“Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu”
(2Raj 17:5-8.13-15a.18; Mat 7:1-5)
"Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi. Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu. Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui? Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok di dalam matamu. Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu."(Mat 7:1-5), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· Kecenderungan orang yang berada ‘di atas’ (orangtua, guru, pemimpin, pamong/moderator dst..) pada umumnya lebih suka melihat kelemahan dan kekurangan mereka yang ada ‘di bawahnya’(anak, murid/ siswa, anak asuh dst.), dan kurang melihat dan memperhatikan kelebihan-kelebihannya. Orang juga tidak mudah mengakui kelemahan dan kekurangannya sendiri dan lebih suka menutu-nutupinya melalui aneka cara. Sabda hari ini mengingatkan dan mengajak kita semua untuk tidak mudah berpikiran negatif terhadap orang lain, melainkan hendaknya lebih bersikap positif. Secara khusus kami ingatkan dan ajak mereka yang berkarya dalam pelayanan pendidikan atau pembinaan, entah formal maupun informal, untuk senantiasa berpikiran positif terhadap peserta didik atau binaannya, dengan kata lain menghayati tugas dan panggilan dengan inspirasi atau semangat karya penciptaan Allah. Untuk itu refleksi hendaknya menjadi acuan kegiatan dalam proses pembelajaran, dimana para
peserta didik atau anak asuh setiap hari diajak untuk berrefleksi diri atau mawas diri, melihat kelebihan dan kekurangan, kecakapan dan keterampilan, dan kemudian diajak untuk mengembangkan kelebihan, kecakapan dan keterampilan masing-masing. Dengan kata ‘cura personalis’ (perhatian terhadap pribadi-pribadi) juga harus menjiwai dalam proses pembelajaran. Kepada mereka yang masih suka lebih memperhatikan kelemahan dan kekurangan orang lain kami ajak untuk bertobat, memperbaharui diri dengan lebih memperhatikan kelebihan, kecakapan dan keterampilan orang lain.
· "Berbaliklah kamu dari pada jalan-jalanmu yang jahat itu dan tetaplah ikuti segala perintah dan ketetapan-Ku, sesuai dengan segala undang-undang yang telah Kuperintahkan kepada nenek moyangmu dan yang telah Kusampaikan kepada mereka dengan perantaraan hamba-hamba-Ku, para nabi." (2Raj 17:13), demikian firman Tuhan kepada bangsa terpilih melalui utusan-utusanNya. Firman atau sabda ini kiranya juga terarah bagi kita semua umat beriman atau beragama. Kita semua dipanggil untuk meninggalkan jalan-jalan yang jahat dan kemudian menempuh atau menelusuri jalan-jalan yang baik, yaitu perintah dan ketetapan Tuhan, sebagaimana tertulis di dalam Kitab Suci kita masing-masing atau dalam aneka arahan, petunjuk, aturan atau tata tertib yang diundangkan oleh pemimpin agama kita masing-masing. Di dalam setiap ibadat kiranya kita semua mendengarkan kotbah atau ceramah dari pemimpin agama kita atau pengkotbah yang berusaha menterjemahkan isi Kitab Suci ke dalam
aneka petunjuk, pedoman atau acuan konkret untuk hidup baik, bermoral dan berbudi pekerti luhur. Maka jika kita tidak sempat membaca dan merenungkan sendiri isi Kitab Suci, marilah kita dengarkan dengan rendah hati dan penuh perhatian kotbah atau ceramah keagamaan dalam ibadat-ibadat atau aneka kesempatan. Selain itu marilah kita dengarkan dan resapkan kehendak baik saudara-saudari kita dan kemudian kita sinerjikan menjadi kehendak baik bersama serta kita hayati bersama-sama. Saya percaya kita semua memiliki kehendak baik, dan sering kelihatan berbeda satu sama lain, maka baiklah kita komunikasikan kehendak baik tersebut kepada saudara-saudari kita. Pendek kata marilah kita senantiasa lebih melihat dan mengakui apa yang baik, mulia, luhur dan indah yang ada dalam diri kita masing-masing maupun dalam diri saudara-saudari kita, tanpa pandang bulu atau SARA.
“Ya Allah, Engkau telah membuang kami, menembus pertahanan kami; Engkau telah murka; pulihkanlah kami! Engkau telah menggoncangkan bumi dan membelahnya; perbaikilah retak-retaknya, sebab bumi telah goyang .Bukankah Engkau, ya Allah, yang telah membuang kami, dan yang tidak maju, ya Allah, bersama-sama bala tentara kami? Berikanlah kepada kami pertolongan terhadap lawan, sebab sia-sia penyelamatan dari manusia” (Mzm 60:3-4.12-13)
Ign 25 Juni 2012
(2Raj 17:5-8.13-15a.18; Mat 7:1-5)
"Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi. Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu. Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui? Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok di dalam matamu. Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu."(Mat 7:1-5), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· Kecenderungan orang yang berada ‘di atas’ (orangtua, guru, pemimpin, pamong/moderator dst..) pada umumnya lebih suka melihat kelemahan dan kekurangan mereka yang ada ‘di bawahnya’(anak, murid/ siswa, anak asuh dst.), dan kurang melihat dan memperhatikan kelebihan-kelebihannya. Orang juga tidak mudah mengakui kelemahan dan kekurangannya sendiri dan lebih suka menutu-nutupinya melalui aneka cara. Sabda hari ini mengingatkan dan mengajak kita semua untuk tidak mudah berpikiran negatif terhadap orang lain, melainkan hendaknya lebih bersikap positif. Secara khusus kami ingatkan dan ajak mereka yang berkarya dalam pelayanan pendidikan atau pembinaan, entah formal maupun informal, untuk senantiasa berpikiran positif terhadap peserta didik atau binaannya, dengan kata lain menghayati tugas dan panggilan dengan inspirasi atau semangat karya penciptaan Allah. Untuk itu refleksi hendaknya menjadi acuan kegiatan dalam proses pembelajaran, dimana para
peserta didik atau anak asuh setiap hari diajak untuk berrefleksi diri atau mawas diri, melihat kelebihan dan kekurangan, kecakapan dan keterampilan, dan kemudian diajak untuk mengembangkan kelebihan, kecakapan dan keterampilan masing-masing. Dengan kata ‘cura personalis’ (perhatian terhadap pribadi-pribadi) juga harus menjiwai dalam proses pembelajaran. Kepada mereka yang masih suka lebih memperhatikan kelemahan dan kekurangan orang lain kami ajak untuk bertobat, memperbaharui diri dengan lebih memperhatikan kelebihan, kecakapan dan keterampilan orang lain.
· "Berbaliklah kamu dari pada jalan-jalanmu yang jahat itu dan tetaplah ikuti segala perintah dan ketetapan-Ku, sesuai dengan segala undang-undang yang telah Kuperintahkan kepada nenek moyangmu dan yang telah Kusampaikan kepada mereka dengan perantaraan hamba-hamba-Ku, para nabi." (2Raj 17:13), demikian firman Tuhan kepada bangsa terpilih melalui utusan-utusanNya. Firman atau sabda ini kiranya juga terarah bagi kita semua umat beriman atau beragama. Kita semua dipanggil untuk meninggalkan jalan-jalan yang jahat dan kemudian menempuh atau menelusuri jalan-jalan yang baik, yaitu perintah dan ketetapan Tuhan, sebagaimana tertulis di dalam Kitab Suci kita masing-masing atau dalam aneka arahan, petunjuk, aturan atau tata tertib yang diundangkan oleh pemimpin agama kita masing-masing. Di dalam setiap ibadat kiranya kita semua mendengarkan kotbah atau ceramah dari pemimpin agama kita atau pengkotbah yang berusaha menterjemahkan isi Kitab Suci ke dalam
aneka petunjuk, pedoman atau acuan konkret untuk hidup baik, bermoral dan berbudi pekerti luhur. Maka jika kita tidak sempat membaca dan merenungkan sendiri isi Kitab Suci, marilah kita dengarkan dengan rendah hati dan penuh perhatian kotbah atau ceramah keagamaan dalam ibadat-ibadat atau aneka kesempatan. Selain itu marilah kita dengarkan dan resapkan kehendak baik saudara-saudari kita dan kemudian kita sinerjikan menjadi kehendak baik bersama serta kita hayati bersama-sama. Saya percaya kita semua memiliki kehendak baik, dan sering kelihatan berbeda satu sama lain, maka baiklah kita komunikasikan kehendak baik tersebut kepada saudara-saudari kita. Pendek kata marilah kita senantiasa lebih melihat dan mengakui apa yang baik, mulia, luhur dan indah yang ada dalam diri kita masing-masing maupun dalam diri saudara-saudari kita, tanpa pandang bulu atau SARA.
“Ya Allah, Engkau telah membuang kami, menembus pertahanan kami; Engkau telah murka; pulihkanlah kami! Engkau telah menggoncangkan bumi dan membelahnya; perbaikilah retak-retaknya, sebab bumi telah goyang .Bukankah Engkau, ya Allah, yang telah membuang kami, dan yang tidak maju, ya Allah, bersama-sama bala tentara kami? Berikanlah kepada kami pertolongan terhadap lawan, sebab sia-sia penyelamatan dari manusia” (Mzm 60:3-4.12-13)
Ign 25 Juni 2012