Allah, bermazmurlah bagi Tuhan; bagi Dia yang berkendaraan melintasi langit purbakala. Perhatikanlah, Ia memperdengarkan suara-Nya, suara-Nya yang dahsyat! Akuilah kekuasaan Allah; kemegahan-Nya ada di atas Israel, kekuasaan-Nya di dalam awan-awan. Allah adalah dahsyat dari dalam tempat kudus-Nya" (Mzm 68:33-36a)
Jakarta, 19 Mei 2010 .
Senin, 09 November 2009
Minggu, 02 Agustus 2009
Sejarah Para Bapa Gereja
1. Santo Petrus (33-64 atau 33-67)
2. Santo Linus dari Tuscany (67-76)
3. Santo Anacletus (atau Cletus) dari Roma (76-88)
4. Santo Clement I dari Roma (88-97)
5. Santo Evaristus dari Yunani (97-105)
6. Santo Alexander I dari Roma (105-115)
7. Santo Sixtus I dari Roma (115-125)
8. Santo Telesphorus dari Yunani (125-136)
9. Santo Hyginius dari Athena, Yunani (136-140)
10. Santo Pius I dari Aquileia (140-155)
11. Santo Anicetus dari Emesa, Syria (155-166)
12. Santo Soter dari Campagna, Italia (166-175)
13. Santo Eleutheriusdari Nicopolis di Epirus, Yunani (175-189)
14. Santo Victor I dari Afrika (189-199)
15. Santo Zephyrinusdari Roma (199-217)
16. Santo Callixtus I dari Roma (217-222)
17. Santo Urban I dari Roma (222-230)
18. Santo Pontian dari Roma (230-235)
19. Santo Anterus dari Yunani (235-236)
20. Santo Fabian dari Roma (236-250)
21. Santo Cornelius dari Roma (251-253)
22. Santo Lucius I dari Roma (253-254)
23. Santo Stephen I dari Roma (254-257)
24. Santo Sixtus II dari Athena, Yunani (257-258)
25. Santo Dionysius, asal tidak diketahui (259-268)
26. Santo Felix I dari Roma (269-274)
27. Santo Eutychian dari Luni (275-283)
28. Santo Caius dari Dalmatia (283-296)
29. Santo Marcellinus dari Roma (296-304)
30. Santo Marcellus I dari Roma (308-309)
31. Santo Eusebius dari Calabria, Yunani (309-310)
32. Santo Melchiades atau Miltiades dari Afrika (311-314)
33. Santo Sylvester I dari Roma (314-335)
34. Santo Markus dari Roma (336)
35. Santo Julius I dari Roma (337-352)
36. Liberiusdari Roma (352-366)
37. Santo Damasus I dari Spanyol (366-384)
38. Santo Siricius dari Roma (384-399)
39. Santo Anastasius I dari Roma (399-401)
40. Santo Innocentius I dari Albano (401-417)
41. Santo Zozimus dari Mesuras, Yunani (417-418)
42. Santo Boniface I dari Roma (418-422)
43. Santo Celestinus I dari Campania (422-432)
44. Santo Sixtus III dari Roma (432-440)
45. Santo Leo I (Agung) dari Tuscany (440-461)
46. Santo Hilarius dari Sardinia (461-468)
47. Santo Simplicius dari Tivoli (468-483)
48. Santo Felix III (II) dari Roma (483-492)
49. Santo Gelasius I dari Afrika (492-496)
50. Anastasius IIdari Roma (496-498)
51. Santo Symmachus dari Sardinia (498-514)
52. Santo Hormisdas dari Frosinone (514-523)
53. Santo Yohanes I dari Tuscany (523-526)Martir
54. Santo Felix IV (III) dari Samnium (526-530)
55. Boniface II dari Roma (530-532)
56. Yohanes II(Mercury) dari Roma (533-535)
57. Santo Agapitus I dari Roma (535-536)
58. Santo Silverius I dari Campania (536-537)
59. Vigiliusdari Roma (537-555)
60. Pelagius I dari Roma (556-561)
61. Yohanes III dari Roma (561-574)
62. Benedictus Idari Roma (575-579)
63. Pelagius IIdari Roma (579-590)
64. Santo Gregorius I (Agung)dari Roma (590-604)
65. Sabiniandari Blera di Tuscany (604-606)
66. Boniface IIIdari Roma (607)
67. Santo Boniface IVdari Abruzzi (608-615)
68. Santo Deusdedit (Adeodatus I)dari Roma (615-618)
69. Boniface Vdari Naples (619-625)
70. Honorius I dari Campania (625-638)
71. Severinus dari Roma (640)
72. Yohanes IV dari Dalmatia (640-642)
73. Theodore I orang Yunani dari Leventine Koloni di Roma (642-649)
74. Santo Martin I dari Todi (649-655)
75. Santo Eugene I dari Roma (654-657)
76. Santo Vitalian dari Segni (657-672)
77. Adeodatus II dari Roma (672-676)
78. Donusdari Roma (676-678)
79. Santo Agatho dari Yunani dari Sicilia (678-681)
80. Santo Leo II dari Sicilia (682-683)
81. Santo Benedictus II dari Roma (684-685)
82. Yohanes V dari Antiokia, Siria (685-686)
83. Conon dari Yunani dari Thracian (?) (686-687)
84. Santo Sergius I orang Siria dari Palermo (687-701)
85. Yohanes VI dari Yunani (701-705)
86. Yohanes VIIorang Yunani dari Calabria (705-707)
87. Sisinnius orang Yunani dari Siria (708)
88. Constantine dari Siria (708-715)
89. Santo Gregorius II dari Roma (715-731)
90. Santo Gregorius III dari Siria (731-741)
91. Santo Zacharius orang Yunani dari Calabria (741-752)
92. Stephen II (III) dari Roma (752-757)
93. Santo Paulus I dari Roma (757-767)
94. Stephen III (IV)dari Sicilia (768-772)
95. Adrianus I dari Roma (772-795)
96. Santo Leo III dari Roma (795-816)
97. Stephen IV dari Roma (816-817)
98. Santo Paschal I dari Roma (817-824)
99. Eugene II dari Roma (824-827)
100. Valentinus dari Roma (827)
101. Gregorius IV dari Roma (827-844)
102. Sergius II dari Roma (844-847)
103. Santo Leo IV dari Roma (847-855)
104. Benedictus III dari Roma (855-858)
105. Santo Nicholas I (Agung) dari Roma (858-867)
106. Adrianus II dari Roma (867-872)
107. Yohanes VIII dari Roma (872-882)
108. Marinus I dari Gallese (882-884)
109. Santo Adrianus III dari Rome (884-885)
110. Stephen V (VI) dari Rome (885-891)
111. Formosus Uskup Porto (891-896)
112. Boniface VI dari Roma (896)
113. Stephen VI (VII) dari Roma (896-897)
114. Romanus dari Gallese (897)
115. Theodore II dari Roma (897)
116. Yohanes IX dari Tivoli (898-900)
117. Benedictus IV dari Roma (900-903)
118. Leo V dari Ardea (903)
119. Sergius III dari Roma (904-911)
120. Anastasius III dari Roma (911-913)
121. Landus dari Sabina (913-914)
122. Yohanes X dari Tossignano (Imola) (914-928)
123. Leo VI dari Roma (928)
124. Stephen VII (VIII) dari Roma (928-931)
125. Yohanes XI dari Roma (931-935)
126. Leo VII dari Roma (936-939)
127. Stephen VIII (IX) dari Roma (939-942)
128. Marinus II dari Roma (942-946)
129. Agapitus II dari Roma (946-955)
130. Yohanes XII (Octavius) dari Tusculum (955-964)
131. Leo VIII dari Roma (963-965)
132. Benedictus V dari Roma (964-966)
133. Yohanes XIII dari Roma (965-972)
134. Benedictus VI dari Roma (973-974)
135. Benedictus VII dari Roma (974-983)
136. Yohanes XIV (Peter Campenora) dari Pavia (983-984)
137. Yohanes XV dari Roma (983-996)
138. Gregorius V (Bruno dari Carinthia) dari Saxony (996-999)
139. Sylvester II (Gerbert) dari Auvergne (999-1003)
140. Yohanes XVII (Siccone) dari Roma (1003)
141. Yohanes XVIII (Phasianus) dari Roma1004-1009
142. Sergius IV(Peter) dari Roma (1009-1012)
143. Benedictus VIII (Theophylactus) dari Tusculum (1012-1024)
144. Yohanes XIX (Romanus) dari Tusculum (1024-1032)
145. Benedictus IX (Theophylactus) dari Tusculum (1032-1044)
146. Sylvester III (Yohanes) dari Roma (1045)
147. Benedictus IX (kedua kalinya) (Theophylactus) dari Tusculum (1045)
148. Gregorius VI (Yohanes Gratianus) dari Roma (1045-1046)
149. Clement II (Suitger, Lord Morsleben & Hornburg) dari Saxony (1046-1047)
150. Benedictus IX (ketiga kalinya) (Theophylactus) dari Tusculum (1047-1048)
151. Damasus II (Poppo) dari Bavaria, Jerman (1048)
152. Santo Leo IX (Bruno) dari Alsace (1049-1054)
153. Victor II (Gebhard) dari Swabia (1055-1057)
154. Stephen IX (X) (Frederick) dari Lorraine (1057-1058)
155. Nicholas II (Gerard) dari Burgundy (1059-1061)
156. Alexander II (Anselmo da Baggio) dari Milan (1061-1073)
157. Santo Gregorius VII (Hildebrand) dari Tuscany (1073-1085)
158. Beato Victor III (Dauferius atau Desiderius) dari Benevento (1086-1087)
159. Beato Urban II (Otto diLagery) dari Perancis (1088-1099)
160. Paschal II (Raniero) dari Ravenna (1099-1118)
161. Gelasius II (Giovanni Caetani) dari Gaeta (1118-1119)
162. Callistus II (Guido dari Burgundi) dari Burgundy, Perancis (1119-1124)
163. Honorius II (Lamberto) dari Fiagnano (Imola) (1124-1130)
164. Innocentius II (Gregorio Papareschi) dari Roma (1130-1143)
165. Celestinus II (Guido) dari Citta di Castello (1143-1144)
166. Lucius II (Gerardo Caccianemici) dari Bologna (1144-1145)
167. Beato Eugene III (Bernardo Paganelli di Montemagno) dari Pisa (1145-1153)
168. Anastasius IV (Corrado) dari Roma (1153-1154)
169. Adrianus IV (Nicholas Breakspear) dari Inggris (1154-1159)
170. Alexander III (Rolando Bandinelli) dari Siena (1159-1181)
171. Lucius III (Ubaldo Allucingoli) dari Lucca (1181-1185)
172. Urban III (Uberto Crivelli) dari Milan (1185-1187)
173. Gregorius VIII (Alberto de Morra) dari Benevento (1187)
174. Clement III (Paulo Scolari) dari Roma (1198-1191)
175. Celestinus III (Giacinto Bobone) dari Roma (1191-1198)
176. Innocentius III (Lotario dei Conti di Segni) dari Anagni (1198-1216)
177. Honorius III (Cencio Savelli) dari Roma (1216-1227)
178. Gregorius IX (Ugolino, Count Segni) dari Anagni (1227-1241)
179. Celestinus IV (Goffredo Castiglioni) dari Milan (1241)
180. Innocentius IV (Sinibaldo Fieschi) dari Genoa (1243-1254)
181. Alexander IV (Rinaldo) dari Ienne (Roma) (1254-1261)
182. Urban IV (Jacques Pantalon) dari Troyes, Perancis (1261-1264)
183. Clement IV (Guy Foulques atau Guido le Gros) dari Perancis (1265-1268)
184. Beato Gregorius X (Teobaldo Visconti) dari Piacenza (1271-1276)
185. Beato Innocentius V (Peter dari Tarentaise) dari Savoy (1276)
186. Adrianus V (Ottobono Fieschi) dari Genoa (1276)
187. Yohanes XXI (Petrus Juliani atau Petrus Hispanus) dari Portugal (1276-1277)
188. Nicholas III (Giovanni Gaetano Orsini) dari Roma (1277-1280)
189. Martin IV (Simon de Brie) dari Perancis (1281-1285)
190. Honorius IV (Giacomo Savelli) dari Roma (1285-1287)
191. Nicholas IV (Girolamo Masci) dari Ascoli (1288-1292)
192. Santo Celestinus V (Pietro del Murrone) dari Isernia (1294)
193. Boniface VIII (Benedetto Caetani) dari Anagni (1294-1303)
194. Beato Benedictus XI (Niccolo Boccasini) dari Treviso (1303-1304)
195. Clement V (Bertrand de Got) dari Perancis (1305-1314)
196. Yohanes XXII (Jacques d'Euse) dari Cahors, Perancis (1316-1334)
197. Benedictus XII (Jacques Fournier) dari Perancis (1334-1342)
198. Clement VI (Pierre Roger) dari Perancis (1342-1352)
199. Innocentius VI (Etienne Aubert) dari Perancis (1352-1362)
200. Beato Urban V (Guillaume de Grimoard) dari Perancis (1362-1370)
201. Gregorius XI (Pierre Roger de Beaufort) dari Perancis (1370-1378)
202. Urban VI (Bartolomeo Prignano) dari Naples (1378-1389)
203. Boniface IX (Pietro Tomacelli) dari Naples (1389-1404)
204. Innocentius VII (Cosma Migliorati) dari Sulmona (1404-1406)
205. Gregorius XII (Angelo Correr) dari Venice (1406-1415)
206. Martin V (Oddone Colonna) dari Roma (1417-1431)
207. Eugene IV (Gabriele Condulmer) dari Venice (1431-1447)
208. Nicholas V (Tommaso Parentucelli) dari Sarzana (1447-1455)
209. Callistus III (Alfonso Borgia) dari Jativa (Valencia) (1455-1458)
210. Pius II (Enea Silvio Piccolomini) dari Siena (1458-1464)
211. Paul II (Pietro Barbo) dari Venice (1464-1471)
212. Sixtus IV (Francesco della Rovere) dari Savona (1471-1484)
213. Innocentius VIII (Giovanni Battista Cibo) dari Genoa (1484-1492)
214. Alexander VI (Rodrigo Borgia) dari Jativa (Valencia) (1492-1503)
215. Pius III (Francesco Todeschini-Piccolomini) dari Siena (1503)
216. Julius II (Giuliano della Rovere) dari Savona (1503-1513)
217. Leo X (Giovanni de'Medici) dari Florence (1513-1521)
218. Adrianus VI (Adrian Florensz) dari Utrecht, Jerman (1522-1523)
219. Clement VII (Giulio de'Medici) dari Florence (1523-1534)
220. Paulus III (Alessandro Farnese) dari Roma (1534-1549)
221. Julius III (Giovanni Maria Ciocchi) dari Roma (1550-1555)
222. Marcellus II (Marcello Cervini) dari Montepulciano (1555)
223. Paulus IV (Gian Pietro Carafa) dari Naples (1555-1559)
224. Pius IV (Giovan Angelo de'Medici) dari Milan (1559-1565)
225. Santo Pius V (Antonio-Michele Ghislieri) dari Bosco (Alexandria) (1566-1572)
226. Gregorius XIII (Ugo Buoncompagni) dari Bologna (1572-1585)
227. Sixtus V (Felice Peretti) dari Grottamare (Ripatransone) (1585-1590)
228. Urban VII (Giambattista Castagna) dari Roma (1590)
229. Gregorius XIV (Niccolo Sfondrati) dari Cremona (1590-1591)
230. Innocentius IX (Giovanni Antonio Facchinetti) dari Bologna (1591)
231. Clement VIII (Ippolito Aldobrandini) dari Florence (1592-1605)
232. Leo IX (Alessandro de'Medici) dari Florence (1605)
233. Paulus V (Camillo Borghese) dari Roma (1605-1621)
234. Gregorius XV (Alessandor Ludovisi) dari Bologna (1621-1623)
235. Urban VIII (Maffeo Barberini) dari Florence (1623-1644)
236. Innocentius X (Giovanni Battista Pamfili) dari Roma (1644-1655)
237. Alexander VII (Fabio Chigi) dari Siena (1655-1667)
238. Clement IX (Giulio Rospigliosi) dari Pistoia (1667-1669)
239. Clement X (Emilio Altieri) dari Roma (1670-1676)
240. Beato Innocentius XI (Benedetto Odescalchi) dari Como (1676-1689)
241. Alexander VIII (Pietro Ottoboni) dari Venice (1689-1691)
242. Innocentius XII (Antonio Pignatelli) dari Spinazzola (Venosa) (1691-1700)
243. Clement XI (Giovanni Francesco Albani) dari Urbino (1700-1721)
244. Innocentius XIII (Michelangelo dei Conti) dari Roma (1721-1724)
245. Benedictus XIII (Pietro Francesco-Vincenzo Maria-Orsini) dari Gravina (Bari) (1724-1730)
246. Clement XII (Lorenzo Corsini) dari Florence (1730-1740)
247. Benedictus XIV (Prospero Lambertini) dari Bologna (1740-1758)
248. Clement XIII (Carlo Rezzonico) dari Venice (1758-1769)
249. Clement XIV (Giovanni Vincenzo Antonio-Lorenzo-Ganganelli) dari Rimini (1769-1774)
250. Pius VI (Giovanni Angelo Braschi) dari Cesena (1775-1799)
251. Pius VII (Barnaba-Gregorio-Chiaramonti) dari Cesena (1800-1823)
252. Leo XII (Annibale della Genga) dari Genga (Fabriano) (1823-1829)
253. Pius VIII (Fracesco Saverio Castiglioni) dari Cingoli (1829-1830)
254. Gregorius XVI (Bartolomeo Alberto-Mauro-Cappelari) dari Belluno (1831-1846)
255. Pius IX (Giovanni M. Mastai-Ferretti) dari Senigallia (1846-1878)
256. Leo XIII (Gioacchino Pecci) dari Carpineto (Anagni) (1878-1903)
257. Santo Pius X (Giuseppe Sarto) dari Riese (Treviso) (1903-1914)
258. Benedictus XV (Giacomo della Chiesa) dari Genoa, Italia (1914-1922)
259. Pius XI (Achille Ratti) dari Desio, Milan, Italia (1922-1939)
260. Pius XII (Eugenio Pacelli) dari Roma (1939-1958)
261. Yohanes XXIII (Angelo Giuseppe Roncalli) dari Sotto il Monte (Bergamo) (1958-1963)
262. Paulus VI (Giovanni Battista Montini) dari Concescio (Brescia) (1963-1978)
263. Yohanes Paulus I (Albino Luciani) dari Forno di Canale (Belluno) (1978)
264. Yohanes Paulus II (Karol Wojtyla) Wadowice, Polandia (1978-2005)
265. Benedictus XVI (Y. Ratzinger) Bavaria, Jerman (2005-Sekarang
2. Santo Linus dari Tuscany (67-76)
3. Santo Anacletus (atau Cletus) dari Roma (76-88)
4. Santo Clement I dari Roma (88-97)
5. Santo Evaristus dari Yunani (97-105)
6. Santo Alexander I dari Roma (105-115)
7. Santo Sixtus I dari Roma (115-125)
8. Santo Telesphorus dari Yunani (125-136)
9. Santo Hyginius dari Athena, Yunani (136-140)
10. Santo Pius I dari Aquileia (140-155)
11. Santo Anicetus dari Emesa, Syria (155-166)
12. Santo Soter dari Campagna, Italia (166-175)
13. Santo Eleutheriusdari Nicopolis di Epirus, Yunani (175-189)
14. Santo Victor I dari Afrika (189-199)
15. Santo Zephyrinusdari Roma (199-217)
16. Santo Callixtus I dari Roma (217-222)
17. Santo Urban I dari Roma (222-230)
18. Santo Pontian dari Roma (230-235)
19. Santo Anterus dari Yunani (235-236)
20. Santo Fabian dari Roma (236-250)
21. Santo Cornelius dari Roma (251-253)
22. Santo Lucius I dari Roma (253-254)
23. Santo Stephen I dari Roma (254-257)
24. Santo Sixtus II dari Athena, Yunani (257-258)
25. Santo Dionysius, asal tidak diketahui (259-268)
26. Santo Felix I dari Roma (269-274)
27. Santo Eutychian dari Luni (275-283)
28. Santo Caius dari Dalmatia (283-296)
29. Santo Marcellinus dari Roma (296-304)
30. Santo Marcellus I dari Roma (308-309)
31. Santo Eusebius dari Calabria, Yunani (309-310)
32. Santo Melchiades atau Miltiades dari Afrika (311-314)
33. Santo Sylvester I dari Roma (314-335)
34. Santo Markus dari Roma (336)
35. Santo Julius I dari Roma (337-352)
36. Liberiusdari Roma (352-366)
37. Santo Damasus I dari Spanyol (366-384)
38. Santo Siricius dari Roma (384-399)
39. Santo Anastasius I dari Roma (399-401)
40. Santo Innocentius I dari Albano (401-417)
41. Santo Zozimus dari Mesuras, Yunani (417-418)
42. Santo Boniface I dari Roma (418-422)
43. Santo Celestinus I dari Campania (422-432)
44. Santo Sixtus III dari Roma (432-440)
45. Santo Leo I (Agung) dari Tuscany (440-461)
46. Santo Hilarius dari Sardinia (461-468)
47. Santo Simplicius dari Tivoli (468-483)
48. Santo Felix III (II) dari Roma (483-492)
49. Santo Gelasius I dari Afrika (492-496)
50. Anastasius IIdari Roma (496-498)
51. Santo Symmachus dari Sardinia (498-514)
52. Santo Hormisdas dari Frosinone (514-523)
53. Santo Yohanes I dari Tuscany (523-526)Martir
54. Santo Felix IV (III) dari Samnium (526-530)
55. Boniface II dari Roma (530-532)
56. Yohanes II(Mercury) dari Roma (533-535)
57. Santo Agapitus I dari Roma (535-536)
58. Santo Silverius I dari Campania (536-537)
59. Vigiliusdari Roma (537-555)
60. Pelagius I dari Roma (556-561)
61. Yohanes III dari Roma (561-574)
62. Benedictus Idari Roma (575-579)
63. Pelagius IIdari Roma (579-590)
64. Santo Gregorius I (Agung)dari Roma (590-604)
65. Sabiniandari Blera di Tuscany (604-606)
66. Boniface IIIdari Roma (607)
67. Santo Boniface IVdari Abruzzi (608-615)
68. Santo Deusdedit (Adeodatus I)dari Roma (615-618)
69. Boniface Vdari Naples (619-625)
70. Honorius I dari Campania (625-638)
71. Severinus dari Roma (640)
72. Yohanes IV dari Dalmatia (640-642)
73. Theodore I orang Yunani dari Leventine Koloni di Roma (642-649)
74. Santo Martin I dari Todi (649-655)
75. Santo Eugene I dari Roma (654-657)
76. Santo Vitalian dari Segni (657-672)
77. Adeodatus II dari Roma (672-676)
78. Donusdari Roma (676-678)
79. Santo Agatho dari Yunani dari Sicilia (678-681)
80. Santo Leo II dari Sicilia (682-683)
81. Santo Benedictus II dari Roma (684-685)
82. Yohanes V dari Antiokia, Siria (685-686)
83. Conon dari Yunani dari Thracian (?) (686-687)
84. Santo Sergius I orang Siria dari Palermo (687-701)
85. Yohanes VI dari Yunani (701-705)
86. Yohanes VIIorang Yunani dari Calabria (705-707)
87. Sisinnius orang Yunani dari Siria (708)
88. Constantine dari Siria (708-715)
89. Santo Gregorius II dari Roma (715-731)
90. Santo Gregorius III dari Siria (731-741)
91. Santo Zacharius orang Yunani dari Calabria (741-752)
92. Stephen II (III) dari Roma (752-757)
93. Santo Paulus I dari Roma (757-767)
94. Stephen III (IV)dari Sicilia (768-772)
95. Adrianus I dari Roma (772-795)
96. Santo Leo III dari Roma (795-816)
97. Stephen IV dari Roma (816-817)
98. Santo Paschal I dari Roma (817-824)
99. Eugene II dari Roma (824-827)
100. Valentinus dari Roma (827)
101. Gregorius IV dari Roma (827-844)
102. Sergius II dari Roma (844-847)
103. Santo Leo IV dari Roma (847-855)
104. Benedictus III dari Roma (855-858)
105. Santo Nicholas I (Agung) dari Roma (858-867)
106. Adrianus II dari Roma (867-872)
107. Yohanes VIII dari Roma (872-882)
108. Marinus I dari Gallese (882-884)
109. Santo Adrianus III dari Rome (884-885)
110. Stephen V (VI) dari Rome (885-891)
111. Formosus Uskup Porto (891-896)
112. Boniface VI dari Roma (896)
113. Stephen VI (VII) dari Roma (896-897)
114. Romanus dari Gallese (897)
115. Theodore II dari Roma (897)
116. Yohanes IX dari Tivoli (898-900)
117. Benedictus IV dari Roma (900-903)
118. Leo V dari Ardea (903)
119. Sergius III dari Roma (904-911)
120. Anastasius III dari Roma (911-913)
121. Landus dari Sabina (913-914)
122. Yohanes X dari Tossignano (Imola) (914-928)
123. Leo VI dari Roma (928)
124. Stephen VII (VIII) dari Roma (928-931)
125. Yohanes XI dari Roma (931-935)
126. Leo VII dari Roma (936-939)
127. Stephen VIII (IX) dari Roma (939-942)
128. Marinus II dari Roma (942-946)
129. Agapitus II dari Roma (946-955)
130. Yohanes XII (Octavius) dari Tusculum (955-964)
131. Leo VIII dari Roma (963-965)
132. Benedictus V dari Roma (964-966)
133. Yohanes XIII dari Roma (965-972)
134. Benedictus VI dari Roma (973-974)
135. Benedictus VII dari Roma (974-983)
136. Yohanes XIV (Peter Campenora) dari Pavia (983-984)
137. Yohanes XV dari Roma (983-996)
138. Gregorius V (Bruno dari Carinthia) dari Saxony (996-999)
139. Sylvester II (Gerbert) dari Auvergne (999-1003)
140. Yohanes XVII (Siccone) dari Roma (1003)
141. Yohanes XVIII (Phasianus) dari Roma1004-1009
142. Sergius IV(Peter) dari Roma (1009-1012)
143. Benedictus VIII (Theophylactus) dari Tusculum (1012-1024)
144. Yohanes XIX (Romanus) dari Tusculum (1024-1032)
145. Benedictus IX (Theophylactus) dari Tusculum (1032-1044)
146. Sylvester III (Yohanes) dari Roma (1045)
147. Benedictus IX (kedua kalinya) (Theophylactus) dari Tusculum (1045)
148. Gregorius VI (Yohanes Gratianus) dari Roma (1045-1046)
149. Clement II (Suitger, Lord Morsleben & Hornburg) dari Saxony (1046-1047)
150. Benedictus IX (ketiga kalinya) (Theophylactus) dari Tusculum (1047-1048)
151. Damasus II (Poppo) dari Bavaria, Jerman (1048)
152. Santo Leo IX (Bruno) dari Alsace (1049-1054)
153. Victor II (Gebhard) dari Swabia (1055-1057)
154. Stephen IX (X) (Frederick) dari Lorraine (1057-1058)
155. Nicholas II (Gerard) dari Burgundy (1059-1061)
156. Alexander II (Anselmo da Baggio) dari Milan (1061-1073)
157. Santo Gregorius VII (Hildebrand) dari Tuscany (1073-1085)
158. Beato Victor III (Dauferius atau Desiderius) dari Benevento (1086-1087)
159. Beato Urban II (Otto diLagery) dari Perancis (1088-1099)
160. Paschal II (Raniero) dari Ravenna (1099-1118)
161. Gelasius II (Giovanni Caetani) dari Gaeta (1118-1119)
162. Callistus II (Guido dari Burgundi) dari Burgundy, Perancis (1119-1124)
163. Honorius II (Lamberto) dari Fiagnano (Imola) (1124-1130)
164. Innocentius II (Gregorio Papareschi) dari Roma (1130-1143)
165. Celestinus II (Guido) dari Citta di Castello (1143-1144)
166. Lucius II (Gerardo Caccianemici) dari Bologna (1144-1145)
167. Beato Eugene III (Bernardo Paganelli di Montemagno) dari Pisa (1145-1153)
168. Anastasius IV (Corrado) dari Roma (1153-1154)
169. Adrianus IV (Nicholas Breakspear) dari Inggris (1154-1159)
170. Alexander III (Rolando Bandinelli) dari Siena (1159-1181)
171. Lucius III (Ubaldo Allucingoli) dari Lucca (1181-1185)
172. Urban III (Uberto Crivelli) dari Milan (1185-1187)
173. Gregorius VIII (Alberto de Morra) dari Benevento (1187)
174. Clement III (Paulo Scolari) dari Roma (1198-1191)
175. Celestinus III (Giacinto Bobone) dari Roma (1191-1198)
176. Innocentius III (Lotario dei Conti di Segni) dari Anagni (1198-1216)
177. Honorius III (Cencio Savelli) dari Roma (1216-1227)
178. Gregorius IX (Ugolino, Count Segni) dari Anagni (1227-1241)
179. Celestinus IV (Goffredo Castiglioni) dari Milan (1241)
180. Innocentius IV (Sinibaldo Fieschi) dari Genoa (1243-1254)
181. Alexander IV (Rinaldo) dari Ienne (Roma) (1254-1261)
182. Urban IV (Jacques Pantalon) dari Troyes, Perancis (1261-1264)
183. Clement IV (Guy Foulques atau Guido le Gros) dari Perancis (1265-1268)
184. Beato Gregorius X (Teobaldo Visconti) dari Piacenza (1271-1276)
185. Beato Innocentius V (Peter dari Tarentaise) dari Savoy (1276)
186. Adrianus V (Ottobono Fieschi) dari Genoa (1276)
187. Yohanes XXI (Petrus Juliani atau Petrus Hispanus) dari Portugal (1276-1277)
188. Nicholas III (Giovanni Gaetano Orsini) dari Roma (1277-1280)
189. Martin IV (Simon de Brie) dari Perancis (1281-1285)
190. Honorius IV (Giacomo Savelli) dari Roma (1285-1287)
191. Nicholas IV (Girolamo Masci) dari Ascoli (1288-1292)
192. Santo Celestinus V (Pietro del Murrone) dari Isernia (1294)
193. Boniface VIII (Benedetto Caetani) dari Anagni (1294-1303)
194. Beato Benedictus XI (Niccolo Boccasini) dari Treviso (1303-1304)
195. Clement V (Bertrand de Got) dari Perancis (1305-1314)
196. Yohanes XXII (Jacques d'Euse) dari Cahors, Perancis (1316-1334)
197. Benedictus XII (Jacques Fournier) dari Perancis (1334-1342)
198. Clement VI (Pierre Roger) dari Perancis (1342-1352)
199. Innocentius VI (Etienne Aubert) dari Perancis (1352-1362)
200. Beato Urban V (Guillaume de Grimoard) dari Perancis (1362-1370)
201. Gregorius XI (Pierre Roger de Beaufort) dari Perancis (1370-1378)
202. Urban VI (Bartolomeo Prignano) dari Naples (1378-1389)
203. Boniface IX (Pietro Tomacelli) dari Naples (1389-1404)
204. Innocentius VII (Cosma Migliorati) dari Sulmona (1404-1406)
205. Gregorius XII (Angelo Correr) dari Venice (1406-1415)
206. Martin V (Oddone Colonna) dari Roma (1417-1431)
207. Eugene IV (Gabriele Condulmer) dari Venice (1431-1447)
208. Nicholas V (Tommaso Parentucelli) dari Sarzana (1447-1455)
209. Callistus III (Alfonso Borgia) dari Jativa (Valencia) (1455-1458)
210. Pius II (Enea Silvio Piccolomini) dari Siena (1458-1464)
211. Paul II (Pietro Barbo) dari Venice (1464-1471)
212. Sixtus IV (Francesco della Rovere) dari Savona (1471-1484)
213. Innocentius VIII (Giovanni Battista Cibo) dari Genoa (1484-1492)
214. Alexander VI (Rodrigo Borgia) dari Jativa (Valencia) (1492-1503)
215. Pius III (Francesco Todeschini-Piccolomini) dari Siena (1503)
216. Julius II (Giuliano della Rovere) dari Savona (1503-1513)
217. Leo X (Giovanni de'Medici) dari Florence (1513-1521)
218. Adrianus VI (Adrian Florensz) dari Utrecht, Jerman (1522-1523)
219. Clement VII (Giulio de'Medici) dari Florence (1523-1534)
220. Paulus III (Alessandro Farnese) dari Roma (1534-1549)
221. Julius III (Giovanni Maria Ciocchi) dari Roma (1550-1555)
222. Marcellus II (Marcello Cervini) dari Montepulciano (1555)
223. Paulus IV (Gian Pietro Carafa) dari Naples (1555-1559)
224. Pius IV (Giovan Angelo de'Medici) dari Milan (1559-1565)
225. Santo Pius V (Antonio-Michele Ghislieri) dari Bosco (Alexandria) (1566-1572)
226. Gregorius XIII (Ugo Buoncompagni) dari Bologna (1572-1585)
227. Sixtus V (Felice Peretti) dari Grottamare (Ripatransone) (1585-1590)
228. Urban VII (Giambattista Castagna) dari Roma (1590)
229. Gregorius XIV (Niccolo Sfondrati) dari Cremona (1590-1591)
230. Innocentius IX (Giovanni Antonio Facchinetti) dari Bologna (1591)
231. Clement VIII (Ippolito Aldobrandini) dari Florence (1592-1605)
232. Leo IX (Alessandro de'Medici) dari Florence (1605)
233. Paulus V (Camillo Borghese) dari Roma (1605-1621)
234. Gregorius XV (Alessandor Ludovisi) dari Bologna (1621-1623)
235. Urban VIII (Maffeo Barberini) dari Florence (1623-1644)
236. Innocentius X (Giovanni Battista Pamfili) dari Roma (1644-1655)
237. Alexander VII (Fabio Chigi) dari Siena (1655-1667)
238. Clement IX (Giulio Rospigliosi) dari Pistoia (1667-1669)
239. Clement X (Emilio Altieri) dari Roma (1670-1676)
240. Beato Innocentius XI (Benedetto Odescalchi) dari Como (1676-1689)
241. Alexander VIII (Pietro Ottoboni) dari Venice (1689-1691)
242. Innocentius XII (Antonio Pignatelli) dari Spinazzola (Venosa) (1691-1700)
243. Clement XI (Giovanni Francesco Albani) dari Urbino (1700-1721)
244. Innocentius XIII (Michelangelo dei Conti) dari Roma (1721-1724)
245. Benedictus XIII (Pietro Francesco-Vincenzo Maria-Orsini) dari Gravina (Bari) (1724-1730)
246. Clement XII (Lorenzo Corsini) dari Florence (1730-1740)
247. Benedictus XIV (Prospero Lambertini) dari Bologna (1740-1758)
248. Clement XIII (Carlo Rezzonico) dari Venice (1758-1769)
249. Clement XIV (Giovanni Vincenzo Antonio-Lorenzo-Ganganelli) dari Rimini (1769-1774)
250. Pius VI (Giovanni Angelo Braschi) dari Cesena (1775-1799)
251. Pius VII (Barnaba-Gregorio-Chiaramonti) dari Cesena (1800-1823)
252. Leo XII (Annibale della Genga) dari Genga (Fabriano) (1823-1829)
253. Pius VIII (Fracesco Saverio Castiglioni) dari Cingoli (1829-1830)
254. Gregorius XVI (Bartolomeo Alberto-Mauro-Cappelari) dari Belluno (1831-1846)
255. Pius IX (Giovanni M. Mastai-Ferretti) dari Senigallia (1846-1878)
256. Leo XIII (Gioacchino Pecci) dari Carpineto (Anagni) (1878-1903)
257. Santo Pius X (Giuseppe Sarto) dari Riese (Treviso) (1903-1914)
258. Benedictus XV (Giacomo della Chiesa) dari Genoa, Italia (1914-1922)
259. Pius XI (Achille Ratti) dari Desio, Milan, Italia (1922-1939)
260. Pius XII (Eugenio Pacelli) dari Roma (1939-1958)
261. Yohanes XXIII (Angelo Giuseppe Roncalli) dari Sotto il Monte (Bergamo) (1958-1963)
262. Paulus VI (Giovanni Battista Montini) dari Concescio (Brescia) (1963-1978)
263. Yohanes Paulus I (Albino Luciani) dari Forno di Canale (Belluno) (1978)
264. Yohanes Paulus II (Karol Wojtyla) Wadowice, Polandia (1978-2005)
265. Benedictus XVI (Y. Ratzinger) Bavaria, Jerman (2005-Sekarang
Senin, 15 Juni 2009
Orang Katolik Tidak Menyembah Patung
Pendahuluan
Cerita ini adalah yang penulis alami pada tahun 2000. Saat itu saya sedang mengunjungi sanak keluarga suami yang tinggal di Jawa Tengah. Suami saya tidak ikut, karena sedang bertugas di luar negeri. Karena hampir semua dari anggota keluarga mereka beragama Kristen Protestan, maka pada hari Minggu terakhir sebelum saya pulang ke Jakarta, mereka mengajak saya ikut kebaktian di gereja mereka. Karena saya pikir saya toh masih dapat mengikuti misa sore setibanya saya di Jakarta, maka saya setuju saja, karena saya tidak ingin merepotkan mereka untuk mengantarkan saya spesial ke gereja Katolik.
Kebaktian berlangsung khusuk. Injil hari itu adalah mengenai “mengasihi Allah dan sesama”, dan Bapak Pendeta mengutip kesepuluh Perintah Allah yang ada di Kitab Keluaran 20. Ayat ke-3 menekankan supaya kita tidak menyembah allah yang lain selain Allah Tritunggal. “Oh, sama dengan ajaran Gereja Katolik”, pikir saya. Namun penjelasan ayat yang ke-4 dan ke-5 membuat saya terhenyak.[1] Saat itu, beliau meminta seseorang untuk memberikan selembar uang kertas sebagai contoh. Katanya perintah Tuhan pada kedua ayat ini seperti halnya uang kertas, harus tercetak di sisi atas dan di sisi baliknya, kalau tidak, uang tersebut tidak berlaku. Maka kedua ayat itu harus diterapkan sekaligus, karena jika tidak artinya kita melanggar perintah Allah. Maka Pak Pendeta mengatakan kita tidak boleh membuat patung yang menyerupai apapun di langit dan di bumi, dan tidak boleh menyembahnya. Dia menyebutkan ‘kekeliruan’ gereja lain (beliau tidak menyebutkan Gereja Katolik) yang mengajarkan bahwa membuat patung itu boleh saja, asalkan kita tidak sujud menyembahnya sebagai Allah. Kemudian, beliau bertanya kepada jemaat, siapa dari antara hadirin yang berpendapat demikian. Hati saya bergemuruh, karena yang saya tahu, yang dilarang adalah membuat ‘patung’ yang kemudian disembah sebagai Tuhan. Jadi, saya memutuskan untuk mengangkat tangan saya, walaupun saya dipandang dengan tatapan aneh oleh banyak yang hadir. Hanya ada dua orang (termasuk saya) yang mengangkat tangan, dari sekitar 400 orang yang hadir. “Anggapan yang keliru”, kata Bapak Pendeta, dan saya bertekad dalam hati untuk menjelaskan hal ini kepadanya setelah kebaktian.
Sayangnya, saya tidak berkesempatan untuk bertemu dengan Pak Pendeta setelah kebaktian. Saya pulang ke Jakarta dengan hati gundah. Satu minggu berikutnya saya isi dengan mempelajari Kitab Suci dan buku-buku ajaran Gereja Katolik mengenai hal patung ini. Minggu berikutnya saya menulis surat kepada beliau, dengan menuliskan ayat-ayat Alkitab yang menjadi dasar bagi Gereja Katolik yang menganggap bahwa membuat patung, memajang patung ataupun berdoa di depan patung bukanlah suatu penyembahan berhala, asalkan kita tidak tunduk menyembah patung itu dan menganggapnya sebagai Tuhan. Sampai sekarang, saya tidak pernah menerima balasan dari Bapak Pendeta tersebut. Namun, saya hanya berharap agar beliau dapat memahami dasar pengajaran Gereja Katolik dalam hal patung ini dan tidak beranggapan bahwa Gereja Katolik mengajarkan sesuatu yang ‘keliru’.
Surat kami kepada Bapak Pendeta
Berikut ini saya sertakan surat kepada Bapak Pendeta tersebut, yang sesungguhnya dapat ditujukan juga kepada siapa saja yang menganggap orang Katolik menyembah patung:
Salam damai dalam kasih Kristus,
Pertama-tama saya ingin mengucapkan terimakasih atas kesempatan yang diberikan kepada saya untuk mengikuti Kebaktian Minggu tanggal 17 September 2000, yang bertemakan “Kasihilah Tuhan dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu, dan dengan segenap kekuatanmu, dan kasihilah sesamamu seperti dirimu sendiri”.
Saya terkesan dengan kotbah tersebut, hanya ada beberapa bagian yang berbeda dengan pengajaran di dalam Gereja saya, yaitu Gereja Katolik. Memang, Pak Pendeta tidak menyebut langsung ‘Gereja Katolik’ dalam khotbah Bapak, tetapi saya merasa terdorong untuk menjelaskan hal itu mengingat banyaknya kesalahpahaman yang terjadi antara jemaat Kristen Protestan dangan kami umat Katolik.
Dan setelah mendiskusikannya dengan suami saya, maka kami memutuskan untuk menulis surat ini dalam semangat kasih persaudaraan dalam Kristus.
Kami menyadari, bahwa perbedaan adalah hal yang wajar. Dan dengan semangat mencari kebenaran itu sendiri yang berasal dari Tuhan, kami ingin menjelaskan hal-hal dan latar belakang, serta dasar iman Katolik yang berkaitan dengan kotbah Bapak pada saat itu, yaitu mengenai ayat:
Keluaran 20:3-5 (menurut : Lembaga Alkitab Indonesia, 1999)
3)Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku.
4)Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di langit di atas atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi.
5)Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, Tuhan, Allahmu, adalah Allah yang cemburu yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci aku.
Menurut khotbah Bapak, ayat yang ke-4 dan ke-5 tidak dapat dipisahkan, sehingga artinya adalah kita tidak boleh membuat patung, dan tidak boleh menyembah sujud kepadanya.
(Analogi yang Bapak sampaikan pada waktu itu adalah uang kertas dua puluh ribu rupiah yang memiliki 2 sisi). Jadi anggapan bahwa membuat patung itu diperbolehkan asal tidak sujud menyembahnya, dianggap KELIRU.
Kami ingin mengutip dari beberapa ayat kitab suci dari beberapa terjemahan, untuk mengurangi kemungkinan distorsi dari bahasa itu sendiri.
3) You shall not have other gods besides me (NAB, CCB); no other gods before me (RSV, NIV, KJV);
4) You shall not carve idols (NAB); a graven image (RSV); any graven image (NIV, KJV); a carved image (CCB) for yourselves in the shape of anything in the sky above or on the earth below or in the waters beneath the earth;
5)you shall not bow down (NAB, RSV, NIV, KJV, CCB) before them or worship them: for I the LORD your God am a jealous God, visiting the iniquity of the fathers upon the children to the third and the fourth generation of those who hate me.
Catatan: NAB= New American Bible; RSV= Revised Standard Version; NIV= New International Version; CCB= Christian Community Bible.
Dari referensi di atas, maka terlihat bahwa istilah yang digunakan adalah:
Carved idol, yang artinya adalah “patung berhala” dan carved/graven image yang berarti “ukiran dari suatu gambaran”. Kalaupun hal ini masih bisa diperdebatkan, namun tetap tidak mengurangi esensi dari ayat tersebut, bahwa yang paling penting adalah kita tidak membuat image/patung/gambaran untuk disembah sebagai allah lain (dalam kaitannya dengan ayat yang ke 3).
Jadi, penyembahan “patung berhala” adalah dosa. Namun anggapan sebagian orang yang mengatakan bahwa orang-orang Katolik adalah “sebagian orang Kristen” yang menyembah “patung” karena memiliki patung Yesus, Maria, santo/santa adalah sungguh-sungguh keliru. Hal ini adalah karena kesalahpahaman atau pengabaian dari apa yang dikatakan oleh kitab suci tentang maksud dan penggunaan patung. (Karena orang Katolik tidak menghormati patung, tetapi menghormati pribadi yang digambarkan di dalamnya). [2]
Anggapan bahwa “Tuhan melarang penggunaan image/gambaran/patung”, seperti yang dikotbahkan Bapak, menjadi anggapan umum jemaat Protestan, (sedangkan Gereja Katolik memang melarang patung berhala, tetapi tidak melarang penggunaan patung untuk keperluan ibadah, karena patung hanya merupakan lambang saja yang membantu untuk mengarahkan hati kepada Tuhan).
Kalau kita sungguh-sungguh menyelidiki seluruh kitab suci, kita dapat menemukan bahwa penggunaan image/gambaran/patung dalam ibadah kepada Tuhan diperbolehkan, bahkan Allah sendiri yang “memerintahkan” penggunaan hal tersebut.
Tuhan memerintahkan untuk membuat patung untuk keperluan ibadah
Di samping kutipan kitab Keluaran 20:4-5, marilah kita melihat beberapa kutipan lain dimana Tuhan memerintahkan untuk membuat patung yang digunakan sebagai lambang yang memberikan gambaran/menunjuk kepada kehadiran Yesus pada Perjanjian Baru dan kekal, sebagai yang terkandung dalam ‘Tabut Perjanjian baru’ itu sendiri, dan Putera Allah yang ditinggikan[3]:
1. Keluaran 25:1,18-20
Berfirmanlah Tuhan kepada Musa: “Dan haruslah kau buat dua kerub (English: cherubims/angels) dari emas, kau buatlah itu dari emas tempaan, pada kedua ujung tutup pendamaian itu. Buatlah satu kerub pada ujung sebelah sini, dan satu kerub pada ujung sebelah sana; seiras dengan tutup pendamaian itu kamu buatlah kerub itu di atas kedua ujungnya”. Kerub-kerub itu harus mengembangkan kedua sayapnya ke atas, sedang sayap-sayapnya menudungi tutup pendamaian itu dan mukanya menghadap kepada masing-masing; kepada tutup pendamaian itulah harus menghadap muka kerub-kerub itu.”
2. Ketika raja Daud memberikan rencana pembuatan bait Allah kepada Salomo
1 Tawarikh 28:18-19
”..juga emas yang disucikan untuk mezbah pembakaran ukupan seberat yang diperlukan dan emas yang diperlukan untuk pembentukan kereta yang menjadi tumpangan kedua kerub yang mengembangkan sayapnya sambil menudungi tabut perjanjian Tuhan. Semuanya itu terdapat dalam t Allaulisan yang diilhamkan kepadaku oleh Tuhan yang berisi petunjuk tentang segala pelaksanaan rencana itu.”
Lihatlah bahwa semua yang tertulis di atas diilhami oleh Tuhan sendiri.
Memang bukan raja Daud yang membangun bait Allah, melainkan raja Salomo pada tahun ke-empat setelah ia menjadi raja atas Israel. Dan dia melakukan yang diperintahkan oleh raja Daud, seperti yang tertulis dalam kitab 1 Raja-raja 6:23-35, “selanjutnya di dalam ruang belakang itu dibuatnya dua kerub dari kayu minyak, masing-masing sepuluh hasta tingginya ……..” (Dua kerub yang terdapat pada bait Allah ini menunjuk kepada kehadiran Allah di dalam tabut perjanjian; dan Yesuslah yang kemudian menjadi pemenuhan dari perjanjian Allah ini).
3. Yehezkiel 41:17-18
… dan di seluruh dinding bagian dalam dan bagian luar, terukir gambar-gambar kerub dan pohon-pohon korma, di antara dua kerub sebatang pohon korma, dan masing-masing kerub itu mempunyai dua muka.
4. Bilangan 21:8
Maka berfirmanlah Tuhan kepada Musa:”Buatlah (sebuah patung) ular tedung dan taruhlah itu pada sebuah tiang; maka setiap orang yang terpagut, jika ia melihatnya, akan tetap hidup.” (Ular ini yang ditinggikan Musa menjadi gambaran dari Yesus Putera Allah yang harus ditinggikan (Yoh 3:14)).
Berdasarkan dasar-dasar tersebut di atas, yang dilarang adalah image/ gambaran/ patung yang dijadikan “allah-allah yang lain” dan menyaingi Allah yang Satu. Yang dilarang oleh hukum Allah adalah pemujaan terhadap image /gambaran/patung itu sendiri. Dengan demikian, Keluaran 20:4-5 berkaitkan dengan Keluaran 20:3, yaitu jangan ada padamu allah lain di hadapanKu.
Bagaimana kita menjelaskan kontradiksi ayat-ayat tersebut diatas butir 1-4 dengan kitab Keluaran 20:4-5?
Jawabannya sangat sederhana. Kerub/malaikat tidak dianggap sebagai allah dan tidak memerlukan pemujaan: Mereka adalah gambaran hamba Tuhan. Hal yang sama diterima oleh gereja Katolik saat ini, adalah penggunaan patung Yesus, Maria, santo/santa karena mereka bukan allah melainkan gambaran hamba Tuhan. (Jadi kita tidak menghormati patung itu apalagi menyembahnya, melainkan menghormati pribadi yang dilambangkannya, karena mereka membantu kita mengarahkan hati kepada Allah dan bukannya menjadi ’saingan’ Allah).
Bagaimana umat Katolik menggunakan image/gambaran/patung:
1. Sebagai salah satu alat bantu umat untuk lebih menghayati kedekatannya dengan Yesus Kristus.
Penggunaan patung, lukisan, elemen artistik lainnya bagi umat Katolik adalah untuk membantu mengingat seseorang atau sesuatu yang digambarkannya. Sama seperti seseorang mengingat ibunya dengan melihat fotonya, demikian juga umat Katolik mengingat Yesus, Maria dan orang kudus lainnya dengan melihat patung/ gambar mereka. (Lagipula, Yesus sendiri sebagai Sang Putera Allah telah menjadi manusia, sehingga Yesus sendiri telah menjadi ‘gambaran Allah yang nyata.’ (lihat Kol 1:15) Karena itu, dengan kedatangan Yesus ke dunia, Allah yang tak kelihatan menjadi kelihatan, Allah yang dalam Perjanjian Lama dilarang untuk digambarkan, maka di Perjanjian Baru malah dinyatakan sebagai ‘gambar hidup’ di dalam diri Yesus. Jadi Yesus memperbaharui ‘tata gambar’ tentang Allah, sebab Ia adalah gambaran Allah sendiri.[4]) Renungkanlah ini: Jika di rumah kita memasang gambar/ foto keluarga kita, mengapakah kita tidak boleh memasang gambar/foto Tuhan yang kita sayangi? Gambar/ patung Tuhan Yesus dipasang tidang untuk disembah, tetapi hanya untuk mengingatkan kita tentang betapa istimewanya Ia di dalam hidup kita.
2. Umat Katolik juga menggunakan image/gambar/patung sebagai sarana pengajaran, seperti yang diterapkan juga oleh umat Kristen lain terutama dalam mengajar anak-anak di sekolah minggu, seperti: menerangkan siapa Tuhan Yesus, mukjijat yang dibuatNya, dll dengan gambar-gambar. (Kita mengetahui bahwa masalah ‘buta huruf’ baru dapat dikurangi secara signifikan di Eropa pada abad ke-12; bahkan untuk negara-negara Asia dan Afrika baru pada abad 19/20. Jadi tentu selama 12 abad, bahkan lebih, secara khusus, gambar-gambar dan patung mengambil peran untuk pengajaran iman, karena praktis, mayoritas orang pada saat itu tidak dapat membaca! Penggunaan gambar/ patung untuk maksud pengajaran ini tentu bukan berhala, karena mereka akhirnya malah menuntun orang beriman kepada Tuhan. Hal serupa terjadi waktu kita pertama kali mengajar anak-anak kecil mengenali benda-benda tertentu. Kita membuat/ menunjukkan pada mereka gambar-gambar sederhana, seperti apel, ikan, rumah, dst. Tentu saja hal ini tidak bertentangan dengan perintah Tuhan. Jadi membuat gambar yang menyerupai sesuatu di sekitar kita bukan merupakan dosa asal kita tidak menyembah gambar- gambar itu).
3. Umat Katolik juga menggunakan hal tersebut dalam kesempatan tertentu, sama seperti umat Kristen pada umumnya mempunyai patung-patung kandang natal, gambar peristiwa natal, atau mengirim kartu natal bergambar pada hari natal. (Jika membuat segala gambar/ patung yang menyerupai segala sesuatu dianggap dosa, apakah berarti kebiasaan mengirimkan kartu Natal dan menghias pohon Natal dengan kandang Natal, adalah dosa? Jika ya berarti bahkan menonton TV pun adalah dosa, melihat segala buku bergambar adalah dosa, menggambar/ melukis adalah dosa, karena semua objeknya adalah segala sesuatu yang ‘menyerupai apapun yang di langit dan di bumi’).
Kesimpulan
Jadi, Tuhan memang melarang pemujaan terhadap image/gambaran/patung, tetapi Ia tidak melarang pembuatan image/ gambaran tersebut secara umum. Seandainya Ia melarangnya, maka film, televisi, video, foto, lukisan, kartu natal bergambar, uang, ataupun gambar-gambar lainya akan juga dilarang, karena semua itu mengandung unsur image/ gambaran yang menyerupai sesuatu di bumi atau di atas bumi….(lihat Kel 20:4) Karena itu, Gereja Katolik melihat ayat ke-4 ini sebagai kelanjutan dari ayat ke-3, yaitu, agar jangan kita membuat gambar/ patung untuk disembah sebagai allah lain di hadapan Allah.
Dengan demikian sebenarnya menjadi sangat jelas bahwa baik umat Katolik maupun umat Kristen lainnya hanya memuja Tuhan yang satu dan sama, dan sama-sama menentang penyembahan patung berhala.
Kami yakin bahwa masih ada perbedaan-perbedaan yang ada dalam pengajaran Katolik dan Kristen Protestan. Alangkah baiknya jika kita masing-masing mau mengerti dasar-dasar atau latar belakang alkitabiah dan ajaran Gereja yang mendasari pengajaran tersebut untuk mengetahui kebenaran itu sendiri. Janganlah kita lupa bahwa di antara kita lebih banyak persamaannya dari pada perbedaannya.
Akhirnya, kami mengucapkan salam hangat kami untuk Bapak Pendeta dan seluruh jemaat Bapak. Semoga kasih Tuhan Yesus selalu mengikat kita semua sebagai satu saudara.
Salam dalam damai Kristus,
Ingrid Listiati & Wijoyo Tay
Penutup
Surat ini saya kirimkan kepada Bapak Pendeta tersebut. Nama dan alamat bapak Pendeta tersebut sengaja tidak saya cantumkan di sini karena saya pandang tidak perlu, karena yang terpenting adalah isi dari surat tersebut, untuk kita renungkan bersama. Kesaksian serupa ini mungkin dapat pula saudara/i alami dengan situasi yang berbeda, dan saya berharap artikel ini dapat sedikit membantu. Di atas semua itu, ingatlah bahwa kita harus selalu siap untuk menjelaskan iman kita, namun harus selalu dengan kelemah-lembutan dan hormat (lih. 1Pet 3:15).
Perlu kita ingat di sini bahwa berhala yang lebih ‘berbahaya’ sekarang adalah bukan terbatas hanya patung, tetapi segala ciptaan yang kita anggap lebih utama dari Tuhan, misal, uang, TV, pekerjaan, kedudukan, kecantikan, koleksi barang antik, main game, dst., yang menggeserkan peran Tuhan di dalam hidup kita, dan yang menyita waktu kita sampai tidak ada waktu untuk ke gereja, berdoa dan membaca sabda-Nya. Hal ini malah lebih nyata pada jaman sekarang, ketimbang hal membuat patung lembu tuangan (lih. Ul 9:16), namun prinsipnya sama, yaitu menyembah ciptaan dan bukan Sang Pencipta.
Mari kita refleksikan, apa yang menjadi ‘patung berhala’ di dalam hidup kita, yang mengambil tempat Tuhan di hati kita. Mari kita berdoa agar Tuhan membantu kita mengangkat keterikatan kita terhadap benda-benda tersebut. Dengan demikian kita dapat mengasihi Allah dengan lebih sungguh, tidak hanya di mulut, tetapi sungguh turun sampai ke hati.
[1] Perintah kedua yang dibahas oleh Bapak Pendeta adalah “Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apa pun yang ada di langit… di bumi … atau yang ada di dalam air di bawah bumi.”(Kel 20:4) Dalam pengajaran Gereja Katolik, perintah kedua adalah: “Jangan menyebut nama Tuhan Allahmu dengan sembarangan (Kel 20:7), karena ayat ke-4 yang mengacu pada patung berhala merupakan kesatuan/kelanjutan dari perintah pertama yaitu, “Jangan ada allah lain dihadapan-Ku…”(Kel 20:3)
[2] Lihat Katekismus Gereja Katolik 2132, Penghormatan Kristen terhadap gambar tidak bertentangan dengan perintah pertama, yang melarang patung berhala. Karena ‘penghormatan yang kita berikan kepada satu gambar menyangkut gambar asli di baliknya” (Basilius Spir 18,45) dan “siapa yang menghormati gambar, menghormati pribadi yang digambarkan di dalamnya” (Konsili Nisea II, DS 601). Penghormatan yang kita berikan kepada gambar-gambar adalah satu ‘penghormatan yang khidmat’, bukan penyembahan; penyembahan hanya boleh diberikan kepada Allah.
[3] Lihat KGK 2130, Tetapi di dalam Perjanjian Lama, Allah sudah menyuruh dan mengizinkan pembuatan patung, yang sebagai lambang harus menunjuk kepada keselamatan dengan perantaraan Sabda yang menjadi manusia: sebagai contoh, ular tembaga (bdk Bil 21:4-9; Keb 16-5-14, Yoh 3:14-15), tabut perjanjian dan kerub (bdk. Kel 25:10-22; 1 Raj 6:23-28; 7:23-26).
[4] Lihat KGK 2131, …Dengan penjelmaan menjadi manusia, Putera Allah membuka satu “tata gambar” yang baru.
Cerita ini adalah yang penulis alami pada tahun 2000. Saat itu saya sedang mengunjungi sanak keluarga suami yang tinggal di Jawa Tengah. Suami saya tidak ikut, karena sedang bertugas di luar negeri. Karena hampir semua dari anggota keluarga mereka beragama Kristen Protestan, maka pada hari Minggu terakhir sebelum saya pulang ke Jakarta, mereka mengajak saya ikut kebaktian di gereja mereka. Karena saya pikir saya toh masih dapat mengikuti misa sore setibanya saya di Jakarta, maka saya setuju saja, karena saya tidak ingin merepotkan mereka untuk mengantarkan saya spesial ke gereja Katolik.
Kebaktian berlangsung khusuk. Injil hari itu adalah mengenai “mengasihi Allah dan sesama”, dan Bapak Pendeta mengutip kesepuluh Perintah Allah yang ada di Kitab Keluaran 20. Ayat ke-3 menekankan supaya kita tidak menyembah allah yang lain selain Allah Tritunggal. “Oh, sama dengan ajaran Gereja Katolik”, pikir saya. Namun penjelasan ayat yang ke-4 dan ke-5 membuat saya terhenyak.[1] Saat itu, beliau meminta seseorang untuk memberikan selembar uang kertas sebagai contoh. Katanya perintah Tuhan pada kedua ayat ini seperti halnya uang kertas, harus tercetak di sisi atas dan di sisi baliknya, kalau tidak, uang tersebut tidak berlaku. Maka kedua ayat itu harus diterapkan sekaligus, karena jika tidak artinya kita melanggar perintah Allah. Maka Pak Pendeta mengatakan kita tidak boleh membuat patung yang menyerupai apapun di langit dan di bumi, dan tidak boleh menyembahnya. Dia menyebutkan ‘kekeliruan’ gereja lain (beliau tidak menyebutkan Gereja Katolik) yang mengajarkan bahwa membuat patung itu boleh saja, asalkan kita tidak sujud menyembahnya sebagai Allah. Kemudian, beliau bertanya kepada jemaat, siapa dari antara hadirin yang berpendapat demikian. Hati saya bergemuruh, karena yang saya tahu, yang dilarang adalah membuat ‘patung’ yang kemudian disembah sebagai Tuhan. Jadi, saya memutuskan untuk mengangkat tangan saya, walaupun saya dipandang dengan tatapan aneh oleh banyak yang hadir. Hanya ada dua orang (termasuk saya) yang mengangkat tangan, dari sekitar 400 orang yang hadir. “Anggapan yang keliru”, kata Bapak Pendeta, dan saya bertekad dalam hati untuk menjelaskan hal ini kepadanya setelah kebaktian.
Sayangnya, saya tidak berkesempatan untuk bertemu dengan Pak Pendeta setelah kebaktian. Saya pulang ke Jakarta dengan hati gundah. Satu minggu berikutnya saya isi dengan mempelajari Kitab Suci dan buku-buku ajaran Gereja Katolik mengenai hal patung ini. Minggu berikutnya saya menulis surat kepada beliau, dengan menuliskan ayat-ayat Alkitab yang menjadi dasar bagi Gereja Katolik yang menganggap bahwa membuat patung, memajang patung ataupun berdoa di depan patung bukanlah suatu penyembahan berhala, asalkan kita tidak tunduk menyembah patung itu dan menganggapnya sebagai Tuhan. Sampai sekarang, saya tidak pernah menerima balasan dari Bapak Pendeta tersebut. Namun, saya hanya berharap agar beliau dapat memahami dasar pengajaran Gereja Katolik dalam hal patung ini dan tidak beranggapan bahwa Gereja Katolik mengajarkan sesuatu yang ‘keliru’.
Surat kami kepada Bapak Pendeta
Berikut ini saya sertakan surat kepada Bapak Pendeta tersebut, yang sesungguhnya dapat ditujukan juga kepada siapa saja yang menganggap orang Katolik menyembah patung:
Salam damai dalam kasih Kristus,
Pertama-tama saya ingin mengucapkan terimakasih atas kesempatan yang diberikan kepada saya untuk mengikuti Kebaktian Minggu tanggal 17 September 2000, yang bertemakan “Kasihilah Tuhan dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu, dan dengan segenap kekuatanmu, dan kasihilah sesamamu seperti dirimu sendiri”.
Saya terkesan dengan kotbah tersebut, hanya ada beberapa bagian yang berbeda dengan pengajaran di dalam Gereja saya, yaitu Gereja Katolik. Memang, Pak Pendeta tidak menyebut langsung ‘Gereja Katolik’ dalam khotbah Bapak, tetapi saya merasa terdorong untuk menjelaskan hal itu mengingat banyaknya kesalahpahaman yang terjadi antara jemaat Kristen Protestan dangan kami umat Katolik.
Dan setelah mendiskusikannya dengan suami saya, maka kami memutuskan untuk menulis surat ini dalam semangat kasih persaudaraan dalam Kristus.
Kami menyadari, bahwa perbedaan adalah hal yang wajar. Dan dengan semangat mencari kebenaran itu sendiri yang berasal dari Tuhan, kami ingin menjelaskan hal-hal dan latar belakang, serta dasar iman Katolik yang berkaitan dengan kotbah Bapak pada saat itu, yaitu mengenai ayat:
Keluaran 20:3-5 (menurut : Lembaga Alkitab Indonesia, 1999)
3)Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku.
4)Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di langit di atas atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi.
5)Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, Tuhan, Allahmu, adalah Allah yang cemburu yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci aku.
Menurut khotbah Bapak, ayat yang ke-4 dan ke-5 tidak dapat dipisahkan, sehingga artinya adalah kita tidak boleh membuat patung, dan tidak boleh menyembah sujud kepadanya.
(Analogi yang Bapak sampaikan pada waktu itu adalah uang kertas dua puluh ribu rupiah yang memiliki 2 sisi). Jadi anggapan bahwa membuat patung itu diperbolehkan asal tidak sujud menyembahnya, dianggap KELIRU.
Kami ingin mengutip dari beberapa ayat kitab suci dari beberapa terjemahan, untuk mengurangi kemungkinan distorsi dari bahasa itu sendiri.
3) You shall not have other gods besides me (NAB, CCB); no other gods before me (RSV, NIV, KJV);
4) You shall not carve idols (NAB); a graven image (RSV); any graven image (NIV, KJV); a carved image (CCB) for yourselves in the shape of anything in the sky above or on the earth below or in the waters beneath the earth;
5)you shall not bow down (NAB, RSV, NIV, KJV, CCB) before them or worship them: for I the LORD your God am a jealous God, visiting the iniquity of the fathers upon the children to the third and the fourth generation of those who hate me.
Catatan: NAB= New American Bible; RSV= Revised Standard Version; NIV= New International Version; CCB= Christian Community Bible.
Dari referensi di atas, maka terlihat bahwa istilah yang digunakan adalah:
Carved idol, yang artinya adalah “patung berhala” dan carved/graven image yang berarti “ukiran dari suatu gambaran”. Kalaupun hal ini masih bisa diperdebatkan, namun tetap tidak mengurangi esensi dari ayat tersebut, bahwa yang paling penting adalah kita tidak membuat image/patung/gambaran untuk disembah sebagai allah lain (dalam kaitannya dengan ayat yang ke 3).
Jadi, penyembahan “patung berhala” adalah dosa. Namun anggapan sebagian orang yang mengatakan bahwa orang-orang Katolik adalah “sebagian orang Kristen” yang menyembah “patung” karena memiliki patung Yesus, Maria, santo/santa adalah sungguh-sungguh keliru. Hal ini adalah karena kesalahpahaman atau pengabaian dari apa yang dikatakan oleh kitab suci tentang maksud dan penggunaan patung. (Karena orang Katolik tidak menghormati patung, tetapi menghormati pribadi yang digambarkan di dalamnya). [2]
Anggapan bahwa “Tuhan melarang penggunaan image/gambaran/patung”, seperti yang dikotbahkan Bapak, menjadi anggapan umum jemaat Protestan, (sedangkan Gereja Katolik memang melarang patung berhala, tetapi tidak melarang penggunaan patung untuk keperluan ibadah, karena patung hanya merupakan lambang saja yang membantu untuk mengarahkan hati kepada Tuhan).
Kalau kita sungguh-sungguh menyelidiki seluruh kitab suci, kita dapat menemukan bahwa penggunaan image/gambaran/patung dalam ibadah kepada Tuhan diperbolehkan, bahkan Allah sendiri yang “memerintahkan” penggunaan hal tersebut.
Tuhan memerintahkan untuk membuat patung untuk keperluan ibadah
Di samping kutipan kitab Keluaran 20:4-5, marilah kita melihat beberapa kutipan lain dimana Tuhan memerintahkan untuk membuat patung yang digunakan sebagai lambang yang memberikan gambaran/menunjuk kepada kehadiran Yesus pada Perjanjian Baru dan kekal, sebagai yang terkandung dalam ‘Tabut Perjanjian baru’ itu sendiri, dan Putera Allah yang ditinggikan[3]:
1. Keluaran 25:1,18-20
Berfirmanlah Tuhan kepada Musa: “Dan haruslah kau buat dua kerub (English: cherubims/angels) dari emas, kau buatlah itu dari emas tempaan, pada kedua ujung tutup pendamaian itu. Buatlah satu kerub pada ujung sebelah sini, dan satu kerub pada ujung sebelah sana; seiras dengan tutup pendamaian itu kamu buatlah kerub itu di atas kedua ujungnya”. Kerub-kerub itu harus mengembangkan kedua sayapnya ke atas, sedang sayap-sayapnya menudungi tutup pendamaian itu dan mukanya menghadap kepada masing-masing; kepada tutup pendamaian itulah harus menghadap muka kerub-kerub itu.”
2. Ketika raja Daud memberikan rencana pembuatan bait Allah kepada Salomo
1 Tawarikh 28:18-19
”..juga emas yang disucikan untuk mezbah pembakaran ukupan seberat yang diperlukan dan emas yang diperlukan untuk pembentukan kereta yang menjadi tumpangan kedua kerub yang mengembangkan sayapnya sambil menudungi tabut perjanjian Tuhan. Semuanya itu terdapat dalam t Allaulisan yang diilhamkan kepadaku oleh Tuhan yang berisi petunjuk tentang segala pelaksanaan rencana itu.”
Lihatlah bahwa semua yang tertulis di atas diilhami oleh Tuhan sendiri.
Memang bukan raja Daud yang membangun bait Allah, melainkan raja Salomo pada tahun ke-empat setelah ia menjadi raja atas Israel. Dan dia melakukan yang diperintahkan oleh raja Daud, seperti yang tertulis dalam kitab 1 Raja-raja 6:23-35, “selanjutnya di dalam ruang belakang itu dibuatnya dua kerub dari kayu minyak, masing-masing sepuluh hasta tingginya ……..” (Dua kerub yang terdapat pada bait Allah ini menunjuk kepada kehadiran Allah di dalam tabut perjanjian; dan Yesuslah yang kemudian menjadi pemenuhan dari perjanjian Allah ini).
3. Yehezkiel 41:17-18
… dan di seluruh dinding bagian dalam dan bagian luar, terukir gambar-gambar kerub dan pohon-pohon korma, di antara dua kerub sebatang pohon korma, dan masing-masing kerub itu mempunyai dua muka.
4. Bilangan 21:8
Maka berfirmanlah Tuhan kepada Musa:”Buatlah (sebuah patung) ular tedung dan taruhlah itu pada sebuah tiang; maka setiap orang yang terpagut, jika ia melihatnya, akan tetap hidup.” (Ular ini yang ditinggikan Musa menjadi gambaran dari Yesus Putera Allah yang harus ditinggikan (Yoh 3:14)).
Berdasarkan dasar-dasar tersebut di atas, yang dilarang adalah image/ gambaran/ patung yang dijadikan “allah-allah yang lain” dan menyaingi Allah yang Satu. Yang dilarang oleh hukum Allah adalah pemujaan terhadap image /gambaran/patung itu sendiri. Dengan demikian, Keluaran 20:4-5 berkaitkan dengan Keluaran 20:3, yaitu jangan ada padamu allah lain di hadapanKu.
Bagaimana kita menjelaskan kontradiksi ayat-ayat tersebut diatas butir 1-4 dengan kitab Keluaran 20:4-5?
Jawabannya sangat sederhana. Kerub/malaikat tidak dianggap sebagai allah dan tidak memerlukan pemujaan: Mereka adalah gambaran hamba Tuhan. Hal yang sama diterima oleh gereja Katolik saat ini, adalah penggunaan patung Yesus, Maria, santo/santa karena mereka bukan allah melainkan gambaran hamba Tuhan. (Jadi kita tidak menghormati patung itu apalagi menyembahnya, melainkan menghormati pribadi yang dilambangkannya, karena mereka membantu kita mengarahkan hati kepada Allah dan bukannya menjadi ’saingan’ Allah).
Bagaimana umat Katolik menggunakan image/gambaran/patung:
1. Sebagai salah satu alat bantu umat untuk lebih menghayati kedekatannya dengan Yesus Kristus.
Penggunaan patung, lukisan, elemen artistik lainnya bagi umat Katolik adalah untuk membantu mengingat seseorang atau sesuatu yang digambarkannya. Sama seperti seseorang mengingat ibunya dengan melihat fotonya, demikian juga umat Katolik mengingat Yesus, Maria dan orang kudus lainnya dengan melihat patung/ gambar mereka. (Lagipula, Yesus sendiri sebagai Sang Putera Allah telah menjadi manusia, sehingga Yesus sendiri telah menjadi ‘gambaran Allah yang nyata.’ (lihat Kol 1:15) Karena itu, dengan kedatangan Yesus ke dunia, Allah yang tak kelihatan menjadi kelihatan, Allah yang dalam Perjanjian Lama dilarang untuk digambarkan, maka di Perjanjian Baru malah dinyatakan sebagai ‘gambar hidup’ di dalam diri Yesus. Jadi Yesus memperbaharui ‘tata gambar’ tentang Allah, sebab Ia adalah gambaran Allah sendiri.[4]) Renungkanlah ini: Jika di rumah kita memasang gambar/ foto keluarga kita, mengapakah kita tidak boleh memasang gambar/foto Tuhan yang kita sayangi? Gambar/ patung Tuhan Yesus dipasang tidang untuk disembah, tetapi hanya untuk mengingatkan kita tentang betapa istimewanya Ia di dalam hidup kita.
2. Umat Katolik juga menggunakan image/gambar/patung sebagai sarana pengajaran, seperti yang diterapkan juga oleh umat Kristen lain terutama dalam mengajar anak-anak di sekolah minggu, seperti: menerangkan siapa Tuhan Yesus, mukjijat yang dibuatNya, dll dengan gambar-gambar. (Kita mengetahui bahwa masalah ‘buta huruf’ baru dapat dikurangi secara signifikan di Eropa pada abad ke-12; bahkan untuk negara-negara Asia dan Afrika baru pada abad 19/20. Jadi tentu selama 12 abad, bahkan lebih, secara khusus, gambar-gambar dan patung mengambil peran untuk pengajaran iman, karena praktis, mayoritas orang pada saat itu tidak dapat membaca! Penggunaan gambar/ patung untuk maksud pengajaran ini tentu bukan berhala, karena mereka akhirnya malah menuntun orang beriman kepada Tuhan. Hal serupa terjadi waktu kita pertama kali mengajar anak-anak kecil mengenali benda-benda tertentu. Kita membuat/ menunjukkan pada mereka gambar-gambar sederhana, seperti apel, ikan, rumah, dst. Tentu saja hal ini tidak bertentangan dengan perintah Tuhan. Jadi membuat gambar yang menyerupai sesuatu di sekitar kita bukan merupakan dosa asal kita tidak menyembah gambar- gambar itu).
3. Umat Katolik juga menggunakan hal tersebut dalam kesempatan tertentu, sama seperti umat Kristen pada umumnya mempunyai patung-patung kandang natal, gambar peristiwa natal, atau mengirim kartu natal bergambar pada hari natal. (Jika membuat segala gambar/ patung yang menyerupai segala sesuatu dianggap dosa, apakah berarti kebiasaan mengirimkan kartu Natal dan menghias pohon Natal dengan kandang Natal, adalah dosa? Jika ya berarti bahkan menonton TV pun adalah dosa, melihat segala buku bergambar adalah dosa, menggambar/ melukis adalah dosa, karena semua objeknya adalah segala sesuatu yang ‘menyerupai apapun yang di langit dan di bumi’).
Kesimpulan
Jadi, Tuhan memang melarang pemujaan terhadap image/gambaran/patung, tetapi Ia tidak melarang pembuatan image/ gambaran tersebut secara umum. Seandainya Ia melarangnya, maka film, televisi, video, foto, lukisan, kartu natal bergambar, uang, ataupun gambar-gambar lainya akan juga dilarang, karena semua itu mengandung unsur image/ gambaran yang menyerupai sesuatu di bumi atau di atas bumi….(lihat Kel 20:4) Karena itu, Gereja Katolik melihat ayat ke-4 ini sebagai kelanjutan dari ayat ke-3, yaitu, agar jangan kita membuat gambar/ patung untuk disembah sebagai allah lain di hadapan Allah.
Dengan demikian sebenarnya menjadi sangat jelas bahwa baik umat Katolik maupun umat Kristen lainnya hanya memuja Tuhan yang satu dan sama, dan sama-sama menentang penyembahan patung berhala.
Kami yakin bahwa masih ada perbedaan-perbedaan yang ada dalam pengajaran Katolik dan Kristen Protestan. Alangkah baiknya jika kita masing-masing mau mengerti dasar-dasar atau latar belakang alkitabiah dan ajaran Gereja yang mendasari pengajaran tersebut untuk mengetahui kebenaran itu sendiri. Janganlah kita lupa bahwa di antara kita lebih banyak persamaannya dari pada perbedaannya.
Akhirnya, kami mengucapkan salam hangat kami untuk Bapak Pendeta dan seluruh jemaat Bapak. Semoga kasih Tuhan Yesus selalu mengikat kita semua sebagai satu saudara.
Salam dalam damai Kristus,
Ingrid Listiati & Wijoyo Tay
Penutup
Surat ini saya kirimkan kepada Bapak Pendeta tersebut. Nama dan alamat bapak Pendeta tersebut sengaja tidak saya cantumkan di sini karena saya pandang tidak perlu, karena yang terpenting adalah isi dari surat tersebut, untuk kita renungkan bersama. Kesaksian serupa ini mungkin dapat pula saudara/i alami dengan situasi yang berbeda, dan saya berharap artikel ini dapat sedikit membantu. Di atas semua itu, ingatlah bahwa kita harus selalu siap untuk menjelaskan iman kita, namun harus selalu dengan kelemah-lembutan dan hormat (lih. 1Pet 3:15).
Perlu kita ingat di sini bahwa berhala yang lebih ‘berbahaya’ sekarang adalah bukan terbatas hanya patung, tetapi segala ciptaan yang kita anggap lebih utama dari Tuhan, misal, uang, TV, pekerjaan, kedudukan, kecantikan, koleksi barang antik, main game, dst., yang menggeserkan peran Tuhan di dalam hidup kita, dan yang menyita waktu kita sampai tidak ada waktu untuk ke gereja, berdoa dan membaca sabda-Nya. Hal ini malah lebih nyata pada jaman sekarang, ketimbang hal membuat patung lembu tuangan (lih. Ul 9:16), namun prinsipnya sama, yaitu menyembah ciptaan dan bukan Sang Pencipta.
Mari kita refleksikan, apa yang menjadi ‘patung berhala’ di dalam hidup kita, yang mengambil tempat Tuhan di hati kita. Mari kita berdoa agar Tuhan membantu kita mengangkat keterikatan kita terhadap benda-benda tersebut. Dengan demikian kita dapat mengasihi Allah dengan lebih sungguh, tidak hanya di mulut, tetapi sungguh turun sampai ke hati.
[1] Perintah kedua yang dibahas oleh Bapak Pendeta adalah “Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apa pun yang ada di langit… di bumi … atau yang ada di dalam air di bawah bumi.”(Kel 20:4) Dalam pengajaran Gereja Katolik, perintah kedua adalah: “Jangan menyebut nama Tuhan Allahmu dengan sembarangan (Kel 20:7), karena ayat ke-4 yang mengacu pada patung berhala merupakan kesatuan/kelanjutan dari perintah pertama yaitu, “Jangan ada allah lain dihadapan-Ku…”(Kel 20:3)
[2] Lihat Katekismus Gereja Katolik 2132, Penghormatan Kristen terhadap gambar tidak bertentangan dengan perintah pertama, yang melarang patung berhala. Karena ‘penghormatan yang kita berikan kepada satu gambar menyangkut gambar asli di baliknya” (Basilius Spir 18,45) dan “siapa yang menghormati gambar, menghormati pribadi yang digambarkan di dalamnya” (Konsili Nisea II, DS 601). Penghormatan yang kita berikan kepada gambar-gambar adalah satu ‘penghormatan yang khidmat’, bukan penyembahan; penyembahan hanya boleh diberikan kepada Allah.
[3] Lihat KGK 2130, Tetapi di dalam Perjanjian Lama, Allah sudah menyuruh dan mengizinkan pembuatan patung, yang sebagai lambang harus menunjuk kepada keselamatan dengan perantaraan Sabda yang menjadi manusia: sebagai contoh, ular tembaga (bdk Bil 21:4-9; Keb 16-5-14, Yoh 3:14-15), tabut perjanjian dan kerub (bdk. Kel 25:10-22; 1 Raj 6:23-28; 7:23-26).
[4] Lihat KGK 2131, …Dengan penjelmaan menjadi manusia, Putera Allah membuka satu “tata gambar” yang baru.
Langganan:
Postingan (Atom)